Terpaksa Menikahi Paman Suamiku

Terpaksa Menikahi Paman Suamiku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-08-23
Oleh:  Rizki AdindaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
208Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

[21+] Dikhianati suaminya sendiri, Naila melarikan diri ke bar dan mabuk. Saat salah masuk kamar hotel, ia justru bertemu Galih, paman suaminya. Sejak malam itu, segalanya berubah. "Om Galih, kita nggak cocok," ucap Naila lirih. Galih hanya tersenyum, mengangkat dagu Naila dengan lembut. "Kamu dan Rama sudah berakhir, aku bukan Om kamu lagi. Lalu, di mana letak tidak cocoknya, Naila?"

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1: Baju Tidur yang Sempit

[Baju tidur baruku kayaknya agak sempit. Mau ke sini buat cek, muat apa nggak?]

Nayla Jayantaka tengah duduk di ujung sofa rumahnya, jemarinya menyisir layar ponsel tanpa tujuan, hingga sebuah notifikasi dari ponsel Rama di sampingnya menarik perhatian.

Layarnya menyala. Dan nama itu terpampang jelas.

Jessie Citratama.

Naila mengenali nama itu, tentu saja. Itu adalah nama sekretaris suaminya, Rama. Hanya saja, isi pesannya membuat udara di sekelilingnya seolah tekanannya berubah.

Ketika Nayla membuka pesan itu, terlampir sebuah foto, seorang perempuan berambut panjang, mengenakan slip dress merah menyala dengan potongan leher V yang turun terlalu dalam dan belahan dada menjuntai. 

Kulit wanita itu bersinar di bawah cahaya kuning keemasan, seolah baru mandi, dan senyumnya setengah menggoda, seakan tahu tengah ditonton seseorang yang seharusnya tidak melihatnya.

Genggaman Naila pada ponsel itu mengencang, jemarinya sampai memutih. Ia mengulir percakapan itu ke atas, mencari bukti lain, membaca riwayat pesan mereka. Semua tampak biasa saja. 

Formal. Profesional. Tidak ada tanda-tanda genit atau gurauan intim sebelumnya.

Apa ini salah kirim? Ataukah…? 

Pikiran itu belum sempat selesai ketika sepasang lengan melingkari pinggangnya dari belakang.

Rama.

Nafas pria itu terasa hangat di telinga Naila, dan tubuhnya yang tinggi serta kokoh menunduk, membelai dengan suara rendah yang biasa membuat Naila lemas.

"Sayang, aku udah mandi," bisik Rama pelan, lalu menggigit manja cuping telinga Naila. Suaranya rendah, serak, seperti biasa saat sedang menggoda. "Mau di sofa atau di ranjang?"

Suara itu manja dan penuh godaan, aroma sabun mandinya masih segar, berpadu dengan wangi tubuh khas Rama yang selama ini membuat Naila nyaman, aman, dan... miliknya.

Tapi malam ini, aroma itu justru menyesakkan.

Naila baru saja memasuki bulan ketiga dalam upayanya untuk hamil. Jadi, tidak heran jika ia dan Rama sering melakukan hubungan suami istri.

Belum sempat Naila menjawab, Rama dengan lincah mengangkat tubuhnya dan membaringkannya ke sofa empuk berbalut kain abu-abu. Tubuh tinggi Rama kini membayangi wajahnya.

“Karena kamu nggak jawab, aku pilih ya. Di sofa aja,” kata Rama dengan senyum yang biasanya memikat, tapi malam ini terasa seperti pertunjukan.

Wajah Naila memerah. Bukan karena malu semata, tapi karena konflik yang mulai bergejolak di dalam dadanya. 

Naila masih tampak cantik, tetapi malam itu, pipinya yang merona, lembut seperti daging buah persik matang di bawah cahaya lampu temaram, membuatnya tampak seperti potret hangat dari buku puisi cinta yang lusuh.

Rama menunduk, hendak menciumnya.

Namun, Naila memalingkan wajahnya.

Gerakan itu membuat waktu seperti berhenti sejenak.

Rama menatap Naila, bingung. Dahi lelaki itu berkerut, dan sorot matanya berubah, dari hasrat menjadi cemas. "Sayang, kenapa?"

Naila menatap suaminya dalam diam.

Sekilas, Rama melihat keraguan di sorot mata Naila, itu membuat waktu seperti berhenti sejenak. 

Rama merasa bingung. Dahinya berkerut, dan sorot matanya berubah, dari hasrat menjadi cemas.

