Beranda / Romansa / Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan / BAB 4 Kekejaman Ibu Tiri dan Saudara Tiri Ayra

Share

BAB 4 Kekejaman Ibu Tiri dan Saudara Tiri Ayra

Penulis: Dinda Cahyani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-07 12:17:00

"Assalamu'alaikum...," salam Ayra yang baru saja menginjakkan kakinya di rumah.

"Wa'alalikum salam!" jawab Yuni ibu tiri Ayra.

"Darimana saja kamu? kenapa baru pulang jam segini? tanya Yuni dengan angkuhnya.

"Ya dari kerja lah, saya kan bukan pengangguran seperti mereka," jawab Ayra yang melirik kedua saudara tirinya.

Yuni pun tak terima ketika anaknya dikatai pengangguran "Berani sekali kamu menyindir anak-anak saya,"

Ayra hanya memutar kedua bola matanya yang sangat malas mendengar ocehan ibu tirinya.

"He, Ayra lama banget sih kamu pulangnya, cepatan masak, kami sudah sangat lapar." Mayumi tiba-tiba datang dan mengomeli Ayra.

Ayra hanya diam tak menanggapi ucapan Mayumi ia langsung ke kamar meletakkan tas kerjanya dan mengganti baju agar lebih nyaman untuk memasak dan beres-beres.

"He Ayra, minta uang dong, gue mau beli baju," ucap Winda 

"Gue belum gajian!" jawab Ayra.

"Lo pelit banget sih, gue baru minta uang untuk beli baju aja gak lo kasih," omel Winda.

Ayra saat ini sangat merasa kesal, masih capek baru pulang kerja, sampai rumah disambut dengan ocehan-ocehan ibu tiri dan saudara tirinya, Ayra ingin sekali berteriak mengeluarkan semua unek-ueknya namun dia tidak mempunyai teman untuk bercerita, Naura memang banyak berteman dengan teman kantornya namun hanya berteman begitu saja tidak terlalu akrab, tidak ada yang menjadi teman curhatnya.

Dulu Ayra pernah mempunyai sahabat, namun sahabatnya menikungnya dari belakang, sahabatnya merebut pacar Ayra yang sering ia ceritakan dengan sahabatnya. Semenjak itu Ayra tidak pernah percaya yang namanya sahabat.

Sejak itu Ayra selalu menutup diri, tidak pernah membicarakan masalahnya kepada orang lain.

"Winda, daripada lo ganggu gue, lebih baik lo bantu gue masak dan beres-beres," ajak Ayra.

"Apa lo bilang memasak! bantu lo! enak banget lo nyuruh-nyuruh gue," bentak Winda.

Yuni yang mendengar omelan Winda pun datang dari depan, mengomel-ngomel,"Aduh! ada apa sih ini brisik banget,".

"Ini ma, Ayra nyuruh-nyuruh aku untuk memasak dan beres-beres." adu Winda.

PLAK

Pipi putih mulus Ayra kini menjadi merah akibat tamparan Yuni, "Dasar anak sial, berani sekali kamu menyuruh Winda mengerjakan tugasmu,".

"Ayo kita pergi dari sini biarkan dia disini sendiri." Yuni mengajak anak-anaknya pergi dari dapur.

Air mata Ayra yang sedari tadi ditahannya kini tak terbendung lagi, air mata Ayra mengalir begitu saja. Walaupun pun begitu Ayra masih meneruskan pekerjaannya, ini demi ayahnya yang akan pulang sebentar lagi, dia harus sudah selesai masak dan beres-beres.

Ayra tidak pernah mengadu kepada ayahnya tentang siksaan ibu tiri dan kedua adik tirinya, karena jika dia mengadu maka ibu tirinya akan membalikkan fakta dan ayahnya lebih percaya dengan ibu tirinya. Ibu tiri Ayra dan kedua adik tirinya sangat pandai berakting didepan ayah Ayra.

"Akhirnya selesai semua," gumam Ayra dan bergegas kekamar untuk segera mandi dan menyambut kepulangan ayahnya.

"Assalamu'alaikum," salam seorang pria paruh baya yang menenteng tas kerjanya.

"Wa'alaikum salam," jawab Yuni dan kedua anaknya yang sedang duduk bersantai di depan televisi.

"Ayah kok lama banget pulangnya," ucap Yuni menyambut suaminya baru pulang kerja.

