Anaxtra, Peter dan Lilia berlindung diantara bebatuan besar yang menenggelamkan Candi Prambanan. Tidak ada kepanikan dalam wajah Anaxtra, namun berbeda dengan kedua temannya.
"Berapa jarak mereka, Anaxtra" kata Lilia agak grogi.
Anaxtra melambaikan tangannya dan berkata, "mungkin sekitar 50 km dari tempat ini".
Peter hanya menatap Anaxtra dengan kegelisahannya.
"Berapa jumlah mereka"?
"Mungkin sekitar 7 atau 8 orang" kata Anaxtra.
Peter dan Lilia saling berpandangan.
"Tunggu !!!" Tiba-tiba Anaxtra berkata sambil lebih menatap layarnya dengan seksama.
"Sepertinya ada 9"
"tidak...tidak... Sekarang justru ada 7, 6, 5"
"Hei apa yang terjadi?" Tanya Lilia penasaran.
Anaxtra masih tertegun dengan apa yang dilihatnya.
"Sepertinya 1 makhluk yang terakhir muncul menyerang 8 makhluk sebelumnya"
"Makhluk apa yang kau maksud?" Tanya Peter tak kalah penasaran.
Anaxtra tak menjawab, dia mempersiapkan
Sementara di sisi lain, seseorang sedang bekerja keras untuk melepaskan kedua kakinya dari gigitan sebuah mahkluk panjang seperi ular namun bersirip seperti ikan.Dia melakukan tembakan ke wajah monster itu dengan pistol laser di tangannya, namun serangan itu seperti tak memberi pengaruh terhadap monster itu, dia seakan kebal dan semakin ganas melahap mangsanya.Sementara 2 orang lainnya berusaha menolong,namun usaha mereka sia-sia karna kewalahan menghadapi ekor monster itu yang terus menerus melakukan gerakan untuk menghalau mereka, sementara bagian atas monster itu mengeluarkan sirip yang tajam laksana deretan pedang tajam.Disisi lain,seorang wanita bersembunyi di balik bebatuan tak jauh dari mereka, sementara di sudut lainnya, berserakan puing-puing pesawat dan potongan tubuh manusia lainnya, sepertinya monster itu telah menyerang dan memangsa sebagian dari mereka.Anaxtra, Peter dan Lilia yang telah tiba menyaksikan kejadian itu dengan muka tegang.
Channa Argus telah memangsa habis manusia yang ada di mulutnya, gigi-giginya yang tajam memotong-motong hingga bagian kecil mangsanya.Sementara lelaki tua yang berusaha menolongnya terlempar jatuh karna kibasan ekornya, dan laki-laki satunya yang berusia lebih muda juga mengalami nasib yang sama.Channa Argus berbalik dan menatap lelaki tua itu dan bersiap memangsanya, merasa menjadi incaran monster itu, lelaki tua itu hanya beringsut kebelakang dengan tubuh yang gemetaran karna ketakutan."Larilah, Evan. Lari...!!!" Seru lelaki tua itu."Selamatkan dirimu, jagalah Riris untuk ku"Laki-laki muda yang dipanggil Evan yang juga terjatuh tak jauh dari lelaki tua itu tak bisa berbuat apa-apa, seluruh badannya seakan remuk karna kibasan ekor Channa Argus."Maafkan aku, Paman, mungkin kita tak akan pernah selamat" kata Evan sambil menangis.Di balik bebatuan, wanita yang disebut Riris oleh lelaki tua itu yang ternyata adalah anaknya juga ik
Channa Argus menerkam ke arah lelaki tua di hadapannya yang hanya berjarak 2 meter. Bersamaan dengan itu, Anaxtra muncul dari samping sebelah kiri dengan kecepatan tinggi dan menyabetkan pedang laser dari bagian tubuh atas sampai ke bagian kepala Channa Argus.Channa Argus bergeser sedikit ke kanan karena serangan Anaxtra yang membuat terkamannya tidak mengenai lelaki tua itu.Lalu dari arah lain Peter menyusul dengan mengayunkan pedang lasernya membuat goresan panjang di bagian punggung Channa Argus.Anaxtra dan Peter bermanuver dan kembali berhadapan dengan ChannabArgus dengan posisi yang saling bersebrangan. Mereka mengepung Channa Argus dari sisi kanan dan sisi kiri.Lelaki tua yang hanya menunggu detik-detik kematiannya menyadari jika ada 2 orang yang telah menyelamatkannya, untuk sementara dia bisa bebas dari maut."Menjauhlah, Pak tua" kata Anaxtra.Lelaki tua itu tanpa pikir panjang berusaha bangkit, namun karna luka-lukanya dia kesu
