"Oh, maaf, Tuan Muda. Aku benar-benar tidak tahu. Tapi, ini adalah tingkat dasar. Siapapun bebas meminjam dan belajar, meskipun dia berada di ranah spiritual terendah sekalipun," ucap Gu Wang.
"Oh, Paman Gu benar. Ini adalah tingkat dasar. Haha." Han Thu berjongkok dan menatap Qu Cing dengan tatapan yang mengintimidasi, sembari menekan kedua rahang pipinya dengan cukup kuat. "Rupanya, kau memiliki keberuntungan bisa selamat dari gundukan sampah itu. Tapi, jangan pernah berpikir bahwa kau akan berkembang. Meskipun, kau menghafal seluruh isi buku di perpustakaan ini, tanpa kekuatan spiritual, kau hanyalah seorang SAM-PAH!"Kemudian, Han Thu pergi menuju tangga diikuti oleh teman-temannya. Sementara Qu Cing, masih duduk tertimbun buku-buku yang berjatuhan dari rak.Gu Wang jelas mengenali anak yang dianggap kotoran itu. Namun, perpustakaan adalah gudang ilmu. Siapa saja bisa mendapat keajaiban hanya dengan membaca sebuah ilmu. Sebagai pengurus tingkat dasar, pria paruh baya itu dipilih dengan sangat ketat oleh kepala perguruan.Hal itu karena, pengurus dan guru-guru tingkat dasar, mereka lah yang akan pertama kali membentuk karakter dan ilmu anak-anak didik mereka. Jika ada pengurus atau guru-guru yang condong dengan salah satu murid, maka murid yang lain akan ada yang terabaikan. Dan ini akan sangat berpengaruh dengan perkembangan ilmu mereka.Delapan tahun yang lalu, ketika terjadi kekacauan di Menara Ti Yang. Kepala perguruan Long Ji menghilang. Dia ikut serta dalam pertempuran antar tiga ras di sana. Namun, hingga saat ini belum kunjung kembali.Ada yang mengabarkan, bahwa ia tewas dalam pertempuran tersebut. Akan tetapi, tidak ada jasad kematiannya. Ada juga yang bilang, bahwa kepala perguruan telah kembali. Namun, tidak ada seorangpun dari orang-orang perguruan yang menjumpainya.Gu Wang dan Shi Liet, adalah dua orang pilihan kepala perguruan yang tersisa. Sejak perguruan diambil alih oleh wakil Ben Cong, keadaan perguruan benar-benar berubah sangat drastis. Penghianat bermunculan. Guru-guru dan para pengurus berbuat sewenang-wenang terhadap anak didik mereka. Yang lemah dicampakan dan yang kuat dijunjung tinggi. Moral para murid semakin bejat dan tak tahu aturan.Keadaan tersebut sempat membuat Gu Wang dan Shi Liet geleng-geleng kepala dan terpaksa menelan ludah pahit. Mereka harus terus bersabar dan bersikap netral kepada siapapun."Apa kau baik-baik saja, Nak?" tanya si pengurus perpustakaan kepada Qu Cing sembari mengulurkan tangan."Tentu saja! Paman tidak perlu khawatir. Aku sudah terbiasa ditindas olehnya. Dan berkat Senior Han, aku bisa menemukan buku ini lebih cepat. Hehe." Anak itu meringis sembari menunjukan sebuah buku yang ia cari."Tidak peduli kau berada di ranah apa, aku akan tetap memperlakukanmu sebagaimana yang lainnya. Ayo berdiri! Akan ku bantu membereskan buku-buku ini!""Terima kasih Pengurus Gu!""Panggil aku Paman!""Baiklah, Paman!" Qu Cing meraih uluran tangan pria itu dan menyisihkan buku yang akan dipinjam ke meja pengurus.Gu Wang membantu Qu Cing membereskan buku-buku yang berhamburan agar kembali pada tempatnya. Setelah itu, mereka melakukan akad pinjam meminjam."Kau hanya bisa meminjam buku ini paling lama tiga hari. Setelah jatuh tempo, kau harus mengembalikan buku ini pada tempat semula. Apa kau mengerti?" ujar Gu Wang kepada Qu Cing."Mengerti, Paman!"Kemudian Qu Cing segera membawa buku tersebut ke gubuk tua di pekarangan pojok timur laut perguruan."Hei, Ki Sanak! Lihatlah! Aku berhasil membawa buku ini!" ujar Qu Cing kepada suara aneh yang muncul beberapa saat lalu.Tanpa menunggu tanggapan, anak itu pun langsung membuka buku yang dibawanya. Beberapa kali ia membolak-balikan buku tersebut hingga wajahnya berkerut."Tidak ada yang sesuai dengan tanda yang berada di pintu lemari!" gumam Qu Cing."Kau tidak akan pernah menemukan yang sesuai! Itu adalah formasi tanda pengunci. Kau harus memahami konsep pembuatannya dan pembukaannya," kata suara aneh itu kembali muncul.Pembuatan