Seluruh penghuni terlihat begitu riuh. Mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan yang luar biasa setelah mendapat kabar, jika Jeff Hilton akan datang berkunjung ke galeri. Bahkan ada juga yang berhamburan ke sana kemari.
Sementara di sebuah koridor yang lumayan panjang. Delano kembali terlelap dengan kondisi yang acak-acakan.Suara pintu yang terbuka berderit mengagetkan dirinya yang baru saja membuka kelopak matanya.Delano segera bangkit dari tempat duduknya. Ia yang semula berjongkok membersihkan lantai berpindah mendekati lukisan di dinding. Lukisan yang tak sadar ia buat sebagai bentuk protesnya pada Calista.
Niat Delano ingin mengacaukan semua lukisan, agar Calista merasa dipermalukan ketika saat pameran berlangsung. Akan tetapi, keadaan justru membuat siapapun terpana melihat lukisan yang diperbaiki Delano."Delano!Malam hari di sebuah bangunan mirip kastil tua.Pukul 23.10Delano duduk termenung, sambil memandangi kartu nama yang bertuliskan nama Jeff Hilton di kamarnya. Diusapnya berulang kali, lalu ia mengeluarkan potret kebersamaan dengan ibunya di masa kecil dulu."Lihatlah, anakmu sudah dewasa saat ini. Aku akan mewujudkan impianku, semoga kau berbahagia di sana, Bu." Delano menitikkan air mata, setelah mendengar dua temannya sedang ribut ia segera mengusap kasar bulir bening yang berhasil merembes di pipinya.Delano bangkit, kemudian menghampiri kedua temannya. "Terimakasih sudah membawaku ke tempat terkutuk itu."Hening.Kedua begundal kecil yang kini telah dewasa dan berubah menjadi preman jalanan, terdiam membeku menundukkan kepalanya di hadapan Delano."Kenapa kalian diam?" tanya Delano sambil terkekeh dan membentangkan kedua tangannya. B
Oscar menjelaskan kegiatan kegiatan Jeff Hilton pada Delano. Pria berwajah tampan dengan garis tegas namun memiliki keanehan fisiknya, dengan cepat sekali mempelajari pekerjaan barunya.Ia bahkan bisa menyediakan kopi hitam pekat kesukaan Jeff Hilton. Dan Jeff pun menyukai apapun yang dibuatkan Delano. Bagi Jeff, pekerjaan Delano begitu memuaskan meski masih tergolong baru.Ada hal menarik dalam diri Delano. Pria pendiam, tapi begitu pandai merancang lukisan lukisan.
Firenze - Italia, malam hari.Pukul 21.00Delano pulang dengan rasa kesal dan dilema. Kenangan masa lalu bersama sang ibu kembali bermunculan di benaknya. Semua itu membuat hati Delano begitu sakit.Di sisi lain, ia bingung memilih tetap melangkah atau mengundurkan diri setelah mengetahui kebobrokan Jeff Hilton.Di jalanan yang mulai perlahan sepi, Delano berjalan deng
Oscar dan Delano berjalan dengan langkah kaki seribu menuju ruang pribadi Jeff Hilton, setelah suara bariton si pemilik galeri terus saja memekik tanpa henti.Ya. Ruangan luas, yang bisa disebut sebagai kamar pribadinya ini memang tidak bisa dimasuki sembarang orang. Namun, Jeff memberikan Oscar dan Delano akses khusus memasukinya. Perlakuan spesial untuk orang yang memiliki bakat tak biasa selalu Jeff berlakukan."Dari mana saja kamu!" geram Jeff Hilton, dengan sorot matanya yang tajam mengiris menatap Delano yang berdiri berhadapan dengan kepala tertunduk."Dari aula, menyelesaikan lukisan. Aku pikir kau tidak membutuhkanku, jadi aku memanfaatkan waktu luang," sanggah Delano dengan wajah datar.Tentu jawaban tersebut membuat Jeff Hilton justru terkesan. Meskipun begitu penghinaan yang baru saja terjadi berhasil memancing emosinya."Apa kau tidak melihat kegaduhan di luar
Di malam yang sepi, Delano kembali menyendiri di taman kota. Ya. Tempat favorit Delano belakangan terakhir ketika hatinya kalut.Suasana sekitar masih sama. Hening, menenangkan pikiran siapapun yang berada di sana. Ditambah udara segar yang berhembus, seakan menjadi terapis gratis bagi siapapun.Delano memejamkan matanya di sebuah kursi taman."Delano," desis seseorang memanggil. Suaranya begitu dekat di telinga pendengarnya.Delano terkesiap, ia membuka kelopak matanya perlahan. Ia terkejut melihat sosok tampan yang menyerupai dirinya. Sedang menelengkan kepalanya tepat di depan mata. Wajahnya bagaikan pinang dibelah dua."Kau—" ucapan Delano terputus, ia terkejut saat mengamati wajah pria di hadapannya begitu mirip dengannya.Hanya saja, perbedaannya. Sosok di hadapannya lebih modis, lebih rapi dan kelihatan berkelas. Selain itu, ia tidak memili
Hari hampir berganti pagi. Pekatnya malam menunggu mentari yang menggantikannya dengan benderang.Delano kali ini bangun lebih awal dari biasanya. Belum juga nyawanya terkumpul selepas bangun tidur, ia dikejutkan dengan keberadaan Darren yang kini sedang duduk di sebuah kursi yang terletak di dekat jendela.Letaknya tepat dihadapan Delano. Delano hanya menyandarkan diri di sisi ranjang sembari menatap pria misterius yang kini selalu mengikuti kemanapun dirinya pergi.Pria tampan tersebut terlihat mengamati jalanan. Ia bahkan mengacuhkan keberadaan Delano yang sejak tadi memperhatikannya."Apakah ini nyata?" tanya Delano sembari menghela napasnya, ia masih berusaha meyakinkan dirinya send
Delano melotot menahan rasa terkejut, saat mengetahui Darren begitu piawai membaca pikirannya.Sungguh sejak dulu pria itu tidak pernah berhenti membuat Delano takjub hingga menjadi ketergantungan padanya.Tak jarang Darren mengajarinya menjadi liar dan mampu membuat Delano polos menjadi percaya diri.**Siang hari di kota Firenze, nampak riuh dengan ramainya berita televisi yang selalu menyiarkan kabar terbaru tentang Darren. Seniman idola baru bagi para pemuda.Jeff Hilton sedang duduk di sofa mewah yang terletak di ruangan pribadinya, sambil menikmati makan siang yang dihidangkan oleh Delano.
Pagi hari, galeri Jeff Hilton Pukul 05.00Delano datang tepat waktu. Seperti biasanya. Ia menyapa para kaumnya, begitu caranya menyebut sesama seniman yang berkarya bersamanya di Jeff Hilton galeri.Jeff terlihat kurang sehat pagi ini. Terlihat jelas jika wajahnya pucat pasi. Beberapa gerombolan anjing peliharaannya, yang datang berkerumun membuat Delano teringat dengan masa terakhir, saat kehilangan ibunya. Kenangan yang terus-menerus berulang dibenaknya.Hatinya kembali perih. Namun, justru luka itu yang membuatnya kuat dan bertahan hingga saat ini.Kemudian, ia memutar otak memikirkan bagaimana cara membalas dendam pada pria licik bernama Jeff Hilton. Terpikir jika ia ingin merebut apapun yang di