Pagi ini Clara terbangun saat mencium aroma masakan yang sedap. Ahhh pasti itu Mily yang memasak untuknya. Rasa pusing di kepalanyapun sudah hilang entah kemana. Akhirnya Clara bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap supaya lebih rapi lagi.
“Masak apa Mil?”
“Sup Buntut. Kamu mau kan?” Tanya Mily.
“Mau dong, kayaknya sudah seabad aku nggak makan nasi.”
“Ehhh nggak pakek nasi ya... kalau kamu makan sup ini, hanya supnya saja.”
“Ya terserah. Lagian aku sudah lupa rasanya nasi.” Gerutu Clara. Sebenarnya Clara sangat tersiksa saat melihat makanan enak namun dirinya tidak bisa makan karena harus menjaga keproposionalan tubuhnya. Clara bukan wanita dengan anugerah seperti beberapa wanita yang bisa makan banyak tapi tetap memiliki tubuh ideal. Clara mendapatkan tubuh idealnya dengan menyiksa diri seperti tidak makan nasi, tidak makan malam dan diet ekstrim lainnya.
Belum lagi jadwal senam segala macam yang melelahkan dirinya. Begitupun dengan masalah kulitnya yang bagus tidak di dapatkan sejak lahir. Namun dengan perawatan-perawatan yang tidak murah. Maka dari itu Clara sampai dinobatkan sebagai Beauty Women of the Year, beberapa tahun belakangan ini di negeri ini.
Bagi Clara, semua perjuangan dan penyiksaan yang dialaminya setimpal dengan apa yang di dapatkannya, ketenaran, pemujaan dan lain sebagainya membuat dirinya puas.
Clara menyeruput sup buntutnya sedikit demi sedikit. Rasa iri menghampirinya saat melihat Mily memakan semua itu bersama nasi dengan lahapnya.
“Cla.. apa hubunganmu degan lelaki semalam? Kenapa dia berkata jika kalian tunangan?” Tanya Mily kemudian.
“Kami memang tunangan, lihat ini?” Clara mempamerkan cincin pemberian Reynald.
Mily membulatkan matanya saat melihat cincin berlian di jari manis Clara. “Sejak kapan kalian kenal? Kenapa aku nggak tau? Kupikir saat dia ketempat pemotretan tadi sore, dia baru mengenalkan diri padamu Cla.”
“Memang, kami baru kenalan dan kami akan menikah.” Kata Clara dengan senyuman lebarnya.
“Tapi kenapa bisa kebetulan dia menyiapkan cincin itu Cla??”
Clara mengernyit. “Benar juga ya.. Dan ya ampun.. cincin ini terlalu kecil untukku, setidaknya aku ingin mata berlianya lebih besar lagi.” Kata Clara sambil melepas cincin tersebut lalu mengematinya. Clara memicingkan matanya saat mendapati ukiran melingkar di dalam cincin tersebut. “Tunggu dulu apa itu, ‘Forever Love R&D’?”. Clara mengeja tulisan di dalam cincin tersebut lalu memandang Mily dengan tatapan tanda tanyanya.
“Jangan-jangan cincin itu dia beli bukan untukmu.” Mily lantas membekam mulutnya sendiri karena keceplosan dengan kata-katanya tersebut. bagaimanapun juga dia tidak ingin membuat mood Clara jadi memburuk.
Clara menatap ke arah lain dengan tatapan kosongnya. Ya, mana mungkin Reynald sudah menyiapkan cincin untuknya, bukankah mereka tidak pernah bertemu sebelumnya, R&D, siapa itu? Kenapa dirinya jadi penasaran sekali dengan inisial dalam cincin tersebut? Ahhh persetan, itu bukan urusannya. Lagian bukankah mereka menikah hanya demi kepentingan masing-masing dan tidak lebih? Tapi betapapun hati Clara mengelak, entah kenapa ada yang sedikit mengganjal saat mengingat cincin lamarannya yang berinisial R&D tersebut.
***
Reynald bangun saat mendapati tangan lembut mengusap rambutnya.
“Mama..” Reynald mengerjap saat mendapati Allea menatapnya dengan tersenyum. Wajahnya masih terlihat pucat, namun Reynald sangat senang mengingat Allea sudah siuman.
“Kamu pulang saja.” Kata Allea pelan.
“Enggak Ma.. Rey mau nunggu Mama.”
Allea sedikit tersenyum. “Papa kamu....”
“Papa tadi malam sudah ke sini, tapi aku suruh pulang Ma.. Kasian dia baru balik dari luar kota.” Jelas Reynald pada mamanya.
