Share

4. Gubuk tua

"Tongkat sakti!"

Whuuush! Whuuush! Whuuush!

Sebuah tongkat kayu, muncul dari langit berputar-putar menghampiri Qu Cing.

Hap!

Bocah itu menangkap tongkat tersebut dan mulai mengayunkannya.

"Aku bisa menunjukanmu beberapa jurus dasar jika kau mengingikannya!" ujar sang tongkat sakti kepada Qu Cing.

"Benarkah? Tentu saja aku menginginkannya. Tolong tunjukan itu! Aku sangat bersemangat."

"Duduk! Dan pejamkan matamu!"

Qu Cing pun mengikuti perintah sang tongkat sakti. Dia duduk bersila di tanah sembari memejamkan mata. Tiba-tiba, sosok bayangan hitam dalam pikirannya muncul menunjukan suatu gerakan.

Setelah beberapa saat kemudian, Qu Cing membelalakan matanya. Dia bangkit dan spontan mengikuti gerakan itu. Rupanya, gerakan itu secara otomatis langsung melekat di kepalanya.

Anak itu begitu lincah. Ayunan demi ayunan tongkat, sampai ia melakukan sebuah serangan ke salah satu pohon yang paling besar di hadapannya dengan jurus, tongkat mengamuk.

Whuuush! Whuuush! Whuuush!

Tongkat itu memutar vertikal dengan cepat, bagaikan putaran sebuah shuriken besar, menebas horizontal pohon kokoh itu hingga tumbang. Kemudian, sang tongkat sakti kembali kepada pemiliknya, sembari mencincang brutal pohon besar itu menjadi potongan-potongan kecil untuk kayu bakar.

Huft!

Jurus ini cukup menguras tenaga bagi si kurus Qu Cing yang baru mulai berlatih. Setelah dia membuat sedikit kekacauan di sana, suara-suara aneh mulai bermunculan.

Groaaaaaaa! Groaaaa!

Aaaaaaaaaaaaaaargh!

Bahkan, suasana angin yang tenang tiba-tiba berhembus kencang. Suara rintihan terdengar menelusuri lubang telinga Qu Cing.

"Datanglah ke gubuk ... datanglah ke gubuk ... tolong aku!" Suara itu meraung raung berkali-kali.

Qu Cing tidak menyangka. Ini benar-benar seperti apa yang dikatakan oleh rumor. Akan tetapi, bukanya takut, justru malah muncul rasa penasaran dalam diri anak itu. Dia tidak peduli dan tidak takut mati. Qu Cing pun berusaha mencari-cari sumber asal suara itu.

"Tidak ada satupun gubuk di pekarangan ini!" ucap Qu Cing meninggikan bahu.

"Di sini ... di sini! Di sebelah utara, datanglah ke gubuk!"

Rupanya, suara itu melihat respond Qu Cing. Anak itu menurutinya terus berjalan ke arah utara. Namun, belum juga menemukan gubuk yang dimaksud.

"Gubuk? Di sebelah utara?" Qu Cing menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. Anak itu masih tampak kebingungan, sedangkan suara itu, kini, sudah lenyap.

"Aneh! Ke mana suara tadi? Apakah dia sedang mempermainkanku?" Anak itu menoleh-noleh dan tidak mendapati seorang pun di sana kecuali pepohonan dan sampah dedaunan.

Qu Cing pun kembali berlatih dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Dia kembali duduk bersila dan menancapkan tongkat di hadapannya. Namun, sebelum anak itu memejamkan mata, sang tongkat sakti bercahaya menunjukkan bahwa di hadapannya ada sebuah dinding pembatas. Sontak, Qu Cing menyentuhnya dan terpental.

Dinding apa itu? Pikirnya.

Dia mencabut sang tongkat sakti. Lalu melancarkan jurus tongkat mengamuk ke arah dinding tersebut.

Whuuush whuuush whuuush!

Taaaang!

Tongkat itu pun memantul tak berhasil menghancurkan dinding.

"Pelajari jurus kedua, dan gunakan itu!" kata sang tongkat sakti.

"Baiklah!"

Qu Cing duduk bersila dan langsung memejamkan matanya dengan konsentrasi penuh. Lalu ia bangkit mempraktekan jurus kedua dari sang tongkat sakti. Ia melayangkan tongkat tersebut di hadapannya dengan energi spiritual. Kemudian, menggabungkan energi spiritual cahaya miliknya dengan kekuatan sang tongkat sakti.