"Loh Ayra mana?" tanya Ayah Ayra yang bernama Baskara.

"Biasalah mas, Ayra kalau pulang kerja selalu berada di dalam kamar, nanti keluar kamar kalau mau makan malam aja," adu Yuni.

"Yuni... biarkan ajalah Ayra kan baru pulang kerja, mungkin dia lelah, dia butuh istirahat. Lagipun masih ada Mayumi dan Winda yang tidak bekerja, mereka bisa membantumu memasak, menyuci dan beres-beres rumah." ucap Baskara.

Yuni tidak terima jika suaminya membela Ayra, " Mas ini seharusnya jangan terlalu memanjakannya, nanti dia jadi besar kepala kalau mas selalu membelanya,"

"Itu tidak mungkin Yuni, sudahlah ayah mau mandi, sebentar lagi waktunya makan malam." ucap Baskara.

Ayra mendengar semua yang dikatakan oleh ibu tirinya kepada ayahnya, Ayra kini bersandar di pintu kamarnya dengan posisi berjongkok dan tangan dilipat diatas lututnya dan kepala mendongak keatas. Air matanya kembali keluar dengan derasnya.

Ayah, Ayra masih bertahan disini karena ingin menjaga ayah, Ayra tidak mau mereka menyakiti ayah, biarlah Ayra yang menggantikan penyiksaan mereka, batin Ayra.

Baskara, Yuni, Mayumi, dan Winda kini sudah berada di meja makan, namun Baskara tidak melihat Ayra.

"Ayra masih belum keluar dari kamar?" tanya Baskara.

"Belum ayah," jawab Mayumi.

"Sudahlah Ayah, mungkin dia sudah makan di luar bersama dengan teman atau pacarnya," ucap Yuni.

Mayumi dan Winda ingin mengambil makanan, namun dilarang oleh Baskara," Mayumi, Winda tunggulah Ayra, mungkin dia sedang menyelesaikan pekerjaannya."

"Ayah, kami sudah sangat lapar, kalau ayah mau memanggilnya, ayah panggil aja jangan larang kami untuk makan," ucap Mayumi.

"Iya ayah, Mayumi benar, mereka seharian capek juga loh yah, beres-beres rumah." Yuni membela anaknya karena dia juga sudah sangat lapar dan ingin segera memakan makanannya.

"Ayah bilang jangan ada yang makan dulu, tunggu ayah dan Ayra datang," bentak Baskara.

Baskara pun pergi menuju kamar Ayra, sampainya di depan pintu Ayra, Baskara mengetuk pintu kamar Ayra yang sedari tadi tertutup.

Tok, tok, tok

Ayra membuka pintu kamarnya namun sekarang sudah memakai masker wajah, Ayra tidak ingin ayahnya tahu jika ia baru saja menangis.

"Ada apa ayah?" tanya Ayra begitu Ayra membukakan pintu untuk ayahnya.

"Kamu kok gak datang kemeja makan, kamu sudah ditunggu dar tadi loh," jawab Baskara.

"Maaf ayah Ayra lupa bilang, Ayra sudah makan tadi." bohong Ayra.

"Apa kamu bilang? kamu sudah makan? kami dari tadi menunggu kamu sampai kelaparan sedangkan kamu seenaknya bilang sudah makan dan sekarang sedang melakukan perawatan," murka Yuni yang baru saja datang dan langsung marah dengan Ayra.

"Maaf ayah, lain kali Ayra akan mengatakan kepada ayah," sesal Ayra.

"Baiklah, kalau begitu istirahatlah," ucap Baskara.

"Iya ayah." Ayra menutup pintu kamarnya kembali.

Ayra sebenarnya belum memakan apapun, namun dia selalu menyetok roti didalam tasnya, berjaga-jaga jika dia tidak sempat makan siang maka ia akan memakan roti itu.

Ayra memakan rotinya  dan air matanya kembali turun. Ayra sangat merasa terpukul. seharian ia merasa semua orang sangat menyebalkan baginya.

Tring... Tring.... Tring...

Suara ponsel Ayra berdering, Ayra melihat nama yang memanggilnya," Pak Arthur?"

Ayra segera mengangkat panggilan teleponnya karena itu adalah dari bosnya, Ayra segera menggeser icon hijau di ponselnya.

"Hallo pak," jawab Ayra.

"Hallo Ayra, apakah berkas untuk di bawa ke London sudah selesai?" tanya Arthur.