dan pembukaan?Qu Cing pun langsung beralih ke halaman yang bertuliskan bab Pembuatan dan Pembukaan Formasi Tanda Pengunci. Di sana diterangkan, cara membuat formasi tanda pengunci yaitu, seseorang harus menyalurkan energi spiritualnya di suatu benda yang akan dibuat tanda. Menyalurkan energi spiritual menjadi bentuk sebuah titik, lalu buat jarak setiap titik dari rapat ke renggang dan semakin merenggang. Adapun cara pembukaannya, adalah dengan menghubungkan titik-titik tersebut dengan sebuah garis dari jarak titik paling rapat ke jarak titik paling renggang.Setelah membaca buku tersebut, Qu Cing merasa dirinya tercerahkan. Anak itu segera mengambil sebuah batu krikil kasar dan mengamati titik-titik tanda pada pintu lemari dengan teliti. Kemudian, dia mulai menghubungkan titik-titik tersebut sesuai dengan konsep pembukaan.Tiba-tiba, pintu lemari bergetar memancarkan cahaya. Sedikit demi sedikit, pintu itu terbuka menunjukan sebuah jalan yang sangat gelap."Inikah jalan menuju ruang bawah tanah?" kata Qu Cing."Benar. Masuk dan berhati-hatilah! Karena di sana terdapat banyak jebakan," sahut suara itu lagi.Baru satu langkah Qu Cing menginjakkan kakinya ke dalam ruangan itu, tiba-tiba beberapa panah melayang ke arahnya.Syuuut syuuut syuuut!"Tongkat sakti!"Whuuush whuuush whuuush!Sang tongkat sakti datang berputar-putar menghalau panah-panah itu. Ketika panah-panah menyentuh sedikit dari bagian sang tongkat, seketika panah-panah itu menjadi abu."Terjang!" teriak Qu Cing kepada sang tongkat, agar benda sakti itu terus maju menunjukan jalan sembari menerangi gelapnya ruangan, dan menghalau segala rintangan.Anak itu berlari mengikuti sang tongkat sakti, hingga akhirnya ia sampai di sebuah tempat. Di tempat itu, terdapat jeruji besi yang sangat kokoh. Seorang pria berwajah hancur dan berpenampilan seperti orang gila terkurung di dalam jeruji tersebut."Akhirnya ... ada yang datang setelah 8 tahun aku terkurung!"Setelah kejadian pertarungan hebat di lantai dua Kedai Bai Bai, suasana kedai porak-poranda. Beberapa meja hancur, atap berlubang, dan lantai berjejak luka dari ledakan cahaya Qu Cing. Namun semua pengunjung selamat.Setelah pihak penjaga kota tiba dan memastikan bahwa para perampok telah dilumpuhkan, mereka mulai mencatat kejadian. Salah satu perwira bertanya dengan nada curiga, “Siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan ini?”Sebelum Qu Cing sempat menjawab, Du Bai melangkah maju.“Akulah pemilik tempat ini. Dan benar, mereka yang menyebabkan kerusakan tetapi mereka juga yang menyelamatkan seluruh nyawa di kedai ini.”Para penjaga terdiam sejenak.Du Bai melanjutkan, dengan nada yang lebih resmi, “Saya, sebagai putra keluarga Bai, akan mengurus semua perbaikan. Namun saya ingin menyampaikan bahwa kerusakan ini adalah akibat pertarungan melawan kelompok kriminal iblis berkekuatan tinggi. Jika tidak dihentikan saat itu juga, mungkin bukan hanya kedai kami, tapi seluruh pasar akan ha
Pemimpin perampok itu mencibir tajam, darah hitam menetes dari sudut bibirnya. Matanya menatap Qu Cing dan Shi Jie dengan kebencian mendalam.“Kalian pikir ini sudah selesai?” ucapnya serak. Ia mengangkat tangannya yang gemetar, lalu merobek bagian dada jubahnya. Tampak di sana, sebuah tanda iblis berwarna ungu gelap terukir di kulitnya, berdenyut seperti daging hidup.Shi Jie menyipitkan mata. “Apa itu...?”Qu Cing langsung mundur setapak, menyadari sesuatu. “Itu bukan segel biasa... itu pemanggil roh iblis!”Sang perampok menekan telapak tangannya ke tanda itu.ZRRRRAAAAAGH!!Teriakannya menggema di seluruh ruangan. Darah menyembur dari dadanya, tapi bukan luka biasa—itu adalah darah iblis murni, dan seketika, aura hitam mulai menyelimuti tubuhnya. Urat-urat membesar, kulitnya berubah menjadi gelap dan bersisik. Tanduk mencuat dari pelipisnya, dan punggungnya membengkak membentuk paku-paku tajam.Lantai dua Kedai Bai Bai berguncang.Para pengunjung berteriak panik dan mundur. Bebera
