Tuan Smith sangat marah dengan Arthur, dia membatalkan untuk bekerja sebelum mereka mebicarakannya karena keributan yang dibuat Adelia istri Arthur.
Ayra mengejar tuan Smith yang ingin masuk kedalam mobilnya,"Tuan Smith, saya mohon anda jangan membatalkan kerja sama kita sebelum kita membicarakannya," "Maaf nona Ayra, tapi apa yang dilakukan oleh istri tuan Arthur sudah sangat keterlaluan, itu sangat membuat saya malu," tutur tuan Smith. Ayra menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar, "Baiklah kalau begitu apakah anda mau membicarakan tentang proposal ini, dan kita mencari tempat lain." "Saya tidak mempunyai waktu banyak, karena waktu saya sudah terbuang sia-sia melihat pertengkaran rumah tangga orang lain," ucap tuan Smith. Ayra tak habis pikir, Ayra akan melakukan segala cara agar tuan Smith tidak membatalkan kerja samanya. "Bagaimana kalau kita membicarakannya di dalam mobil tuan Smith? dan setelah selesai anda bisa menurunkan saya di tempat kita selesai membicarakannya, Saya ingin anda mendengarkan dulu persentasi saya baru anda bisa mengatakan membatalkan atau lanjut tanda tangan kontrak," jelas Ayra. Tuan Smith melihat kedua bola mata Ayra yang hitam dan besar, tuan Smith melihat jika Ayra adalah gadis baik-baik, bukan seperti Sekretaris pada umumnya, yang suka menggoda atasan, "Ternyata kamu gadis pemaksa ya, masuklah kedalam mobil," Ayra menundukkan tubuhnya," Terima kasih tuan Smith," Ayra menjelaskan tentang isi proposal yang ia bawa, dan menjelaskan keuntungan-keuntungan jika tuan Smith menerima kerja sama ini, dan kedua belah pihak akan sama-sama mendapatkan keuntungan yang sama-sama besar. Tuan Smith menyukai cara Ayra menyampaikan persentasinya yang singkat, padat, dan jelas. Tidak bertele-tele. "Baiklah nona Ayra, saya menyetujui kerja sama ini, jadi kamu atur saja kembali jadwal pertemuan kita dengan tuan Arthur, walau bagaimanapun tuan Arthurlah atasan anda dan penanda tanganan kontraknya harus bersama dia," ucap tuan Smith. Ayra tersenyum, ia sangat merasa senang dengan hasil yang ia dapat, dihari pertamanya kerja dia telah berhasil membuat tuan Smith tidak jadi membatalkan kontrak kerja sama mereka. Ayra mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan tuan Smith, "Baiklah tuan Smith, nanti saya akan atur jadwal pertemuan kita lagi tuan," Tuan Semith tersenyum dan mengulurkan tangannya berjabatan tangan dengan Ayra "Akan saya tunggu nona Ayra,". Ayra terlalu asyik mengobrol dengan tuan Smith, sehingga tidak menyadari jika tuan Smith telah mengantarnya ke perusahaan Arthur. "Tuan... ini... ini perusahaan tempat saya bekerja!" ucap Ayra "Ya, karena saya sangat menyukai persentasimu maka saya akan mengantarkan kamu kembali ke kantor, karena kamu telah ditinggal begitu saja oleh tuan Arthur," ucap tuan Smith. "Ah tidak papa pak, itu mungkin sudah menjadi resiko seorang sekretaris," ucap Ayra. Arthur dan Adelia yang baru sampai di perusahaan melihat Ayra berpamitan dengan tuan Smith, Arthur merasa sangat malu jika sampai Ayra menggunakan cara kotor untuk mendekati tuan Smith, bahkan tuan Smith tadi menatap Ayra dengan tatapan yang sulit diartikan. Apa yang dilakukannya dengan tuan Smith, batin Arthur. Adelia mencoba memprovokasi Arthur,"Mas, kamu lihatkan perempuan itu suka menggoda pria, aku gak mau ya dia menjadi sekretaris kamu," "Adelia diam lah, kamu tahu berapa jumlah kerugian mas karena batal bekerja sama dengan tuan Smith?" tanya Arthur. Adelia hanya menggelengkan kepalanya. "Asalkan kamu tahu kerugian mas adalah milyaran rupiah." bentak Arthur. Arthur meninggalkan Adelia yang mematung mendengar kerugian Arthur sampai milyaran rupiah. Kalau aku tahu dia sedang bersama rekan bisnisnya yang membicarakan kerja sama yang nominalnya milyaran rupiah, aku akan menahan amarahku sampai di rumah atau di