Share

Bab 7

Saat itu, hampir tiga bulan Dyana terperangkap dalam jerat kehidupan Jason. Dyana yang terpenjara tidak pernah boleh keluar dari mansion. Tidak boleh berbicara pada siapapun selain orang-orang yang dipercaya dan dikenal oleh Jason.

Rasa itu membuatnya gila, Dyana gila karena terperangkap dalam kemewahan bukanlah hidupnya. Hidupnya selama ini bebas, tidak dipenuhi aturan yang mengekang.

Tapi bersama Jason? Dia tidak boleh memiliki kebebasan itu semua. Hanya Jason yang boleh menentukan hidup Dyana.

Karena sudah muak dengan segalanya, termasuk dengan Jason yang bungkam pada hubungan mereka akhirnya Dyana pergi dari mansion, kabur tanpa membawa apapun selain telepon dan dompet miliknya.

Dyana tidak peduli lagi mengenai Jason yang marah, Dyana tidak peduli lagi jika pada akhirnya adiknya atau neneknya akan sengsara lagi karena ulahnya. Sebab pada akhirnya Dyana lah yang menanggung emosi dan tekanan batin.

Mansion mewah itu sendiri berada di salah satu pulau pribadi di Scotland dan dikelilingi oleh hutan yang rimbun.

Dyana berlari saat itu, berusaha menyusuri rimbunnya hutan. Saat dirinya sudah hampir mencapai penyebrangan antara pulau itu dan pulau yang dihuni oleh beberapa nelayan. Jason menangkapnya. Bruno dan Jason berhasil bertemu dengannya bahkan sebelum Dyana bisa melihat langsung adanya kapal kecil untuk membawanya pergi.

Tangisan Dyana saat itu nyata, kelelahan, kelaparan dan kekecewaannya itu menyakitkan dibalut dengan aliran airmata yang sia-sia.

Jason menghajarnya dan memperkosanya dihadapan para bawahannya dan Bruno. Tatapan mata Bruno yang menghakimi dan mencela itu masih terngiang-ngiang dengan jelas di pikirannya.

Setelah selesai, Jason berdiri dan menatap Dyana seakan-akan Dyana adalah makhluk paling menjijikan yang pernah ada.

Dyana mati rasa saat itu, tidak tahu lagi harus menangis karena kecewa atau rasa sakit.

Tapi kemudian suara Jason membawanya kedalam kesadaran luar biasa.

"Ku pikir wanita ini sudah muak menjadi mainan ku. Jika begitu mengapa aku masih harus memberikan belas kasihan ku padanya? Bukankah lebih baik jika saat ini aku menyerahkan tubuhnya ini pada kalian?" Suara Jason yang dalam itu berhasil membuat para bawahannya tersentak karena bagaimanapun Jason sangat posesif pada Dyana.

"Tidak!" Dyaba berusaha bangun dari keadaan telanjangnya, tubuhnya sakit dimana-mana. Bahkan ada luka berdarah yang mengenaskan. Membuat pakaian miliknya yang compang-camping terlihat merah pekat.

"Mengapa? Kalian pikir aku bercanda?"

Para bawahan yang terdiri dari tiga orang itu saling menatap satu sama lain. Tidak ada yang bisa berbicara.

"Jason!" Bentak Bruno yang saat itu masih menatap Dyana dengan iba.

"Kenapa membentak ku seperti itu?! Apa kau ingin mencicipinya?"

"Kau tidak bisa melakukannya!" Bruno menaikan suaranya melebihi biasanya.

"Aku bisa dan aku akan!" Wajah keras Jason memerah.

"Aku sudah berbuat banyak hal baik untuknya! Tapi apa yang dia lakukan sekarang?! Dia berusaha kabur! Dia meninggalkanku!" Raung Jason yang saat ini mulai menatap tajam Bruno.

"Aku benci orang yang tidak tahu diri. Dan dia sudah melakukannya. Jadi mengapa aku tidak bisa kejam padanya?"

"Sadarlah bahwa kau hanya takut ditinggalkan olehnya. Ini bukan hal yang kita sepakati bersama!" Tenang Bruno.

"Aku tidak peduli."

