Share

Ulah Arga

Penulis: Vellichor_Ann
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-30 16:26:16

"Mereka sempet lacak keberadaan Lo lewat nomor HP sama kartu kredit, tapi kayaknya gagal."

"Orang tua gue gimana? Mereka juga nyari?"

Jerry menggeleng. "Cuma nyuruh orang. Katanya kemarin mereka terbang ke Singapura karena ada bisnis."

Jevran berdecih. Dia kira orangtuanya akan lebih perhatian setelah Jevran pergi dari rumah. Sejak kecil Jevran diurus oleh pengasuh dan selalu ditinggal orangtuanya ke luar negeri jika ada bisnis. Makanya Jevran lebih dekat dengan para pegawai di rumah dan kakeknya yang selalu mengajak bermain. Jika diingat lagi, setiap sesuatu terjadi pada Jevran, kakeknya adalah orang pertama yang membela.

Saat itulah Jevran tidak mau suatu saat anaknya merasakan apa yang dirinya rasakan.

Jevran tidak akan terlalu gila kerja. Itu lah kenapa sesibuk-sibuknya dia di kantor, Jevran meluangkan waktu untuk bertemu kakeknya.

****

Jevran menghela nafas melihat bangunan menjulang tinggi di depannya. Mulai sekarang dia bukan bos, Jevran hanya seorang OB di kantornya sendiri. Semoga saja Jerry sudah membuat cara agar dirinya di terima tanpa curiga. Jevran berjalan melangkah menuju lobi. Di depan pintu, dirinya dicegat oleh dua orang satpam.

"Mas kok ke sini lagi? Emang ada AC yang rusak?"

Mampus! Jevran lupa. "Ah, ini... Saya mau ngelamar kerja di sini."

"Bukannya sudah kerja jadi tukang service?"

"Ekhem!" Jevran membenarkan posisi kacamatanya. "Begini, pak. Saya kemarin dipecat sama atasan saya. Kebetulan kemarin gak sengaja denger Pak Jerry bilang ada lowongan untuk OB, jadi saya mau coba."

Kedua satpam itu saling tatap. Mereka memperhatikan penampilan Jevran dari atas sampai bawah. "Kayaknya kalau buat kamu susah. Tapi coba saja, siapa tau rejekinya."

"Betul itu. Masuk ke dalam aja, mas. Nanti bisa tanya resepsionis dimana ruang HRD," kata satpam satunya.

"Terimakasih, pak. Kalau begitu saya masuk dulu."

"Iya. Semoga berhasil."

Awal pertama masuk, Jevran mendapat tatapan tak suka dari para pegawai di sana. Saat bertanya pada resepsionis saja wanita itu seolah tak berniat menanggapi. Tidak tau saja mereka jika orang dibalik penampilan culun itu adalah bos mereka.

Jevran berjalan tertunduk untuk mendalami peran. Sampai di depan pintu dengan papan HRD, pria itu kembali menarik nafas. Tangannya perlahan terangkat untuk mengetuk pintu.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk!" terdengar suara di dalam sana.

Jevran membuka pintunya hati-hati dan kembali menutupnya rapat. Dia berjalan mendekat ke meja HRD, serta pandangan yang masih tertunduk.

"Duduk," kata Pria di depannya. "Kamu ini mantan tukang servis yang mau melamar jadi OB?"

Hah? Jevran mendongak melihat orang yang duduk di hadapannya. Sadar dengan kebingungan Jevran, sang HRD mendesah pelan dan menjelaskan maksudnya.

"Atasan saya bilang kalau hari ini akan ada orang yang melamar jadi OB. Katanya dia tukang service yang pernah membetulkan ruangan Bos."

Akhirnya Jevran mengangguk paham. "Betul, pak. Kemarin saya datang ke sini."

Pria paruh baya itu mengusap dagunya sambil melihat penampilan Jevran dari atas sampai bawah. Jevran sudah tidak risih lagi dengan tatapan seperti itu. Rasanya semua orang memang menikah dari suatu tampilan.