"Sudah pak, dan sudah saya kirim ke email bapak," jawab Ayra.

"Kalau begitu kamu bersiap, sebentar lagi kita akan berangkat ke bandara," peintah Arthur.

"Apa pak Bandara? ngapain pak?" tanya Ayra.

"Kita berangkat ke London malam ini," jawab Arthur.

kamu segera bersiap satu jam lagi saya akan menjemput kamu, jangan lupa berkas-berkasnya." lanjut Arthur.

"Ta...Tapi pak," 

"Tidak ada tapi-tapi, kamu lupa kalau kamu sekarang adalah sekretaris saya?" tanya Arthur.

"Tidak pak," jawab Ayra.

"Baiklah, saya tidak mau kamu terlambat, pokoknya saya sampai disana kamu sudah siap dan segera masuk ke dalam mobil," perintah Arthur tanpa ada penolakkan.

"Iya pak," ucap Ayra dengan sangat terpaksa.

Tut...

Panggilan telepeon pun diakhiri oleh Arthur bergitu saja.

"Dasar pemaksa, dan aneh, masa iya gue harus packing-packing buru-buru gini," gerutu Ayra

Empat puluh lima menit sudah berlalu, Ayra sudah bersiap packing, Ayra menarik kopernya dan juga menenteng tas kecil dan juga tas kerjanya.

"Ayra kamu mau kemana?" tanya Baskara ketika melihat Ayra membawa koper.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   BAB 29 Diam-Diam Cemburu

    Adelia baru saja pulang kerumahnya, saat ia melihat kamar Ayra ia sangat merasa geram, seandainya dia tahu password untuk masuk kedalam kamarnya maka itu sangat menyenangkan untuknya, memporak-porandakan kamar Ayra."Enak sekali wanita itu, selalu bersama dengan mas Arthur," gumam Adelia.Adelia mengeluarkan sebuah botol yang berisikan obat dari laci nakasnya."Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia dengan mas Arthur, aku akan membuat kamu keluar dari rumah ini," gumam Adelia lagi.Ting...Satu notif masuk ke ponsel Adelia, Adelia membuka pesannya."Alex" gumam Adelia melihat nama Alex yang tertera di layar ponselnya."Hai sayang, Apa malam ini kamu ada waktu?" Isi pesan Alex."Aku tidak ada waktu, aku ingin bersama dengan suamiku malam ini," balas Adelia."Baiklah, semoga kamu bahagia dengan suami kamu," isi pesan Alex.Adelia tidak membalas pesan dari Alex lagi, ia sangat ingin beristirahat, karena ia merasa sangat lelah digempur habis-habisan oleh Alex.*** Arthur, Adelia dan Sean

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   BAB 28

    "Apa seharian ini akan tetap berada di kantorku?" tanya Arthur kepada Sean yang tidak juga pergi dari ruangannya."Santai sedikitlah, aku masih ingin melihat sekretarismu itu," jawab Sean dengan santainya."Apa matamu itu ingin ku congkel dari tadi kau hanya memandangi sekretarisku?""Ah, emangnya ada apa kau dengan sekretarismu ini, kenapa dari tadi kamu sangat sensi kalau aku memandangi sekretarismu?""Itu bukan urusanmu, sekarang pergi lah dari kantorku," usir Arthur."Ck, kau ini kejam sekali,""Apa kau sudah menjadi pengangguran?""Aku bukan pengangguran, hanya ingin menambatkan hatiku kepada sekretaris cantik ini," goda Sean yang mendekati meja Ayra."Jangan pernah kau mendekatinya," marah Arthur yang ikut mendekati Ayra dan menarik tangan Ayra agar menjauh dari Sean.Sean memicingkan matanya,"Sepertinya ada sesuatu,""Ah, sudah-sudah jangan ribut lagi, lebih baik saya keluar aja ya pak," pamit Ayra yang merasa tidak enak."Tidak Ayra kamu tetaplah disini," ucap Arthur yang sekar