Dyana masih memohon, meraung sambil menangis. Dirinya berusaha menyeret tubuhnya yang penuh dengan luka ke kaki Jason.

"Ku mohon jangan... Tolong aku, ku mohon jangan lakukan itu padaku..." Lirih Dyana.

Jason tidak sekalipun melirik Dyana, Masih tidak peduli dengan adegan itu.

"Tidak ada kesempatan lagi. Mengapa aku harus membiarkan diri mu mendapatkan ampunan dariku lagi?"

Dyana menggeleng lalu mencium kaki Jason.

Dyana bukan wanita yang suci, dia pernah menjadi penyanyi untuk menghibur pria-pria tua di klub malam.

Tapi dirinya hanya pernah bermain bersama pria dengan Jason. Hanya dengan Jason karena memang sejak awal dia tidak pernah tertarik dengan gagasan untuk melakukan seks.

Jika Jason melepaskannya maka dia harus menjadi pemuas napsu para bawahan Jason.

Dan Dyana lebih baik mati karenanya.

"Aku mohon... A-aku berjanji a-akan melakukan a-apapun untuk menebus kesalahanku. Ku-ku mohon Jase..."

Ucap Dyana dengan terbata-bata dan dengan isakan menyedihkan.

Ada keheningan diantara mereka semua, hanya ada tangisan ketakutan dari Dyana.

Saat itu Dyana hampir pingsan karena mengira Jason benar-benar mengambil tubuhnya untuk diserahkan pada pesuruhnya itu.

Namun ternyata tidak, Jason ternyata duduk menatap wajahnya dengan cara menghadap wajah Dyana yang lebam karena pukulannya yang bertubi-tubi itu.

Wajah Jason masih mengeras, tatapannya masih tajam.

Jason mencengkram pipi Dyana kuat-kuat, menimbulkan erangan dari Dyana karena rasa sakitnya.

"Awalnya aku merasa kau pantas untuk mendapatkan semua hukuman atas ketidaksetiaan mu itu."

Cengkraman pipi Dyana berubah menjadi tekanan yang menyakiti dirinya lebih dalam lagi.

"Aku memberikan maafku lagi padamu tapi jangan harap aku bisa semudah itu lagi padamu."

Dan saat itu Jason meninggalkan Dyana, menyuruh pengawalnya untuk menggotong Dyana.

Sejak saat itu Dyana tidak boleh memegang telepon apapun, hanya boleh menggunakan telepon khusus milik Jason.

Jason tidak memperbolehkannya untuk keluar dari kamar, terus menerus membuatnya melayani nafsu Jason setiap hari walaupun tubuh Dyana dipenuhi memar.

Jason juga berubah, tidak pernah lagi pulang lebih awal. Dirinya pulang selalu melewati jam satu dan pergi setelah mereka bercinta.

Mungkin memang Jason yang dulu tidak pernah memeluknya atau memberikan efek kasih sayang apapun terhadap Dyana setelah mereka bercinta tapi setidaknya Jason sering menghabiskan waktu dengan Dyana entah hanya untuk membangun keheningan yang mencekik atau sekedar mengerjakan pekerjaannya.

Dyana kesepian atas sikap Jason, tubuhnya dirawat oleh Nathasya karena memang hanya dia yang mau menerima Dyana dengan ramah.

Hingga pada suatu malam, Dyana menangis menyesali semuanya. Itu tepat tiga minggu setelah rencana kaburnya gagal.

Jason tiba-tiba pulang cepat hari itu, hanya untuk menemukan Dyana yang menangis dan sesak napas.

Jason untuk pertama kalinya memeluknya, memintanya untuk mengatur napas dan menjanjikan bahwa mereka akan baik-baik saja.

Malam itu juga malam pertama dimana Jason tidak memaksakan diri pada Dyana, hanya mengelus rambutnya dan memintanya untuk tenang.

Keanehan berlanjut pada keesokan harinya dimana Jason menggenggam tangan Dyana dan mengatakan bahwa Dyana adalah kekasihnya. Di depan semua orang yang Dyana tahu di mansion itu.

Walaupun tanpa kalimat atau pernyataan aku mencintaimu, Jason menginginkannya menjadi kekasihnya.

Dan itu kacau.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status