Share

Bab 121

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-05-20 23:53:32

“Aku nggak mau balas dendam untuk siapapun,” ujar Sophia pelan, tapi terdengar jelas kalau kalimat itu diucapkan dengan tegas. “Kalian jangan manfaatin aku.”

Dia tahu betul orang-orang seperti ini hanya ingin memanfaatkannya. Dia juga tahu Markus bukan orang yang baik. Tidak hanya dirinya tapi pria ini bisa membongkar semua yang pernah mereka lakukan di masa lalu. Sophia tahu betul pria ini sangat licik.

Markus menghela napas kasar. “Kau ini keras kepala banget ya,” balasnya, mencoba menahan emosinya. “Coba kalau gak ada kami, siapa yang peduli padamu saat Alex membuangmu?”

Tentu saja ucapan itu hanya isapan jempol belaka bagi Sophia. Dia bukan orang bodoh. Dia tahu siapa yang tulus dan siapa yang hanya ada untuk kepentingan sendiri. Tidak ada yang benar-benar peduli padanya, termasuk keluarga kandungnya sendiri.

“Kalian bukan peduli,” jawab Sophia cepat. “Kalian sok peduli karena memang mau memanfaatkan aku. Tapi aku ingatkan sekali lagi, apapun usaha kalian untuk membujukku agar mau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ernah Tupper
yg penting update Bab nya banyak baca cepet selesai biar bisa baca cerita yg terbaru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 232

    Pukul 08.15 pagi, Alex dan William sudah berada di ruang arsip kantor cabang. Ruangannya tidak terlalu luas, dindingnya dipenuhi rak logam yang berisi tumpukan map dan folder dari berbagai departemen. William berdiri di dekat rak paling ujung, membuka satu map bertuliskan Proyek Pelatihan Wilayah Utara - Leonardo A.Sementara Alex duduk di bangku lipat, menelusuri satu per satu dokumen fisik sambil mencocokkannya dengan data digital di laptopnya.“Ini aneh, Tuan,” ujar William sambil mengangkat satu lembar fotokopi invoice.Alex menoleh. William menunjukkan kertas yang dipegangnya.“Ini invoice pembayaran sewa aula untuk pelatihan dua bulan lalu. Tapi nama aula ini sama persis dengan yang ada di proyek tahun lalu, bahkan dengan nomor invoice yang sama. Bedanya, tahun lalu memang benar ada pelatihan. Sekarang, ini kayak hasil salinan.”“Ini juga ada proyek fiktif lagi,” tambah William menyerahkan data lain.Alex mengambilnya dan membandingkan dengan arsip tahun lalu. Kertasnya sama. H

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 231

    “Angelica… dia orangnya seperti apa sih, Carlota?”Carlota tidak langsung menjawab. Ia berhenti melipat selimut, lalu duduk di kursi dekat sofa.“Kenapa tanya itu, Nona?” tanyanya pelan.Michelle menarik napas. “Nggak tahu. Tiba-tiba pengin tahu aja. Tadi Alvaro bilang… dia selalu nanyain aku. Tapi aku masih sulit percaya.”Carlota mengangguk. Ia meletakkan tangannya di pangkuan, lalu mulai menjawab.“Kalau soal Nyonya Angel, saya cuma bisa bilang satu hal, Nona. Beliau memang baik. Nggak dibuat-buat. Nggak ada kepura-puraan.”Michelle terdiam, mendengarkan.“Beliau bukan tipe yang banyak omong atau sok perhatian. Tapi kalau ada orang yang butuh bantuan, beliau selalu datang duluan. Bahkan kadang diam-diam membantu orang tanpa harus diketahui oleh orang lain. Hal ini juga yang membuat nyonya Maximus akhirnya luluh dan meyakini kalau menantunya ini adalah orang baik. Dulu biar sangat jahat sekali pada Nyonya Angelica. Tapi sekarang beliau benar-benar menganggap Nyonya Angelica seperti