Anak itu menggerakkan tangan kanannya hingga lurus sejajar dengan telinga. Lalu melesatkan tangannya ke depan seolah-olah mengendalikan tongkat tersebut.

"Pukulan tongkat mabur!"

Sang tongkat pun melesat dengan sangat cepat dan memukul keras dinding pembatas itu sampai akhirnya menimbulkan sebuah retakan. Qu Cing melakukannya hingga beberapa kali sampai akhirnya dinding tersebut benar-benar retak dan akhirnya pecah.

Praaank!

Tampaklah sebuah gubuk tua di balik pembatas itu.

Apakah gubuk ini yang dimaksud oleh suara tadi? Pikir Qu Cing mulai melangkahkan kakinya memasuki gubuk tersebut. Setelah berada di dalam ruangan, ia tidak melihat siapapun di sana.

"Di sini! Di dalam tanah!" ucap suara itu tiba-tiba muncul kembali.

"Di dalam tanah?" Qu Cing menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. "Bagaimana aku bisa menembus tanah ini?"

"Di sisi kanan, ada sebuah lemari tua. Jika kau bisa membuka lemari itu, di sana ada sebuah jalan menuju ruang bawah tanah."

Qu Cing menoleh dan melihat lemari tua itu. Ia menghampirinya dan mendapati pintu lemari tua tersebut terdapat banyak titik bertebaran. Anak itu berusaha mendobrak lemari tersebut secara paksa. Namun, tiba-tiba titik-titik pada pintu lemari itu mengeluarkan suatu energi spiritual. Energi itu menghempaskan Qu Cing hingga terbentur dinding gubuk sampai hampir roboh.

"Sepertinya ada yang aneh dengan titik-titik itu!" gumam Qu Cing mengkerutkan dahi.

"Huh! Sudah kuduga! Ini tidak akan mudah." Suara itu tampak seperti baru saja menghembuskan napas. "Kau harus menghubungkan semua titik-titik itu dengan benar menjadi sebuah tanda. Ini dinamakan formasi tanda. Yang kau lihat di pintu lemari itu adalah formasi tanda penguncian. Kau bisa memecahkannya dengan membaca sebuah buku tentang formasi tanda di perpustakaan."

"Oh, tunggu. Aku akan pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku itu!" Qu Cing berlari meninggalkan tempat itu menuju perpustakaan.

Di perpustakaan tingkat dasar kelas 1, semua berisi tentang buku-buku dasar termasuk ilmu dasar formasi tanda. Qu Cing menerobos masuk dan langsung bertanya kepada pengurus perpustakaan, Gu Wang.

"Di mana aku bisa mendapatkan ilmu dasar tentang formasi tanda?"

"Apa kau baru pertama kali masuk perpustakaan?" timpal si pengurus.

"Benar. Mohon bantuannya!" Qu Cing menautkan dua kepalan tangan sembari menundukkan kepala.

"Di sebelah kanan adalah buku-buku yang mempelajari tentang ilmu spiritual dan di sebelah kiri adalah buku-buku yang mempelajari tetang ilmu tenaga dalam. Formasi tanda dibentuk dengan kekuatan spiritual. Jadi, kau bisa mencarinya di rak sebelah kanan. Lebih detailnya, pada rak bagian depan, adalah buku-buku yang berisi materi untuk dipraktekan. Adapun pada rak bagian belakang, adalah buku-buku yang hanya berisi materi tentang ilmu pengetahuan saja. Apa kau paham?" jelas si pengurus.

Qu Cing mengangguk. "Itu berarti, bukankah aku seharusnya mencari buku itu di rak sebelah kanan pada bagian depan?"

"Benar sekali!" Si pengurus itu tersenyum.

"Terima kasih!"

Qu Cing mencari buku tersebut di setiap deretan buku-buku yang terpapar rapi, hingga melangkah bolak balik sampai beberapa kali. Tiba-tiba, seseorang mendorongnya dengan sengaja dari belakang. Sehingga, anak itu terhempas menabrak rak buku. Buku-buku itu pun berjatuhan menimpa dirinya.

"Mengapa bisa ada anak kotoran di sini, Paman Gu?" ucap Han Thu memandang Qu Cing dengan tatapan merendahkan.

"Anak kotoran? Apa maksud dari perkataan Anda, Tuan Muda Han?"

"Anak itu bahkan tidak memiliki gumpalan tenaga dalam pada tubunya! Untuk apa mencari buku tentang materi kekuatan spiritual yang bisa dipraktekan? Apakah ini sebuah lelucon?"

"Ha ha ha!" Para pengikut Han Thu pun tertawa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status