“Baiklah.. Nikahi Saya.” Suara itu terngiang di telinga Reynald bagaikan vonis mati. Bagaimana mungkin wanita ini dengan penuh percaya diri meminta Reynald untuk menikahinya?
“Maaf?” Reynald mencoba meyakinkan dirinya sekali lagi jika ia memang salah dengar.
“Kamu dengar, kan? Syarat mutlak dariku adalah kamu harus menikah denganku.” Tambah Clara lagi masih dengan suara angkuhnya.
“Clara.. Saya mohon.. Apa tidak ada cara...”
“Lupakan!!” Clara memotong kalimat Reynald. “Pergi saja sana, bukan aku juga kan yang membutuhan darah ini.” Kata Clara sambil bergegas meninggalkan Reynald.
“Tunggu.” Ucap Reynald sambil meraih telapak tangan Clara.
Reynald lalu berdiri dan berjalan keluar sambil menyeret tangan Clara. Clarapun akhirnya mengikuti Reynald walau sesekali dirinya meronta ingin dilepaskan cekalan tangannya. Reynald berhenti tepat di sebelah mobilnya.
“Apa yang kamu lakukan? Dasar Sialan!! Kulitku bisa lecet karena tanganmu.”
“Persetan dengan kulitmu. Kamu ingin aku menikahimu kan??” Tanya Reynald dengan sedikit kesal, lalu Reynald mengambil sesuatu di Dashboard mobilnya. Sebuah kotak beludru, lalu melemparkannya begitu saja kepada Clara Sambil berkata. “Aku akan menikahimu.”
Clara membulatkan matanya seketika. Astaga.. dia tak menyangka akan bertemu dengan lelaki menyebalkan seperti Reynald, lelaki aneh dengan cara melamarnya tersebut.
“Huuuh.. Ambil saja. Kamu pikir aku mau dilamar seperti ini?? Pergi saja sana.” Clara melempar kembali kotak beludru tersebut kepada Reynald dan akan kembali masuk meninggalkan Reynald. Tapi tiba-tiba Reynal meraih kembali tangan Clara, menariknya dan menghimpit tubuh Clara dengan mobilnya. “Hei.. Lepaskan apa yang kamu lakukan.”
Tubuh keduanya saling menyentuh, Wajah mereka sangat dekat, bibir merekapun hampir bersentuhan, Reynald bahkan memenjarakan tangan Clara dengan kedua tangannya.
“Please Clara... Bantu aku.. Dan aku akan menikah denganmu, Aku akan menjadi suami yang baik untukmu asal kamu mau membantuku.” Reynald memohon tapi tatapan matanya tajam seakan dapat menembus iris mata Clara.
Entah kenapa tatapan itu membuat Clara gugup. Clara tak pernah diperlakukan seperti ini dengan seorang lelaki, di kuasai dan ditatap tajam seperti yang di lakukan Reynald.
“Baiklah, tapi lepaskan Aku.” Reynald pun akhirnya melepaskan Clara. “Dan aku ingin kamu berlutut melamarku.” Kata Clara sambil menaikan dagunya kembali.
Reynald menghela napas panjang. Sial!!! dirinya pasti akan terjebak dengan wanita sialan ini. Reynald akhirnya Benar-benar berlutut di hadapan Clara. Clara tersenyum lalu menyodorkan tangannya untuk dipasangkan cincin lamaran Reynald.
Reynald memasangkan cincin tersebut di jari mulus Clara.. Menatapnya dengan tatapan sendu.. ‘Dina.. Maafkan aku sayang...’ Lirihnya dalam hati.
***
Dokter sangat senang ketika Reynald kembali dengan sosok yang sudah seperti malaikat penyelamat tersebut, meski sebenarnya Dokter juga sedikit tak percaya jika Reynald bisa membujuk Clara hingga mau mendonorkan darahnya.
Setelah di cek dan lain sebagainya, ternyata Clara memang memungkinkan untuk mendonorkan darahnya. Akhirnya kini Clara terbaring dengan selang infus di lengannya. Sedangkan Reynald Masih diam membatu di sebelahnyaa.
Sejak di mobil mereka memang tak saling bicara. Reynald sibuk dengan pikiran kacaunya mengingat dirinya harus mengorbankan cintanya pada Dina demi kesembuhan sang Mama. Sedangkan Clara sibuk dengan pikirannya, Dirinya akan memenuhi keinginan Sang Daddy dan dapat terus melanjutkan pekerjaannya sebagai Model Profesional.