Melihat ekspresi itu muncul di wajah sang suami, sesuatu yang tak pernah Naila lihat bahkan saat Rama menghadapi rapat dewan direksi.  Tatapan itu melunak hatinya, tapi bayangan foto tadi terus menghantui pikirannya.

Pelan-pelan, Naila mengangkat ponsel lalu memperlihatkan foto dan pesan yang menyayat hatinya. “Jelaskan ini dulu.”

Rama memicingkan mata. Matanya menatap layar, lalu ekspresinya berubah drastis. Wajahnya mengeras, rahangnya mengencang. Ia meraih ponselnya, membuka kontak, dan langsung menelepon.

Sambungan cepat diangkat. Suara perempuan muda terdengar ragu di seberang. “Pak Rama, ada yang bisa saya bantu?”

“Jessie,” suara Rama berubah datar, bahkan dingin. “Saya nggak tahu kalau sekretaris saya sekarang juga buka jasa ‘hiburan malam’.”

Sunyi. Detik yang terasa panjang.

“Ma-Maaf, Pak! Pesan itu seharusnya saya kirim ke pacar saya. Saya salah kirim, sungguh!” ujar Jessie langsung setelah menyadari maksud ucapan Rama.

“Kalau kejadian kayak gini terulang lagi,” potong Rama, suaranya menukik tajam, “langsung kemasi barang dan keluar dari kantor saya.”

Telepon ditutup.

Rama menatap Naila. Kali ini tidak lagi dengan kemarahan, tapi dengan sorot yang lebih lembut, mungkin bahkan menyesal.

“Itu salah kirim, Sayang. Tapi kalau kamu masih marah, besok aku pecat dia. Malam ini udah larut. Jangan buang energi buat orang yang nggak penting. Kita udah seminggu nggak ketemu. Malam ini kamu harus balas rinduku.” Rama menarik wajah Naila, mencoba menciumnya.

Tapi Naila menghindar.

“Aku capek,” bisik Naila lirih. “Lanjut besok aja.”

Sekilas, ada bayangan kecewa melintas di wajah Rama. Tapi hanya sesaat.

“Ya udah,” ujar Rama akhirnya. “Kamu tidur duluan, aku ke ruang kerja. Masih ada laporan yang harus dicek.”

Naila mengangguk tanpa suara.

***

Malam merambat makin dalam. Hujan turun deras, menepuk-nepuk jendela seperti jari-jari waktu yang tak sabar. Petir sesekali menyambar, memecah langit Jakarta.

Naila terbangun. Matanya menatap ke arah sisi ranjang yang kosong. Ia meraba, dan hanya menemukan dingin yang diam.

Jam menunjukkan pukul 01.16.

Rama belum juga kembali.

Nayla bangkit, menyelimuti tubuhnya dengan jubah tipis, lalu berjalan menuju ruang kerja. Suara hujan menemani langkahnya yang pelan. Tapi saat pintu dibuka, kegelapan menyambut. Ruangan itu kosong. Sepi.

Tangan Naila mencengkeram kenop pintu. Ada sesuatu yang berat di dadanya. Sesuatu yang tak bisa ia namai, tapi terasa nyata.

Tiba-tiba, ponselnya yang ia letakkan di jubah bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Layar ponsel menyala terang, memantulkan kilat di jendela.

Naila tahu, instingnya tahu, membuka pesan itu bisa mengubah segalanya. Tapi jari-jarinya, tanpa sadar, menyentuh layar.

[Masih bangun? Karena suamimu nggak tidur di sampingmu?]

[Tadi aku takut karena petir dan mati lampu, dia datang buat nenangin aku.]

[Nggak penasaran suamimu di mana sekarang?]

Ponsel nyaris terjatuh dari tangannya. Matanya membelalak. Nafasnya tercekat.

Jantung Naila berdegup tak beraturan. Pesan-pesan itu, dengan nada sinis yang terasa begitu menyeringai, membuat tangannya bergetar saat menggenggam ponsel.

Beberapa menit kemudian, satu pesan lagi masuk.

Sebuah Alamat, lengkap dengan nomor kode masuk.

Naila menggigit bibir. Matanya masih terpaku pada layar, tapi pikirannya sudah berlari jauh.

Tanpa suara, Naila mengambil kunci mobil. Lalu pergi. Membelah malam yang basah dengan hati yang nyaris tak bisa ia dengarkan lagi.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
14 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status