"Kamu gak bisa lepas kacamata?"

"Mata saya mint, Pak." Jevran meremat lututnya di bawah meja. Gawat kalau dia di suruh lepas kacamata.

"Ya sudah. Kamu di terima di sini."

"Gimana, pak?"

"Kamu gak denger? Kamu di terima bekerja di sini. Kata Pak Jerry, perusahaan sedang membutuhkan OB. Jadi untuk kali ini tidak ada syarat dan ketentuan. Asal kamu bekerja dengan rajin."

Jevran tidak dapat menahan rasa bahagianya. Dia tersenyum lebar. Ternyata seperti ini rasanya diterima kerja. Ini lebih membahagiakan daripada saat Jevran awal datang ke perusahaan ini, dikenalkan langsung sebagai pemimpin perusahaan.

"Makasih, Pak. Saya janji akan bekerja dengan baik di sini."

"Ya sudah, mulai hari ini kamu bisa langsung masuk kerja. Ayo, saya antar ke tempat kamu bekerja."

"Iya, Pak." Jevran berdiri dan mengikuti orang di depannya. Ah, Jevran harus mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Jerry setelah ini.

******

"Ujang! Sini kamu!"

"Siap, Pak."

Terlihat seorang pria berseragam OB bergegas menghampiri sang HRD di luar pantry. Jevran mengenalnya. Ujang ini sering membuat datang ke ruangannya untuk membuatkan kopi. Jevran tidak menyangka jiak dirinya akan bekerja bersama Ujang.

"Iya, Pak. Kunaon?" tanya Ujang yang memang orang asli Bandung.

"Ujang, dia ini OB baru. Kamu bimbing dia supaya tidak membuat kesalahan."

"Siap atuh, Pak."

"Awas kamu, ajarin yang bener." HRD itu pergi dari pantry dan kembali ke ruangannya.

Setelah sang HRD pergi, Ujang menarik Jevran masuk ke dalam pantry.

"Nama kamu teh siapa?"

"Joko."

"Kalau nama Saya Ujang. Saya teh asli Bandung."

"Salam kenal ya, Ujang." Jevran sedikit membungkuk.

"Eh,eh... Kamu ngapain? Gak usah begitu atuh. Kita kan sama-sama OB di sini."

Jevran mengusap tengkuknya pelan. "Maaf, saya cuma mau sopan."

"Kalau sama Ujang mah santai aja. Mulai sekarang kita mulai kerja. Ganti baju dulu di loker, hayuk!"

Jevran mengikuti Ujang ke loker. Di sana ia diberi seragam OB dan sepatu khusus untuk bekerja. Ujang memperlakukan Jevran dengan baik. Dia menunjukan tugas apa saja yang akan dikerjakan Jevran selama bekerja di sini. Seperti mendapat bagian membersihkan lantai 4.

Di pantry juga Ujang memperkenalkan Jevran dengan teman-teman OB lain. Jevran tidak menyangka ia akan di sambut baik. Syukurlah para OB di kantornya tidak membeda-bedakan orang. Jevran tidak akan melupakan orang-orang yang memperlakukannya baik di saat menjadi si culun. Caranya berterima kasih adalah meminta Jerry menaikan gaji mereka, termasuk satpam. Sepertinya orang dari kalangan bawah lebih menghargai orang sesama mereka.

"Selain bersih-bersih, tugas kita ya disuruh-suruh. Kadang bikin kopi, beli sarapan, atau pergi ke fotocopy luar."

"Tugas pertama kamu, anterin kopi-kopi ini ke lantai 4. Tadi teh mereka minta dibuatin, cuma belum sempet saya anterin."

"Cuma nganterin aja?" tanya Jevran.

"Iya. Sok atuh, nanti balik lagi ke sini."

Jevran mengambil nampan berisi beberapa cangkir kopi. Pria itu membawanya ke lantai atas menggunakan tangga khusus OB. Jevran tidak tau jika di perusahaannya ada pembatasan orang-orang yang menggunakan lift. Hanya karyawan tetap yang menggunakan lift, sedangkan OB menggunakan tangga biasa. Kebayang tidak jika ada OB yang naik ke lantai atas menggunakan tangga? Selama Jevran memimpin perusahaan, ia tidak tau itu. Mungkin setelah ini ia harus meminta Jerry mengumumkan, lift dapat digunakan semua orang.