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   BAB 27 Sahabat Laknat

    "Baiklah aku turun disini mas," jawab Ayra dengan pasrah.Ayra turun dari mobil Arthur, dan berjalan terlebih dahulu, sedangkan Arthur menyuruh supirnya untuk mengikutinya dari belakang sampai di perusahaan.Ayra sudah masuk terlebih dahulu kedalam perusahaan, namun ketika sampai di lift, Ayra harus mengantri lift, semua karyawan sedang menggunakan lift untuk ke lantai masing-masing.Namun Arthur melihat antara laki-laki dan perempuan semuanya bercampur dan berdekatan, Arthur tidak rela jika Ayra berdekatan dengan laki-laki lain."Ayra," panggil Arthur dengan dingin."Ya pak," sahut Ayra yang terkejut tiba-tiba dipanggil Arthur, ia takut kalau karyawan lainnya curiga."Kemarilah, saya ingin menanyakan tentang laporan yang saya suruh kerjakan semalam apakah sudah kamu kerjakan?" tanya Arthur."Su-sudah pak," jawab Ayra merasa bingung, namun dia ikuti saja apa yang di katakan Arthur."Kalau begitu, bisa kamu jelaskan kepada saya sekarang?""Bi-bisa pak,""Kalau begitu ayo ikut saya naik

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   BAB 26 Diperhatikan dan Dihargai

    Arthur baru saja selesai mandi, ia akan bersiap pergi ke kantor, namun netra matanya melihat di atas ranjang sudah tersedia pakaian yang sudah disiapkan oleh Ayra."Ternyata dia sudah menyiapkan pakaianku, dan semua yang akan aku pakai hari ini," gumam Arthur sambil tersenyum."Heemmm... seleranya bagus juga," gumam Arthur."Tapi dimana dia sekarang?" gumam Arthur kembali yang tidak melihat keberadaan Ayra.Sedangkan orang yang dicari-cari oleh Arthur kini sedang menyiapkan serapan untuk mereka, mbok na sudah melarang Ayra untuk di dapur, namun Ayra tetap ingin membuatkan serapan untuk mereka, mbok na tidak bisa berbuat apa-apa ia harus menuruti permintaaan majikan barunya itu.Arthur yang baru saja turun dari lantai dua langsung mencari keberadaan Ayra, ia tersenyum kecil melihat Ayra sedang menyiapkan serapan di atas meja makan."Sedang apa kamu?" tanya Arthur."Eh mas, kamu sudah selesai? aku cuma buatkan serapan untuk kita," jawab Ayra."Kenapa harus kamu? kan ada mbok Na?" tanya

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   BAB 25 Sisi Lain Bos Arogan

    Di pagi hari Adelia terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. "Ah, kepalaku sangat pusing," keluh Adelia. Adelia memegang kepalanya yang sangat pusing, ia mengingat-ingat kejadian yang terjadi kepadanya. Adelia sibuk dengan pikirannya sendiri dikejutkan dengan tangan kekar seorang pria memeluknya tiba-tiba, ia mengira itu adalah Arthur, namun ketika ia menoleh kesamping ia terkejut, karena yang tidur bersama dengannya bukanlah Arthur. "Siapa kamu," teriak Adelia. "Ssstt... baby, kenapa kamu berteriak sepagi ini, aku masih mengantuk," ucap pria itu dengan mata yang masih terpejam. "Si-siapa kamu?" tanya Adelia yang merasa takut. Perlahan pria itu membuka matanya, ia menatap Adelia dengan intens. "Apa kau sudah setua itu untuk menjadi pikun secepat ini?" canda pria itu. "Apa aku perlu mengulang kegiatan panas yang kita lakukan semalaman?" tanya pria itu. Adelia terdiam ia melihat dirinya di pantulan cermin yang ada disampingnya, bayang-bayang kegiatan panasnya dengan p

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   BAB 24 Gugup

    "Mas yang mana lemari pakaianku?" tanya Ayra karena kebingungan. Ayra melihat begitu banyak lemari yang ada di walkin closed. "Semua kebutuhan kamu ada disini," tunjuk Arthur. "Baiklah terima kasih," ucap Ayra. Ayra membuka lemarinya, betapa terkejutnya Ayra ketika melihat isi lemari yang sudah disediakan Arthur. "M-Mas," panggil Ayra "Hemm... ada apa?" sahut Arthur yang melihat ponselnya. "I-ini beneran punyaku?" tanya Ayra dengan gugup. Ayra bergedik ngeri melihat lingrie yang sudah disiapkan oleh Arthur. "Hemm... kenapa emangnya?" "Apa tidak ada baju yang lain? I-ini terlalu terbuka dan tipis..." Arthur mengalihkan pandangannya, kini ia melihat Ayra. "Memangnya kenapa?" "Aku gak terbiasa memakai pakaian seperti ini mas," Arthur bangun dari duduknya ia mendekati Ayra. "Mulai sekarang biasakan menggunakan ini," bisik Arthur tepat ditelinga Ayra. Ayra merasa merinding karena ulah Arthur, dan ia semakin gugup. Arthur menyunggingkan senyumnya melihat