kantor. batin Adelia Ah ini semua gara-gara mereka yang manas-manasi aku tadi, pikir Adelia. Adelia melihat jam tangannya. "Ah sudah Jam 13.45 aku harus bertemu dengan teman-temanku," Kapan-kapan aja aku kasih pelajaran wanita itu. Arthur didalam ruangannya merasa sangat kesal dan frustasi. Kamu benar-benar keterlaluan Adelia, ribut didepan umum dan rekan bisnis mas, batin Arthur. Tok, tok, tok... "Masuk" kata Arthur, "Ada apa?" tanya Arthur dengan dingin dan mata elangnya menatap tajam Ayra. "Maaf pak saya hanya ingin mengatakan kalau pak Smith ingin bertemu dengan anda sekali lagi untuk menandatangani kontrak." ucap Ayra Arthur merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya,"Apa!" Arthur memicingkan matanya melihat Ayra dari atas sampai bawah," Apa kamu mendapatkan persetujuan tuan Arthur dengan menggodanya?" "Astaghfirullah pak, tega sekali bapak menuduh saya seperti itu," lirih Ayra dengan mata sudah mulai berkaca-kaca "Tuan Smith itu tidak sembarangan menerima kontrak kerja sama, tapi kamu kok bisa sangat mudah dan diantar sampai ke perusahaan lagi," "Terserah bapak mau percaya apa tidak, saya sudah berusaha mendapatkan tanda tangan ini, dan selanjutnya terserah bapak karena saya kesini hanya untuk menanyakan kira-kira kapan bapak bisa menemui tuan Smith kembali" murka Ayra yang langsung keluar dari ruangan Arthur Ayra kembali keruangannya dengan wajah yang sudah dibasahi oleh air mata. Aku harus kuat, aku harus kuat, batin Ayra. Ayra mencuci wajahnya dan memakai make up tipisnya. "Ah sudah waktunya metting yang kedua," gumam Ayra. Ayra mengetuk pintu ruangan Arthur namun tidak ada sahutan, namun saat Ayra ingin kembali keruangannya tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh Arthur. Kyak... Ayra terkejut dan berteriak. "Kenapa bapak menarik saya, dan memeluk saya" protes Ayra. "Maafkan saya sudah menuduhmu yang bukan-bukan, saya sudah menghubungi tuan Smith dan tuan Smith sangat menyukai hasil kerjamu ," jelas Arthur "Terima kasih ya, terima kasih Ayra," ucap Arthur yang masih memeluk Ayra. "I-iya pak, tapi saya mohon lepaskan saya pak, bapak jangan seperti ini, nanti kalau ada yang lihat maka mereka akan salah paham," ucap Ayra.Arthur melepaskan pelukkannya," Maafkan saya Ayra, kabar yang kamu berikan ini sangat membahagiakan saya,"
"Sama-sama pak," ucap Ayra.
"Ah iya pak, sekarang waktunya untuk meeting lagi pak," ucap Ayra.
"Baiklah, ayo kita berangkat sekarang," ajak Arthur.
Ayrapun menganggukkan kepalanya dan mengikuti bosnya yang sudah berjalan terlebih dulu.
Adelia baru saja pulang kerumahnya, saat ia melihat kamar Ayra ia sangat merasa geram, seandainya dia tahu password untuk masuk kedalam kamarnya maka itu sangat menyenangkan untuknya, memporak-porandakan kamar Ayra."Enak sekali wanita itu, selalu bersama dengan mas Arthur," gumam Adelia.Adelia mengeluarkan sebuah botol yang berisikan obat dari laci nakasnya."Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia dengan mas Arthur, aku akan membuat kamu keluar dari rumah ini," gumam Adelia lagi.Ting...Satu notif masuk ke ponsel Adelia, Adelia membuka pesannya."Alex" gumam Adelia melihat nama Alex yang tertera di layar ponselnya."Hai sayang, Apa malam ini kamu ada waktu?" Isi pesan Alex."Aku tidak ada waktu, aku ingin bersama dengan suamiku malam ini," balas Adelia."Baiklah, semoga kamu bahagia dengan suami kamu," isi pesan Alex.Adelia tidak membalas pesan dari Alex lagi, ia sangat ingin beristirahat, karena ia merasa sangat lelah digempur habis-habisan oleh Alex.*** Arthur, Adelia dan Sean