Sampai di lantai empat Jevran mulai memberikan kopi kepada karyawan yang memesan. Mereka yang melihat Jevran jadi kebingungan. Sejak kapan ada OB berpenampilan seperti itu?

"OB baru ya?" tanya salah satu karyawan perempuan yang menghentikan pekerjaannya.

"Iya, mbak. Ini kopinya ."

"Oke. Taruh aja di meja."

Jevran menyimpan cangkir itu di atas meja dan kembali mengantarkan cangkir terakhir. Dari kejauhan Jevran sudah tau siapa orang itu. Arga. Pria itu menganga melihat Jevran bekerja di kantor ini. Apalagi langsung masuk kerja hari ini juga.

"Ini kopinya."

"Lo kok bisa diterima?"

Jevran mengangkat kedua bahunya acuh. "Mungkin hoki."

****

"Akhirnya pulang juga." Ujang merentangkan tangannya.

Jevran tertawa pelan melihat Ujang yang merenggangkan otot-otot tubuhnya. Mereka pergi ke parkiran bersama dan mengobrol hal-hal kecil tentang kehidupan mereka.

"Kamu pulang naik apa?" tanya Jevran dengan tangan memainkan ujung bajunya.

"Kalau saya sih naik bis, kontrakan saya teh jauh dari sini. Kamu sendiri naik apa?"

"Aku naik angkot."

Ujang mengangguk . "Oh iya, besok tuh saya sama temen-temen saya gajian. Mungkin kalau kamu mah bulan depan, ya?"

"Jadi kalian semua gajian besok?"

"Iya. Saya teh lagi ngumpulin uang buat beli kipas di kontrakan. Habisnya tiap gajian harus ngirim uang buat bayar hutang orang tua. Tapi gimana ya, namanya juga anak. Gak boleh hitung-hitungan sama orang tua."

Jevran menunduk dan tersenyum. Dia senang bisa dekat dengan para pegawainya. Mungkin dengan adanya masalah ini bisa membuat Jevran menjadi bos yang baik. Dia merasakan apa yang karyawannya rasakan. Mendengarkan keluh kesah mereka langsung tanpa dibatasi pangkat kerja.

"Tuh, bus-nya sudah datang. Saya duluan ya, Jev."

"Hati-hati."

Setelah Ujang pergi dengan bus-nya, Jevran langsung menghubungi Jerry. Panggilan pertama tidak terjawab, kedua kalinya juga belum terjawab. Jevran menunggu beberapa saat lagi sebelum akhirnya mencoba ke tiga kali.

Tut. Panggilan terangkat.

"Lama banget sih angkatnya?" bisik Jevran dengan mata mengawasi sekitar. Takut-takut ada yang menguping pembicaraan mereka.

'Maaf, bos. Abis dari kamar mandi. Ada apa? Hari ini udah mulai kerja, kan? Ga ada yang curiga?'

"Aduh, bukan itu. Gue mau minta tolong lagi sama Lo."

'Apa? Mau naik pangkat?'

"Lo motong omongan gue sekali lagi, gue pecat."

Terdengar suara tawa di sebrang sana. 'Iya-iya. Ada apa?'

"Naikin gaji dua satpam yang jaga di depan kantor. Sama semua OB di lantai bawah."

'Emangnya kenapa?'

"Turutin aja."

'Siap! Udah gak ada lagi?'

"Satu lagi, Lo buat pengumuman kalau lift bisa dipakai secara umum. Masa iya gue naik turun tangga begitu."

'Iya, bos. Iya.'

"Eh, Lo gak masuk hari ini? Gue gak liat Lo."

'Gue lupa bilang, bos. Tadi pagi gue berangkat ke luar kota buat ketemu klien. Mungkin besok sore gue pulang.'