“Apa Kamu baik-baik saja?” Tanya Reynald sedikit khawatir saat mendapati kerutan di dahi Clara seperti orang yang sedang menahan rasa sakit, saat setelah Donor darah tersebut selesai dilakukan.
“Enggak, aku baik-baik saja, hanya Sedikit pusing.” Kata Clara sambil bangun dan memijit pelipisnya.
Clara akhirnya berdiri dan akan beranjak pergi namun rasa pusing di kepalanya semakin menjadi, hampir saja dia tersungkur jika Reynald tidak meraih tubuhnya.
“Apa yang kamu lakukan?? Dokter berkata jika kamu harus istirahat dulu.” Kata Reynald sedikit membentak.
Bukannya takut, Clara malah memukul lengan Reynald. “Heii.. seharusnya aku yang tanya apa yang kamu lakukan, kamu menyentuhku sembarangan sialan!!!” Sembur Clara pada Reynald, dan Reynald baru menyadari jika tangannya sejak tadi tepat berada pada payudara milik Clara.
“Emm maaf..” Kata Reynald sambil menarik tanganya lalu memalingkan wajahnya yang sudah merah ke arah lain.
“Sial..” Umpat Clara. Lalu sambil tertatih tatih dia berjalan keluar ruangan.
Reynald menatap punggung Clara dengan tatapan tak terbacanya. Akhirnya Reynald mengejar Clara karena bagaimanapun juga Reynald tidak tega saat melihat Clara berjalan tertatih.
“Kamu mau kemana sih?”
“Aku harus kembali, masih ada pekerjaan.”
“Aku antar.” Kata Reynald sambil memapah Clara untuk berjalan.
“Kamu ngapain sih aku bisa jalan sendiri.”
“Kamu tunanganku Cla.. Dan kamu seperti ini karena menolongku. Jadi Please... jangan membantah lagi.” Kata Reynald yang saat ini sudah mulai kesal dngan sikap menjengkelkan Clara.
“Hello... dengar yaa.. kita memang tunangan tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya ngatur aku.”
“Aku nggak ngatur kamu. Aku cuma perhatian dengan orang yang sudah menolong nyawa Mamaku.” Jawab Reynald penuh penekanan dan itu mampu membungkam seketika bibir cerewet Clara...
***
Ternyata Clara tidak kembali ke tempat pemotretannya, dia ingin di antar pulang ke apartemennya dengan Reynald. Di sana sudah ada Mily, Manager Clara yang sudah menunggu mereka.
“Cla.. apa yang terjadi?” Tanya Mily khawatir saat melihat Clara di papah oleh Reynald.
“Dia pusing, bantu aku membawa ke kamarnya.” Jawab Reynald.
Mily sedikit mengernyit saat melihat Reynald yang seakan menguasai diri Clara. “Memangnya kamu siapa ya?”
“Saya tunangannya.” Jawab Reynald yang langsung membuat Mily ternganga.
“Aduh sudah deh, Kalian banyak omong. Cepat bawa aku ke kamar, aku ingin tiduran.” Clara berbicara dengan ketus.
“Dokter kan memang bilang kamu harus istirahat dulu, kamu sendiri yang main pulang seenaknya.”
“Hello.. Kamu bukannya berterimakasih malah ngomel disini. Udah sana pergi.” Clara mengusir Reynald dengan sangat kasar.
Reynald menghela nafas panjang. Ahh wanita ini benar-benar menyebalkan, angkuh, sombong dan juga cerewet. Gerutu Reynald dalam hati. Akhirnya Reynald memutuskan untuk pulang. Buat apa juga dia menunggu wanita sombong tersebut, bukankah lebih baik menunggu mamanya di rumah sakit??