Allea menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ruangan dan mendapati Dina sedang tidur meringkuk di sofa ujung Ruangan. “Dina Di sini?”
Reynald menatap Dina dengan tatapan sendunya. “Iya, dia mau menemaniku nungguin mama disini.”
Allea menatap Reynald dengan tatapan lembutnya. “Jaga dia Rey.. Dina wanita baik.” Dan pada saat itu juga tubuh Reynald menegang. Bagaimana mungkin dia menjaga Dina sedangkan dirinya harus menikah dengan wanita yang menyelamatkan nyawa ibunya?
“Mama nggak usah banyak pikiran Ya.. mama istirahan saja.”
“Kamu ada masalah?”
“Enggak kok Ma..” Jawab Reynald sambil tersenyum.
Allea tersenyum sambil mengangguk. Lalu Allea kembali memejamkan matanya, mungin efek obat atau apalah yang membuatnya lemah dan ingin kembali tidur.
Reynald menghela nafas panjang, menatap Mamanya dan juga Dina kekasihnya secara bergantian. ‘Maafkan aku Dina.. bagaimanapun juga rasa sayangku terhadap Mama lebih besar dibandingkan dengan rasa cintaku padamu.’. pungkas Reynald dalam hati.
***
Siang ini Clara sengaja makan siang dengan sang kekasih. Boy, Fotografer yang biasa memotretnya. Sejak pagi mood Clara sudah buruk karena cincin berinisial tersebut. Ditambah lagi Boy yang sengaja mengajaknya makan siang bersama dengan beberapa modelnya membuat mood Clara semakin buruk.
“Kamu kenapa sayang? Kok manyun gitu.”
“Apa kamu nggak lihat makananku nggak enak gini? Membosankan sekali.” Kata Clara sambil mendorong piringnya yang berisi salad tersebut.
“Kamu bisa pesan makanan lain kok.”
“Kamu pengen lihat aku gendut? Lagian kenapa sih kamu ngajakin mereka? Bukankah ini kencan kita?” Clara menatap bebebrapa model wanita Boy yang duduk di meja ujung restoran tersebut dengan tatapan tidak suka.
“Kamu cemburu ya?” Boy mencoba menggoda Clara.
“Please Boy.. Nggak ada kata cemburu dalam kamusku.”
“Oke, tapi aku cemburu dengan lelaki yang tadi malam seenaknya membawa kabur kamu.” Kata Boy dengan nada yang dibuat marah.
“Dia tunanganku.”
“Apa? Kamu jangan bercanda.”
“Apa kamu pikir aku tipe orang yang suka bercanda? Dia memang tunanganku Boy. Tapi hanya untuk mengakali Daddy..”
“Aku masih nggak ngerti Cla..”
“Sampai kapanpun kamu nggak akan ngerti tapi please... Jangan tanya masalah ini lagi. Yang penting aku sukanya sama kamu bukan sama dia. Oke..” pungkas Clara tanpa ingin di bantah. Tapi tentu saja itu tidak mengurangi rasa cemburu Boy pada lelaki tersebut.
***
Reynald mengemudikan mobilnya dengan Dina duduk disebelahnya. Reynald bahkan tak berhenti menggenggam tangan Dina saat mengemudikan mobilnya kini, membuat Dina sedikit tak nyaman dengan kediaman Reynald.
“Mas Rey ada masalah?” Dina memberanikan diri bertanya pada Reynald.
Reynald bingung haruskah dirinya memberitaukan keadaannya kini pada Dina atau tidak. Akhirnya Reynald hanya menggeleng lalu mengecup singkat punggung tangan Dina.
“Aku tau Mas Rey ada masalah, aku mengenal mas Rey sejak kecil.”
Reynald menghela nafas panjang lalu menepikan mobilnya. Sepertinya memang harus mengatakan semuanya saat ini juga supaya Dina tidak semakin tersakiti. Pikir Reynald.
“Oke, aku memang ada masalah. Masalah tentang hubungan kita.”
“Ada apa dengan kita?”
“Kita putus saja.” Kata Reynald cepat sebelum dia berubah pikiran.
Dina hanya diam ternganga saat Reynald dengan mudahnya memutuskan hubungan mereka. Kenapa?? Apa Reynald malu memiliki kekasih seorang anak pembantu sepertinya?? Apa Reynald udah mencintai wanita yang lebih cantik dari pada dirinya?? Kenapa Reynald setega itu?? Dan masih banyak kata Kenapa yang menari-nari di pikiran Dina saat ini.