"Oke. Baik-baik Lo di sana. Sorry gue ngerepotin."

'santai aja.'

Jevran menghela nafas pelan. Jerry pasti kesulitan mengatur semuanya sendiri. Dia harus bisa cepat mencari bukti yang dibutuhkan agar perjodohannya batal.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   akhir cerita

    Tok.. tok.. tok...Naura yang baru saja mengganti pakaian pergi ke depan untuk membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Jevran. Pria itu merentangkan tangannya."Jevran?" Naura memeluknya dan disambut dengan hangat."Tadi aku ke toko ternyata kamu udah tutup. Jadi langsung ke sini.""Ayo masuk."Naura mengajak Jevran masuk dan kembali menutup pintunya. Jevran menatap ke sekeliling. "Ajun mana?""Baru aja pergi. Katanya mau nginep di rumah temen dua hari."Jevran mengikuti Naura yang berjalan menuju dapur. Sepertinya Naura akan membuat kue, terlihat dari bahan-bahan yang sudah disiapkan. Apakah gadis ini tidak lelah membuat kue sepanjang hari? Pria tersebut melihat-lihat belanjaan di atas meja. "Mau buat keu, ya?""Iya pesenan Jerry, katanya buat temennya. Tapi jujur ini pertama kali aku buat kue yang tinggi kayak gini," kata Naura terdengar ragu."Kamu bisa, kok. Oh iya, Ra. Besok aku mau ajak kamu makan malam. Nanti aku jemput, ya?""Makan malam di rumah kamu?" tanya Naura."Di lu

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   1 bulan hubungan

    Hari demi hari berlalu. Hari ini Jevran melakukan pelepasan gips pada tangannya. Dokter sendiri yang datang ke rumah. Karena ini hari Minggu ada Naura dan Ajun juga yang menemani. Seperti kata Jevran sesibuk apapun mereka berdua setidaknya luangkan satu hari untuk bersama dan itu adalah akhir pekan.Begitu benda tersebut dilepaskan Jevran mulai merasa lega. Akhirnya hari ini tiba dimana ia bisa beraktivitas seperti biasa. Tidak perlu kesusahan lagi untuk melakukannya."Silahkan pelan-pelan digerakkan tangannya. Pelan aja biar gak kaget," ucap sang dokter.Jevran mengatur nafasnya sesaat. Ia meluruskan tangan kanannya dan bergerak sesuatu arah. Kanan, kiri, atas, bawah, dan berputar sesuai arah jarum jam."Bagaimana?""Gak sakit," jawab Jevran."Kalau begitu tangannya sudah sembuh dan kembali seperti semula. Selamat, ya.""Terimakasih, dok."Nilam mengusap punggung Jevran. "Syukurlah kalau sudah sembuh total.""Kalau begitu tugas saya selesai, Pak, Bu. Saya pamit kembali ke rumah sakit

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Mau cucu

    Kemarin Jevran mengeluarkan banyak uang untuk belanja es krim anak-anak di taman. Tapi dia menikmati waktunya yang menghabiskan sebagian harinya dengan anak kecil. Semua itu menyenangkan apalagi jika ada Naura di sampingnya.Karena semakin hari semakin membaik, Jevran berusaha mencari ide agar dirinya tidak merasa bosan. Tangannya juga semakin pulih dan saat pagi tadi pemeriksaan, dokter bilang beberapa hari lagi gips sudah boleh dilepas. Itu membuatnya tenang.Setelah pulang dari rumah sakit untuk mengecek keadaannya, Jevran langsung ke tempat Naura. Ya, di toko kue tempat Naura mendapat kesibukannya. Gadis itu juga belum tau kalau Jevran akan datang ke sini sekarang. "Permisi, saya mau pesan kue.""Silahkan ma-" saat menoleh Naura terkejut melihat kehadiran Jevran. "Kamu kok di sini? Sama siapa? Kenapa gak bilang mau ke sini?""Stttt...."Jevran menempelkan telunjuknya pada mulut Naura. "Aku gak disuruh masuk?""Oh, iya. Ayo masuk."Pria itu masuk ke dalam dan melihat sekitar. Bagu