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 230

    Setelah mengantar Michelle menjalani sesi terapi di klinik milik dokter Anna, dan sempat makan siang bersama di sebuah restoran yang tidak ada di pusat kota New Capitol, Alvaro kini telah mengantar Michelle kembali ke apartemen yang menjadi tempat tinggal sementaranya. Hari itu cukup melelahkan, tapi berjalan lebih baik dari biasanya. Michelle tampak sedikit lebih tenang, meski ekspresi wajahnya tetap tertutup seperti biasa.Alvaro membantu Michelle masuk, memastikan kursi rodanya terparkir rapi di dekat sofa. Ia meletakkan tas kecil berisi obat di atas meja, lalu berdiri sebentar sambil mengecek jam tangan. Waktu menunjukkan hampir pukul empat sore."Aku kembali ke rumah sakit dulu ya," ucap Alvaro pelan. Ia berdiri di depan Michelle, matanya menatap lurus. "Kamu istirahat. Jangan lupa minum obatnya.”Michelle mengangguk kecil, dan saat ia ingin menjawab, tiba-tiba Alvaro—entah karena refleks atau saking terbiasanya memperlakukan pasien dengan hangat—mengusap pelan rambut Michelle.

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 229

    Mobil sedan hitam milik Alvaro berhenti di depan sebuah restoran bergaya modern-industrial di pusat kota New Capitol. Tidak terlalu mewah, tapi jelas bukan tempat biasa. Letaknya strategis, dekat dengan pusat bisnis dan gedung pemerintahan. Hari itu cukup ramai, tapi Alvaro sudah melakukan reservasi sebelumnya. Michelle menoleh ke arah jendela. Ekspresinya datar, seperti biasa. Tapi matanya menyiratkan keraguan. Jujur dia malu harus jalan dengan Alvaro. Dia menjadi insecure berada di samping Alvaro. Pria bertubuh tinggi tegap ganteng, genius dan menjadi idola para perawat di Rumah Sakit tempat Alvaro bekerja. Michelle tahu semua itu. Tapi, melihat Alvaro mengajaknya ke tempat umum seperti ini, jujur Michelle sangat minder. "Kenapa pilih tempat seperti ini?" tanyanya pelan. "Kamu yakin mau makan di sini bareng aku?" Alvaro membuka pintu dan turun lebih dulu. Lalu ia membukakan pintu sisi penumpang, membantu Michelle duduk di kursi roda yang sudah ia keluarkan dari bagasi. Gerakann

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 228

    “Selamat siang, dok. Silahkan duduk.”Dokter Anna menyapa Alvaro dan juga Michelle secara bergantian. Setelah duduk di depan meja kerja dokter paruh baya itu, Alvaro lalu menceritakan niatnya datang ke klinik ini. Dia suka membawa dokumen pemeriksaan Michelle selama menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Wanita itu benar-benar pasrah. Dia menyerahkan semuanya pada Alvaro. Meski Alvaro satu-satunya orang yang menyebalkan, tapi nyatanya Alvaro berhasil membuat Michelle tersenyum. Alvaro berhasil membuat Michelle merasa tidak sendirian di dunia ini.Michelle duduk diam di kursi roda saat seorang perawat datang menghampiri. "Silakan ke ranjang, ya. Kami bantu pindahkan," ucapnya ramah.Alvaro ikut membantu memindahkan Michelle ke ranjang periksa dengan teknik yang hati-hati dan terlatih. Setelah memastikan posisi tubuh Michelle nyaman, dokter Anna mendekat sambil mencuci tangan."Saya mulai pemeriksaannya, ya," ujar dokter Anna. Ia memeriksa kondisi otot di paha dan betis Michelle, menek

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 227

    Michelle terdiam di kursi penumpang. Dari awal, dia yakin Alvaro akan membawanya ke rumah sakit seperti biasa. Tapi sejak keluar dari area apartemen dan mobil terus melaju tanpa berbelok ke kanan ke arah Golden Gate International Hospital, keningnya mulai berkerut. Jalur ini jelas bukan rute ke rumah sakit yang biasa mereka tuju.Dia melirik ke luar jendela, memperhatikan jalan yang mereka lalui. Perasaannya tidak enak. Lalu, ia memutuskan bertanya."Alvaro," katanya pelan, suaranya tidak terlalu tinggi. Dia agak terkejut dengan jalur yang ditempuh oleh Alvaro."Ya?" jawab Alvaro, tetap menatap ke depan. Ia fokus pada kemudi."Bukankah seharusnya kalau mau ke rumah sakit kita belok kanan? Ini malah terus. Kamu salah jalan, ya?"Harusnya sih nggak mungkin seorang Alvaro salah jalan, apalagi rumah sakit itu hampir setiap hari dilalui oleh pria ini. Tapi entah kenapa sang direktur justru memilih jalan lain. Atau jangan-jangan mereka tidak akan terapi ke rumah sakit? Pikir Michelle.Alva

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status