Tubuh Channa Argus terpental ke belakang, pada saat yang bersamaan Anaxtra melompat dengan cepat dan menerjang lalu memotong bagian leher tubuh Channa Argus menjadi dua bagian. Kepala dan tubuh Channa Argus terpisah.Peter yang sudah bersiap pada posisi semula pun menukik di atas Beta dan menembakan sinar laser dari sayap Beta kearah bagian bawah kepala Channa Argus. Kepala itu terpental menjauhi tubuhnya yang masih menggeliat dengan ekornya yang masih meliuk-liuk.Peter mendarat mendekati Anaxtra."Apakah makhluk itu sudah mati ?"Anaxtra menggeleng."Channa Argus adalah ikan yang unik, dia memiliki kemampuan bernafas di darat, meskipun kepalanya terpotong, tubuhnya masih akan bertahan selama beberapa hari""Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Peter lagi.Anaxtra memasukan kembali pedang dan panah laser di tangan kirinya. "Meskipun tubuhnya masih hidup,namun dia sudah tidak berbahaya, kita hanya perlu menjauhi saja".Kat
"Ngomong-ngomong, kalian dari mana, sepertinya kalian bukan warga Sludge City?" tanya Rudi kemudian. Anaxtra, Peter dan Lilia saling berpandangan. "Sludge City? Apakah itu sebuah kota?" tanya Lilia penasaran. Sekarang giliran Rudi, Evan dan Riris yang merasa heran. "Maaf, kami memang baru menjelajahi daerah ini, kami berasal dari sebuah lembah yang jauh dari sini," kata Anaxtra menjelaskan. Rudi mengangguk "Pantas kalian seperti asing mendengar Sludge City, sejujurnya aku juga heran, karena aku tidak menyangka ada manusia lain yang hidup di luar Sludge City," kata Rudi. Peter terbahak, "Sama sepertimu, Pak tua! kami juga mengira tidak ada lagi manusia di luar lembah tempat kami tinggal." Kemudian mereka semua tertawa bersama. Rudi menghela nafas, "Bumi ini semakin tua, setelah bencana yang terus menerus, yang kami tahu tidak ada kehidupan selain di dalam Sludge City, setidaknya itu yang diceritakan para orang tu
Evan mengemudikan pesawatnya menuju Sludge City, sementara Rudi duduk di sebelahnya sebagai navigator. Di baris kedua Anaxtra bersebelahan dengan Peter, sementara Lilia dan Riris di deretan bangku paling belakang. "Ceritakan padaku tentang Sludge City, Ris!" kata Lilia dengan antusias. Riris menarik nafas, "Sebenarnya bukan kota yang bagus, cuma bangunan-bangunan di atas lumpur yang mengering dan tandus dengan hawa yang panas dan oksigen yang minim." "Sebenarnya sejak lama aku dan keluargaku ingin mencari tempat yang lebih layak,karna aku yakin ada suatu tempat yang lebih baik dibanding Sludge City, entah itu dimana, namun sampai saat ini kami belum menemukan tempat itu." Rudi yang mendengarkan ucapan anaknya tak bisa untuk tak berkata. "Tapi bagaimanapun Sludge City tempat kelahiran kita, keluarga kita secara turun menurun sudah tinggal lama di dalamnya." "Selain itu, ancaman monster Snakehead juga mengintai kita setiap saat di luar s
"pip...pip...pip, pip...pip...pip" Suara alarm mobil tiba-tiba berbunyi. "Ada apa, Evan?" tanya Rudi yang terkejut. Evan menutup tampilan peta dan menggantinya dengan tampilan radar. "Ada 5 pesawat patroli Sludge City menuju ke arah sini, Paman," jawab Evan. Anaxtra dan Peter saling berpandangan. "Masih berapa jauh jarak mereka" tanya Rudi kemudian. "Sekitar 100 kilometer" jawab Evan. Rudi menoleh ke arah Peter dan Anaxtra "Kalian bersembunyilah ke belakang bersama Lilia, biarkan Riris berpindah ke tengah. Untuk mengantisipasi mesin pemindaian, sebaiknya kalian semua berbaring di atas lantai mobil." "Riris, tutupi mereka dengan lapisan anti pemindahan." Tanpa banyak berkata, mereka segera melakukan seperti apa yang diinstruksikan Rudi. Pada umumnya, pesawat patroli Sludge City memiliki alat pemindaian yang bisa mendeteksi keberadaan manusia atau benda lain. Hampir sama dengan yang dimilik
Sludge City adalah kota yang dibangun di atas semburan lumpur yang mengering. Tata ruang kota ini hanya sebuah kawasan yang berbentuk melingkar seperti stadiun olah raga.Penduduk biasa menempati bangunan-bangunan yang melingkari bangunan utama. Sedangkan bangunan utama terletak di tengah-tengah area, jika dilihat dengan seksama, bentuk bangunan utama seperti sebuah kepiting raksasa yang berdiri kokoh.Hanya ada satu jalan utama yang berfungsi sebagai pembatas antara warga biasa dan kompleks pemerintahan. Sementara untuk pintu masuk ke Sludge City hanya ada satu gerbang yang dijaga ketat oleh petugas. Meskipun pada dasarnya alat transportasi mereka adalah kendaraan terbang, namun setiap keluar ataupun masuk harus melewati gerbang penjagaan untuk melakukan pendaftaran dan ijin keluar. Kecuali petugas patroli yang diterbangkan langsung dari hanggar kerajaan.Sedangkan untuk warga biasa, mereka hanya diijinkan memiliki mobil terbang yang harus melewati gerbang penj