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Mood booster

    Sementara itu di atas sana kini Jevran berdiri di depan jendela. Dia sedang mencoba menghubungi Naura karena hari ini belum mendengar kabar darinya. "Kamu lagi dimana? Aku pulang hari ini kenapa gak ikut jemput aku?"'Loh, kamu udah pulang? Aku lagi di toko. Tadinya aku mau ke rumah sakit nanti sore. Tapi ternyata kamu udah pulang.'"Yaudah, gak usah."'Maaf, ya. Beneran deh hari ini ada pesanan. Sayang kalau aku tolak. Kamu gak marah, kan?' tanya Naura terdengar menyesal. Jevran terkekeh pelan. "Gak apa-apa, aku ngerti kok. Tapi besok ke sini, ya."'siap, bos.'"Papa kamu udah berangkat, Ra?"'Papa sama Bang Rival udah berangkat. Terus mereka titip salam buat kamu semoga cepet sembuh. Mereka gak sempet jenguk kamu lagi.'Naura sudah tau jika Papanya memberi restu pada hubungan Jevran dan Naura. Dia benar-benar senang dan tidak bisa mengatakan apapun lagi selain mengatakan jika dirinya bahagia. Perjuangan Jevran ternyata tidak sia-sia.Sebelum pergi Bahar juga bilang oada Naura jika

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Semua anak sama saja

    Ajun keluar dari kamarnya dengan tubuh yang lebih fresh. Karena sudah mandi setelah seharian menggunakan seragam sekolah sampai tidur di rumah sakit. Dia sudah kembali pulang hari ini.Pemuda itu berjalan menuju dapur untuk minum namun ia mengurungkan niatnya. Di sana ada Bahar, Rival, dan Naura. Ajun sedang kesal dan dia belum mau bertemu dengan mereka. Apalagi Abangnya."Mau kemana? Sini makan sama-sama," kata Naura melihat Ajun yang hendak pergi."Gak laper.""Sini, Jun. Papa mau bicara sama kamu."Ajun berdecak pelan dan kembali berbalik menghampiri mereka. Dia berdiri di samping Papanya dan tepat dihadapan Rival dan Naura. "Kenapa?""Abang kamu udah cerita sama Papa."Rival yang sedang makan menghentikan makanannya. Ia mengambil minum dan fokus pada pembicaraan. Dia juga tidak bisa menjelaskan pada Ajun sendiri jadi Rival harap dengan Papanya tau masalah ini mereka bisa sama-sama berubah.Sesaat Ajun membuang muka ke samping. Dia tak mau membicarakan masalah ini sebenarnya. "Teru

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Mendapat Restu

    "Maafin aku.""Liat sini." Jevran meminta Naura menatapnya. "Apapun keputusan Papa kamu. Aku bakal terima itu, kok. Tapi bukan berarti aku berhenti buat perjuangin kamu.""Tapi bagi aku kamu berhasil."Gadis itu mendongak menahan air matanya agar tak terus keluar. Naura memeluk Jevran dari samping dan menyandarkan kepalanya di bahu kiri. Namun Jevran tersentak saat Naura melakukan itu.Jevran menahan nafasnya karena sebenarnya bahu yang kiri juga sakit, meski tak separah yang kanan. Tapi dia tak mau Naura melepaskan pelukannya. Jadi Jevran tetap membiarkan gadis itu di sana."Jangan nangis lagi. Aku gak bisa peluk kamu," ucap Jevran hanya menggenggam tangan Naura.Gadis itu terkekeh. Seketika ia duduk tegap dan menghapus air matanya. "Gak nangis, kok.""Bagus.""Eumm... Kamu lagi makan tadi? Aku ganggu dong? Aku bantuin, ya." Naura mengambil semangkuk bubur ke pangkuannya namun Jevran menahan."Aku bisa sendiri.""Tangan kamu lagi sakit. Aku suapin aja, ya."Jevran menggeleng. Sungguh