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   23 Sah

    Di kediaman Arthur, Arthur sedang berbicara dengan Adelia."Adel, besok mas akan menikah dengan Ayra, mas harap kamu bisa hadir dan menyetujui pernikahan mas dengan Ayra," pinta Arthur"Baik mas, apa mas akan membawanya kerumah ini?" tanya Adelia"Ya, mas akan membawanya kesini, mas harap kamu bisa bersikap baik dengannya," "Aku pasti akan bersikap baik dengannya, jika dia juga bersikap baik denganku,""Mas, apakah setelah menikah cinta mas untukku akan berkurang?" lirih Adelia."Rasa cinta mas denganmu memang sudah tidak ada semenjak kamu membohongi mas, semenjak kamu benar-benar tidak mau memiliki anak," ucap Arthur dengan dingin."Jadi mas sudah mencintai wanita itu?""Panggil dia Ayra, dia mempunyai nama!""Secepat itu mas sudah mencintainya?""Itu bukan urusanmu Adel, mas hanya ingin kau bersikap baik dengan Ayra."Baiklah mas, aku akan bersikap baik dengannya,"***Pagi ini Ayra sudah terlihat sangat cantik, ia sudah di rias oleh MUA yang dikirim oleh Arthur."Wah kamu terlihat

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   BAB 22 Perasaan Zean Ke Ayra

    "Ada apa mas kemari?" tanya Zean tanpa melihat ke arah Arthur, ia masih betah melihat halaman rumahnya yang luas dari balkon kamarnya."Apa Ayra wanita yang sering kamu ceritakan? yang kamu taksir?" tanya Arthur."Apakah kalau aku mengatakan iya, mas akan memberikannya kepadaku?" tanya Zean kembali."Tentu saja tidak," jawab Arthur."Kalau itu jawaban mas kenapa mas menanyakan itu kepadaku?""Aku ingin meyakinkan saja, apakah kau masih menyukainya atau sudah melupakannya,""Apa mas serius ingin menikahinya?" tanya Zean dengan menatap tajam Arthur."Ya," jawab Arthur."Apa mas akan mencintai dan menyayanginya? atau mas hanya ingin memiliki anak saja dengannya, selebihnya mas tidak peduli dengannya?"Itu bukan urusan kamu, jika dia sudah menikah dengan mas, bagaimana dia kamu jangan pernah ikut campur," pesan Arthur."Jika mas menyakitinya, aku orang pertama yang akan membawanya pergi jauh dari mas," pesan Zean."Mas pastikan dia tidak akan pernah mau ikut denganmu.""Kita lihat saja na

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua Bos Arogan   BAB 21 Kerumah Orang Tua Arthur

    Ayra keluar dari ruang ganti, Arthur meihat Ayra sampai tidak mengedipkan matanya."Mas Arthur bagaimana yang ini?" tanya Ayra."Cantik," kata Arthur yang keluar begitu saja dari mulutnya."Orangnya yang cantik atau bajunya yang cantik?" goda pemilik butik."Orangnya," ucap Arthur tanpa sadar memuji kecantikan Ayra."Gaun itu terlihat cantik dipakai oleh Ayra," ralat Arthur."Kamu suka gaun itu Ayra?" tanya pemilik butik."Ya tante saya menyukainya," jawab Ayra."Kami pilih gaun itu tante," ucap Arthur.Pemilik Butik membungkus gaun itu dan diberikan kepada Ayra.Arthur memberikan black cardnya kepada tante,"Ini tante,""Tidak usah Arthur," tolak pemilik toko."Tapi tante,""Tante memberikan ini untuk Ayra, sebagai hadiah untuk pernikahan kelian,""Kalau begitu terima kasih tante," ucap Arthur."Terima kasih tante," ucap Ayra."Semoga Samawa, dan kelian bahagia.""Ammiin," ucap Ayra dan Arthur bersamaan.Bagaimana bisa aku bahagia dengan pria Arogan seperti ini, kalau bukan karena kea

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status