-TBC-
Dina keluar dari dalam mobil Reynald dan langsung menuju ke kamarnya di dekat dapur. Sedangkan Reynald hanya menatap punggung Dina dengan tatapan sendunya. Berakhirlah sudah impiannya bersama dengan wanita yang sangat di cintainya tersebut.Reynald ingin marah, Tapi dengan siapa? Reynald tak mungkin menyalahkan keadaan. Mamanya pernah berkata, ‘Seberapa buruk keadaan yang pernah kita alami, yakinlah jika akan ada kebahagiaan dibaliknya, ingat, akan selalu ada pelangi setelah hujan.’ Kata Allea pada saat itu.Reynald akhirnya melangkah dengan langkah gontainya menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Reynald menghempaskan dirinya di atas ranjang dengan sesekali menghela nafas kasar.Clara Adista... Astaga bagaimana mungkin dirinya akan menikah dengan wanita menyebalkan dan wanita terarogan yang pernah ia temui??Pikiran Reynald semakin berkelana tak menentu. Ya, setidaknya dengan menikahi Clara, dirinya
“Apa maksud kamu dengan ini?” Tanya Reynald setelah membaca beberapa berkas yang di berikan oleh Clara.“Kamu sudah baca kan? Itu surat perjanjian kita tentang pernikahan palsu kita.” Kata Clara dengan santainya.“Sial!! walau aku terpaksa menikahimu, tapi aku tak pernah berfikir pernikahan kita main-main.” Jawab Reynald penuh penekanan.“Terus... Kamu ingin kita menikah selamanya dan hidup bahagia seperti di negeri dongeng gitu? Hello... Rey.. Kamu mabuk?”“Cla... Aku bukan orang yang bisa dengan mudah mempermainkan sebuah komitmen seperti pernikahan. Apa kata orang tuaku nanti saat tau aku menceraikanmu setelah dua tahun menikah?”“Ya bilang saja kita nggak cocok.” Jawab Clara dengan enteng.Reynald menghela nafas panjang. Astaga.. Dari mana datangnya wanita menyebalkan seperti Clara ini?“Dan satu lagi. Tidak akan pernah ada hubungan badan antara kita, ok
Clara merasakan bibir panas itu menyapu habis bibirnya, melumatnya penuh dengan gairah. Clara tak pernah merasakan perasaan seperti saat ini. Perasaan dikuasai oleh seseorang karena biasanya dirinyalah yang menguasai orang-orang di sekitarnya.Clara mencoba meronta, ingin menjauhkan diri dari Reynald, tapi lelaki yang sedang menindihnya kini sangatlah kuat. Clara bahkan tak dapat melakukan apa-apa selain membalas ciuman panas dari Reynald.Ya, Clara akhirnya membalas ciuman itu.. Ciuman yang semula hanya dijadikan sebagai hukuman untuk membungkan mulut cerewetnya, akhirnya kini berubah menjadi ciuman yang sarat akan hawa nafsu. Sesekali Clara bahkan mendengar suara erangan, entah itu darinya atau dari Reynald, Clara sendiri tak tahu. Yang Clara sadari adalah saat ini dirinya sangat menikmati momen ini. Momen dimana dirinya merasakan perasaan aneh yang membuncah dihatinya.***Reynald benar-benar tak sadar dengan apa yang sudah dilakukannya. Mencium
“Jadi Clara seorang Model?” Tanya Allea dengan lembut ke arah Clara yang saat ini duduk di sebelahnya dan sesekali menyuapi Allea dengan masakan Mommynya yang di bawanya tadi.“Iya Ma, kenapa? Mama nggak suka punya menantu Model?”“Tidak, apapun pilihan Rey, Mama pasti setuju kok.”“Bagus deh kalau begitu.”Allea masih mengamati Clara, wanita ini benar-benar terlihat angkuh dalam pandangannya. Clara bahkan tak berhenti mengangkat dagunya, sangat berbeda jauh dengan Dina yang suka menunduk dan malu-malu. Kenapa Reynald bisa bersama dengan wanita ini? Apa Reynald memiliki masalah hingga harus bersama dengan wanita ini?Tak lama Reynald dan Renno masuk ke dalam ruang inap Allea, ya, kedua lelaki tersebut tadi sedang mengurus beberapa urusan luar, meninggalkan Allea hanya berdua dengan Clara.Clara lantas menghampiri Reynald dan berbisik di telinga Reynald.“Sialan!! bagaimana mungkin