"Apa seharian ini akan tetap berada di kantorku?" tanya Arthur kepada Sean yang tidak juga pergi dari ruangannya."Santai sedikitlah, aku masih ingin melihat sekretarismu itu," jawab Sean dengan santainya."Apa matamu itu ingin ku congkel dari tadi kau hanya memandangi sekretarisku?""Ah, emangnya ada apa kau dengan sekretarismu ini, kenapa dari tadi kamu sangat sensi kalau aku memandangi sekretarismu?""Itu bukan urusanmu, sekarang pergi lah dari kantorku," usir Arthur."Ck, kau ini kejam sekali,""Apa kau sudah menjadi pengangguran?""Aku bukan pengangguran, hanya ingin menambatkan hatiku kepada sekretaris cantik ini," goda Sean yang mendekati meja Ayra."Jangan pernah kau mendekatinya," marah Arthur yang ikut mendekati Ayra dan menarik tangan Ayra agar menjauh dari Sean.Sean memicingkan matanya,"Sepertinya ada sesuatu,""Ah, sudah-sudah jangan ribut lagi, lebih baik saya keluar aja ya pak," pamit Ayra yang merasa tidak enak."Tidak Ayra kamu tetaplah disini," ucap Arthur yang sekar
"Baiklah aku turun disini mas," jawab Ayra dengan pasrah.Ayra turun dari mobil Arthur, dan berjalan terlebih dahulu, sedangkan Arthur menyuruh supirnya untuk mengikutinya dari belakang sampai di perusahaan.Ayra sudah masuk terlebih dahulu kedalam perusahaan, namun ketika sampai di lift, Ayra harus mengantri lift, semua karyawan sedang menggunakan lift untuk ke lantai masing-masing.Namun Arthur melihat antara laki-laki dan perempuan semuanya bercampur dan berdekatan, Arthur tidak rela jika Ayra berdekatan dengan laki-laki lain."Ayra," panggil Arthur dengan dingin."Ya pak," sahut Ayra yang terkejut tiba-tiba dipanggil Arthur, ia takut kalau karyawan lainnya curiga."Kemarilah, saya ingin menanyakan tentang laporan yang saya suruh kerjakan semalam apakah sudah kamu kerjakan?" tanya Arthur."Su-sudah pak," jawab Ayra merasa bingung, namun dia ikuti saja apa yang di katakan Arthur."Kalau begitu, bisa kamu jelaskan kepada saya sekarang?""Bi-bisa pak,""Kalau begitu ayo ikut saya naik
Arthur baru saja selesai mandi, ia akan bersiap pergi ke kantor, namun netra matanya melihat di atas ranjang sudah tersedia pakaian yang sudah disiapkan oleh Ayra."Ternyata dia sudah menyiapkan pakaianku, dan semua yang akan aku pakai hari ini," gumam Arthur sambil tersenyum."Heemmm... seleranya bagus juga," gumam Arthur."Tapi dimana dia sekarang?" gumam Arthur kembali yang tidak melihat keberadaan Ayra.Sedangkan orang yang dicari-cari oleh Arthur kini sedang menyiapkan serapan untuk mereka, mbok na sudah melarang Ayra untuk di dapur, namun Ayra tetap ingin membuatkan serapan untuk mereka, mbok na tidak bisa berbuat apa-apa ia harus menuruti permintaaan majikan barunya itu.Arthur yang baru saja turun dari lantai dua langsung mencari keberadaan Ayra, ia tersenyum kecil melihat Ayra sedang menyiapkan serapan di atas meja makan."Sedang apa kamu?" tanya Arthur."Eh mas, kamu sudah selesai? aku cuma buatkan serapan untuk kita," jawab Ayra."Kenapa harus kamu? kan ada mbok Na?" tanya
Di pagi hari Adelia terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. "Ah, kepalaku sangat pusing," keluh Adelia. Adelia memegang kepalanya yang sangat pusing, ia mengingat-ingat kejadian yang terjadi kepadanya. Adelia sibuk dengan pikirannya sendiri dikejutkan dengan tangan kekar seorang pria memeluknya tiba-tiba, ia mengira itu adalah Arthur, namun ketika ia menoleh kesamping ia terkejut, karena yang tidur bersama dengannya bukanlah Arthur. "Siapa kamu," teriak Adelia. "Ssstt... baby, kenapa kamu berteriak sepagi ini, aku masih mengantuk," ucap pria itu dengan mata yang masih terpejam. "Si-siapa kamu?" tanya Adelia yang merasa takut. Perlahan pria itu membuka matanya, ia menatap Adelia dengan intens. "Apa kau sudah setua itu untuk menjadi pikun secepat ini?" canda pria itu. "Apa aku perlu mengulang kegiatan panas yang kita lakukan semalaman?" tanya pria itu. Adelia terdiam ia melihat dirinya di pantulan cermin yang ada disampingnya, bayang-bayang kegiatan panasnya dengan p