Qu Cing menunduk dalam diam. Hatinya terguncang. Perkataan dua pria tua itu terus berputar di kepalanya.“Tuan Seo Rang… dan Miao Meng... suami istri?”Ia menggenggam sendoknya lebih erat.“Kalau Bibi Miao adalah ibuku, berarti… orang yang sangat ingin kubunuh selama ini… adalah ayahku sendiri?”Matanya sedikit melebar, wajahnya kehilangan warna. Lidahnya kaku, tenggorokannya serasa tersumpal. Dunia yang ia kenal selama ini seakan-akan mulai retak dari dalam.Shi Jie masih menatapnya khawatir. Ia hendak berkata sesuatu, tapi sebelum sempat bicara—BRAK!!Pintu utama kedai Bai Bai tiba-tiba terbanting terbuka keras. Serombongan pria bertudung masuk dengan langkah cepat dan kasar. Mereka berjumlah lima orang. Wajah mereka tertutup kain kusam, hanya mata mereka yang terlihat, tajam dan gelap.Salah satu dari mereka mengacungkan golok besar ke arah kerumunan pengunjung."JANGAN ADA YANG BERGERAK!"Semua orang langsung membeku. Seorang pelayan yang hendak melarikan diri ditendang jatuh hin
Shi Jie tersenyum manis. “Tentu. Makan gratis tidak boleh disia-siakan!”Qu Cing tertawa kecil dan mengangguk. Ia mengangkat tongkat saktinya dengan satu tangan dan berkata, “membesar!"Tongkat kayu yang semula berukuran biasa, seketika memanjang dan membesar, melengkung seperti papan terbang. Kilatan cahaya muncul di bagian ukiran-ukirannya, menandakan bahwa benda itu bukan sembarang tongkat.“Naiklah!" ucap Qu kepada Shi Jie.Mereka berdua melompat naik, berdiri seimbang di atas tongkat itu. Dalam sekejap, tongkat melesat ke udara, menembus langit pagi yang bersih. Mereka terbang rendah melewati pepohonan, melintasi pegunungan dan kabut tipis yang menggantung.Langit di atas mereka terbuka cerah. Angin menyapu rambut Qu Cing dan Shi Jie yang tertawa kecil saat merasakan getaran angin di wajah. Terlihat dari kejauhan, dinding luar Kota Ri menjulang kokoh, sebuah kota besar yang berdiri di wilayah Klan Nur.Tak lama, mereka mendarat di depan gerbang kota. Qu Cing mengecilkan tongkatn
Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya kembali ke Perguruan Long Ji. Qu Cing dan Bau Ba Chin melapor langsung kepada sang guru. Nie Lee duduk tenang di atas kursi meditasi batu yang dibalut akar pohon spiritual tua. Jubah panjangnya berkibar pelan karena angin pegunungan, tapi sorot matanya tajam penuh rasa puas saat melihat dua muridnya kembali dengan selamat.“Kerja yang sangat baik,” ucapnya pelan. “Bukan hanya kalian berhasil menghancurkan Master Pengubah Wajah, tapi kalian juga membawa bukti utuh dari pengkhianatan Ben Cong. Perguruan ini… berutang banyak pada kalian.”Bau Ba Chin hanya mengangguk ringan, sementara Qu Cing membungkuk penuh hormat.Nie Lee menepuk bahu keduanya. “Kalian telah melewati ujian yang bahkan para tetua pun belum tentu sanggup jalani di usia kalian. Mulai hari ini, kalian dibebaskan dari pelatihan hingga liburan selesai. Gunakan waktu ini untuk menenangkan jiwa kalian. Kalian pantas mendapatkannya.”Tak lama kemudian, seorang penjaga gerbang perguru
Qu Cing berdiri diam, matanya menatap sangkar cahaya yang berputar di hadapannya. Energinya masih mengalir pelan dari telapak tangan, menghubungkan dirinya dengan jaring-jaring bercahaya itu. Ia tidak menyangka—teknik sangkar cahaya yang ia serap dari lawan, kini tumbuh menjadi bagian dari kekuatannya.Cahaya dari sangkar terus berdenyut. Setiap denyutnya menyedot energi dari tubuh Master Pengubah Wajah yang terkurung di dalam. Pria itu tak lagi bisa melawan. Tubuhnya berlutut, wajahnya pias, tak ada lagi kekuatan tersisa."Pantas saja Bibi Miao tidak berdaya berada dalam sangkar ini," gumam Qu Cing mengepalkan tangan.Angin yang tadinya berputar liar kini mulaimeredaa. Debu yang berterbangan perlahan turun.Arena pelatihan Klan Naar menjadi sunyi. Tempat itu porak-poranda. Pilar-pilar batu runtuh. Permukaan tanah penuh retakan. Pohon-pohon di sekelilingnya hangus. Namun di tengah kehancuran itu, berdiri satu titik terang—Qu Cing, bocah dengan tongkat pusaka yang ia tenggerkan di atas