Clara terbangun dengan badan yang sangat pegal dan kaku, Bahkan ia mersakan dirinya tak dapat bergerak karena ada seseorang yang sedang memeluknya dari belakang. Memeluk? Clara sontak membuka matanya lebar-lebar, melihat ke arah perutnya yang ternyata benar jika ada seseorang yang sedang melingkarkan lengannya di sana, pelan-pelan Clara menolehkan kepalanya kebelakang, Dan benar saja, ada Reynald yang sudah tidur di belakangnya dan sedang memeluknya. Mereka tidur bersama di Sofa ruang inap mama Reynald yang sedikit lebih kecil untuk di tiduri mereka berdua.Secepat kilat Clara mendorong Reynald hingga Reynald jatuh dari atas sofa dan mengerang kesakitan.“Astaga.. apa yang kamu lakukan?” Reynald sedikit berteriak karena kesal dengan Clara yang membangunkannya dengan cara yang sangat tidak sopan.“Harusnya aku yang tanya, apa yang kamu lakukan, main peluk-peluk, enak saja.” Gerutu Clara tak mau kalah.“Kalian sudah bangun?&rdq
Clara merasakan benar- benar ada yang aneh pada diri Reynald. Dia diam dan cenderung datar, dingin dan Ahh... Clara bahkan tak mengerti apa yang sedang di pikirkan Reynald.“Kamu aneh.” Clara memulai pembicaraan.“Apa maksudmu dengan Aneh?”“Entalah.. Kupikir ada hubungannya dengan pembantu itu.”Reynald mencengkeram erat kemudi mobilnya? Pembantu? Bagaimana mungkin wanita sialan ini menyebut kekasihnya dengan sebutan pembantu? Kekasih? Astaga.. bukankah hubungannya dengan Dina sudah berakhir?“Jangan pernah sebut dia Pembantu.” Ucap Reynald penuh penekanan.“Please deh Rey, kamu benar-benar ada hubungan sama wanita udik itu??”Dan seketika itu juga Reynald menghentikan laju mobilnya. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun, Clara benar-benar keterlaluan, menyebut Dina sebagai pembantu dan juga udik. Dan Reynald tak suka itu, Reynald tak pernah suka jika ada orang yang m
Reynald menggulingkan badannya ke samping dan sedikit heran saat mendapati ranjang di sebelahnya kosong. Ia merasa sedikit kehilangan, ya tentu saja, bukankah tadi malam ia bergelung dengan tubuh Clara semalaman? Tapi dimana wanita itu saat ini? bukankah seharusnya dia masih disini karena sakit??Reynald membuka matanya sedikit demi sedikit, memandang sekeliling kamar Clara. Kamarnya terlihat rapi, tapi penuh dengan barang-barang wanita. Reynald lalu menatap tubuhnya, Ia ternyata masih telanjang dada. Teringat dengan kejadian tadi malam, Astaga.. bagaimana mungkin ia bisa tergoda dengan sosok Clara Adista?Tadi malam….“Sudahlah.. ayo tidur, supaya besok cepat sembuh..” Ucap Reynald masih dengan memeluk Clara.Reynald merasakan Clara memeluknya semakin erat, wajah Clara yang tenggelam di dadanya entah kenapa membuatnya sedikit bergetar. Gesekan-gesekan kulit lembut itu membuat semua y
Saat ini Reynald sedang sibuk memilih-milih warna untuk dekorasi resepsi pernikahan sialannya. Sial!! Benar-benar Sial!! Reynald merasa Clara sedang mengerjainya. Bagaimana mungkin ia saat ini yang sedang di kantor, sibuk mengurus pekerjaannya, lalu tiba-tiba sekertaris pribadinya datang membawa sebuah paket besar berisi album-album dekorasi pernikahan. Lalu tak lama wanita sialan itu meneleponya dan dengan entengnya menyuruh memilihkan sebuah warna untuk dekorasi resepsi pernikahan mereka nanti.Dan bodohnya Reynald menuruti permintaan Sialan Clara tersebut. Siall!!! bisa saja saat ini ia membuang semua album-album tersebut lalu melanjutkan pekerjaannya. Tapi entah kenapa Reynald tak bisa. Akhirnya disinilah saat ini. Reynald duduk di atas kursi kebesarannya, dengan wajah seriusnya Ia memilah-milah Dekorasi yang paling bagus untuk pernikahannya.Tak lama, pintu ruangannya tersebut di buka oleh seseorang. Reynald mendengus kesal, siapa yang berani-berani mengganggu kon