"Mas yang mana lemari pakaianku?" tanya Ayra karena kebingungan. Ayra melihat begitu banyak lemari yang ada di walkin closed. "Semua kebutuhan kamu ada disini," tunjuk Arthur. "Baiklah terima kasih," ucap Ayra. Ayra membuka lemarinya, betapa terkejutnya Ayra ketika melihat isi lemari yang sudah disediakan Arthur. "M-Mas," panggil Ayra "Hemm... ada apa?" sahut Arthur yang melihat ponselnya. "I-ini beneran punyaku?" tanya Ayra dengan gugup. Ayra bergedik ngeri melihat lingrie yang sudah disiapkan oleh Arthur. "Hemm... kenapa emangnya?" "Apa tidak ada baju yang lain? I-ini terlalu terbuka dan tipis..." Arthur mengalihkan pandangannya, kini ia melihat Ayra. "Memangnya kenapa?" "Aku gak terbiasa memakai pakaian seperti ini mas," Arthur bangun dari duduknya ia mendekati Ayra. "Mulai sekarang biasakan menggunakan ini," bisik Arthur tepat ditelinga Ayra. Ayra merasa merinding karena ulah Arthur, dan ia semakin gugup. Arthur menyunggingkan senyumnya melihat
Di kediaman Arthur, Arthur sedang berbicara dengan Adelia."Adel, besok mas akan menikah dengan Ayra, mas harap kamu bisa hadir dan menyetujui pernikahan mas dengan Ayra," pinta Arthur"Baik mas, apa mas akan membawanya kerumah ini?" tanya Adelia"Ya, mas akan membawanya kesini, mas harap kamu bisa bersikap baik dengannya," "Aku pasti akan bersikap baik dengannya, jika dia juga bersikap baik denganku,""Mas, apakah setelah menikah cinta mas untukku akan berkurang?" lirih Adelia."Rasa cinta mas denganmu memang sudah tidak ada semenjak kamu membohongi mas, semenjak kamu benar-benar tidak mau memiliki anak," ucap Arthur dengan dingin."Jadi mas sudah mencintai wanita itu?""Panggil dia Ayra, dia mempunyai nama!""Secepat itu mas sudah mencintainya?""Itu bukan urusanmu Adel, mas hanya ingin kau bersikap baik dengan Ayra."Baiklah mas, aku akan bersikap baik dengannya,"***Pagi ini Ayra sudah terlihat sangat cantik, ia sudah di rias oleh MUA yang dikirim oleh Arthur."Wah kamu terlihat
"Ada apa mas kemari?" tanya Zean tanpa melihat ke arah Arthur, ia masih betah melihat halaman rumahnya yang luas dari balkon kamarnya."Apa Ayra wanita yang sering kamu ceritakan? yang kamu taksir?" tanya Arthur."Apakah kalau aku mengatakan iya, mas akan memberikannya kepadaku?" tanya Zean kembali."Tentu saja tidak," jawab Arthur."Kalau itu jawaban mas kenapa mas menanyakan itu kepadaku?""Aku ingin meyakinkan saja, apakah kau masih menyukainya atau sudah melupakannya,""Apa mas serius ingin menikahinya?" tanya Zean dengan menatap tajam Arthur."Ya," jawab Arthur."Apa mas akan mencintai dan menyayanginya? atau mas hanya ingin memiliki anak saja dengannya, selebihnya mas tidak peduli dengannya?"Itu bukan urusan kamu, jika dia sudah menikah dengan mas, bagaimana dia kamu jangan pernah ikut campur," pesan Arthur."Jika mas menyakitinya, aku orang pertama yang akan membawanya pergi jauh dari mas," pesan Zean."Mas pastikan dia tidak akan pernah mau ikut denganmu.""Kita lihat saja na
Ayra keluar dari ruang ganti, Arthur meihat Ayra sampai tidak mengedipkan matanya."Mas Arthur bagaimana yang ini?" tanya Ayra."Cantik," kata Arthur yang keluar begitu saja dari mulutnya."Orangnya yang cantik atau bajunya yang cantik?" goda pemilik butik."Orangnya," ucap Arthur tanpa sadar memuji kecantikan Ayra."Gaun itu terlihat cantik dipakai oleh Ayra," ralat Arthur."Kamu suka gaun itu Ayra?" tanya pemilik butik."Ya tante saya menyukainya," jawab Ayra."Kami pilih gaun itu tante," ucap Arthur.Pemilik Butik membungkus gaun itu dan diberikan kepada Ayra.Arthur memberikan black cardnya kepada tante,"Ini tante,""Tidak usah Arthur," tolak pemilik toko."Tapi tante,""Tante memberikan ini untuk Ayra, sebagai hadiah untuk pernikahan kelian,""Kalau begitu terima kasih tante," ucap Arthur."Terima kasih tante," ucap Ayra."Semoga Samawa, dan kelian bahagia.""Ammiin," ucap Ayra dan Arthur bersamaan.Bagaimana bisa aku bahagia dengan pria Arogan seperti ini, kalau bukan karena kea