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Setidaknya sudah mencoba

    "Heh! Bangun!"Dengan susah payah Jevran meraih satu pack tisu dan melemparnya ke arah sofa dimana Jerry dan Ajun tengah tidur di sana. Sayang sekali meleset. Ia mencari benda lain yang aman untuk dilempar.Semalam mereka bilang akan menjaga Jevran 24 jam. Tapi buktinya semalaman mereka tidur pulas sedangkan Jevran masih sadar dan terus menatap langit-langit ruangan. Padahal semalam hanya ditinggal tidur sebentar tapi begitu Jevran bangun karena haus mereka sudah tidur semua. "Ini udah jam berapa? Bangun! Sebenarnya yang sakit siapa sih? Kenapa jadi gue yang jagain mereka," kata Jevran kesal.Pria itu mengambil botol plastik bekas minum yang sudah habis. Kembali dilempar ke arah mereka namun tetap tidak ada yang bangun. Ini kebo semua."Ish! Berisik apaan sih ganggu orang tidur aja."Jevran mendelik melihat Jerry yang merenggangkan tubuhnya. "Bangun! Katanya mau jagain tapi dua-duanya malah tidur.""Eh, iya ya?""Bantuin geu ke kamar mandi buruan. Gue pengen kencing."Jerry masih sem

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Dia baik-baik saja

    "Pah, Jevran sadar, Pah!" Nilam menepuk pundak Haris agar suaminya menoleh. Setelah lama menunggu Jevran terlihat mulai sadar. Pria itu mengerjapkan matanya beberapa kali menyeimbangkan cahaya yang masuk ke Indra pengelihatannya. "Jevran? Kamu denger Mama? Ini Mama sayang."Jevran meringis pelan ketika merasa tubuhnya seperti tak bisa digerakan. Apalagi bagian bahu membuatnya ngilu dan pegal. "Mah? Minum," ucapnya terbata-bata. "Sini, pakai sedotan aja." Haris membantu Jevran minum air melalui sedotan."Naura mana?"Sepasang suami istri itu saling tatap. "Udah pulang.""Tapi dia baik-baik aja?""Kamu gak usah khawatirkan Naura, dia aman. Sekarang fokus sama kesembuhan kamu dulu. Ada keluhan gak? Biar Papa panggilkan Dokter."Jevran menggeleng pelan. "Gak ada."Tok... Tok... Tok... "Loh, Ajun? Kok bisa datang sama Jerry?" tanya Haris."Tau nih Om. Ketemu di jalan terus maksa mau ke sini buat jenguk Jevran.""Tapi itu masih pakai seragam sekah," kata Nilam bingung.Ajun tersenyum ca

  • Tetangga Culunku Ternyata Big Boss   Terkepung

    "Apa aku bilang? Kamu itu cuma anak mami yang gak bisa apa-apa tanpa ajudan kamu itu. Jadi gimana kamu mau bebasin Naura sedangkan kamu kesakitan kayak gini?"Jevran tak mendengarkan perkataan Aurel dengan baik. Dia hanya sedang merasakan sakit yang luar biasa. Di kepalanya hanya berputar suara Naura yang mengalun. Jika Jevran seperti ini apa yang akan terjadi lada gadis itu?Tak ada tenaga lagi untuk melawan. Jevran pasrah karena tangannya sudah mati rasa. Punya kesadaran untuk membuka mata saja sudah bersyukur.Aurel melepaskan bekapan mulut Naura. "Silahkan. Ada kata-kata terakhir sebelum kalian berpisah?""Tolong bebasin Jevran. Dia kesakitan. Biar aku aja yang gantiin dia.""Eum, romantis banget. Tapi gak ngaruh. Jadi gimana kalau kalian berdua aja yang sama-sama pergi?"Di sisa kesadarannya Jevran merasakan tak ada lagi tangan yang menginjak bahunya. Mereka berdua justru berjalan menghampiri Naura. "Jangan sentuh Naura!" ucapnya pelan.Mereka menghiraukan perkataan Naura. Jevran

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status