-TBC-
-Reynald-Aku menatap wanita yang sedang duduk di pinggiran ranjang dan sedang sibuk melipati bajunya memasukkannya ke dalam sebuah tas yang sudah di siapkannya. Wajahnya menunduk, aku tak tahu ekspresi apa yang di tampakkannya.Dengan santai aku berjalan menuju ke arahnya, berjongkok tepat di hadapannya. Dan kini aku tau, ekspresi apa yang sedang terpampang pada wajah cantik istriku ini.“Hei, kamu kelihatan gelisah.” Kataku sambil mendongakkan wajahnya.“Ya tentu saja.” Hanya itu jawabannya.Sontak aku memeluk perut besarnya yang di dalam sana ada buah hati kami.“Tenanglah, tidak akan terjadi apapun.” Aku berusaha menenangkannya. Aku tahu dia gelisah, gugup dan takut dengan operasi yang akan di jalaninya besok pagi.“Aku takut Rey.”Aku tersenyum, masih dengan memeluk perutnya, selama aku mengenal Clara, baru sekarang aku malihatnya serapuh
Reynald terbangun saat cahaya mentari seakan menelusup ke dalam kelopak matanya. Ia Mengedip-ngedipkan matanya mencoba membiasakan diri dari sinar yang menerangi ruangan ini.Dilihatnya ranjang sebelahnya ternyata sudah kosong, Reynald tersenyum, tentu Clara sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuknya, bukankah wanita itu adalah wanita yang berbeda saat ini?Reynald melompat bangun, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan pergi ke dapur tempat yang di yakini ada Clara di sana.Saat kakinya sampai di area dapur, ia tercenung melihat seorang wanita yang tengah sibuk dengan berbagai macam peralatan dapurnya. Dulu, ia selalu membayangkan wanita itu adalah Dina, wanita yang akan selalu membangunkannya dari tidurnya, wanita yang akan selalu memakaikan dasi untuknya, wanita yang akan selalu memasak makanan enak untuknya, Tapi nyatanya Tuhan berkata lain.Secepat membalik telapak tangan takdirnya di tentukan. Hanya karena ingin menolong sang mama,
Clara membuka mata dan mendapati lengan seseorang melingkari tubuhnya. Telapak tangan besar itu tepat berada di atas perutnya yang kini sudah sedikit berbentuk. Selalu seperti ini yang terjadi selama tiga bulan terakhir ketika mereka pindah ke rumah baru yang di hadiahkan Reynald untuknya.Clara membalikkan tubuhnya dan mendapati lelaki di hadapannya ini tidur dengan sangat pulas. Ahh mungkin Reynald kecapekan. Beberapa hari ini Reynald memiliki proyek kerja di luar kota, tapi nyatanya Reynald selalu kembali ke jakarta malam harinya karena tak ingin berpisah dengan Clara. Sungguh, Lelaki ini sangat manis.Tiba-tiba Clara teringat pada malam itu, malam dimana Reynald menyatakan perasaan cintanya tiga bulan yang lalu..Malam itu....“Kenapa? Apa bedanya?” Tanyanya pada saat itu.Reynald lalu membalikkan tubuhnya, membuatnya menatap Reynald seketika. “Karena kamu.&rd
Sampai di rumah, Reynald segera masuk dan menuju ke dapur untuk membawa barang belanjaannya. Ternyata di sana sudah ada Sang Mama yang sibuk memberi interuksi pada menantunya.‘Ehhmmm..’ Suara deheman yang di buat Reynald membuat Clara dan sang Mama menoleh ke arahnya.“Ehh kamu sudah pulang Rey?” Sapa sang mama, sedangkan Clara membali mempalingkan wajahnya ke arah panci di hadapannya.Reynald mengerutkan keningnya tak suka dengan sikap cuek yang di tampilkan Clara. “Sedang buat apa Ma?”“Clara minta di ajarin masak, Saat ini kami sedang buat sayur asem, dia mau makan yang asem-asem katanya.” Kata Allea menjelaskan sedangkan Clara sendiri masih sibuk dengan panci di hadapannya dan tak menghiraukan semua orang yang sedang ada di dapur.Reynald hanya menatap punggung Clara dengan tatapan anehnya. Ada yang aneh dengan wanita di hadapannya itu. Clara seperti sedang menghindari kontak mata
Selalu gugup, gelisah, Deg degan, dan sedikit salah tingkah, itulah yang di rasakan Clara pada saat ini ketika duduk dan berusaha sesantai mungkin di sebelah Reynald. Ia tak mengerti apa yang terjadi tadi malam. Reynald mencumbunya sepanjang malam, Bibir lelaki itu tak berhenti mengucap kata sayang pada dirinya. Dan Clara benar-benar merasa di sayangi tadi malam.Tapi pagi ini lelaki itu kembali pada mode datarnya seperti tak terjadi apapun di antara mereka, meski tentu saja perhatian Reynald tak berkurang sedikitpun, Reynald kini bahkan mengemudikan mobilnya dengan hanya sebelah tangannya karena sebelahnya lagi sedang sibuk menggenggam jari jemari milik Clara.“Rey, aku mau ke apartemen.”Reynald sedikit terkejut. “Kenapa ke sana?”“Aku mau ketemu sama Mily.”“Nanti, kita pulang dulu. Kamu harus istirahat. Lagi pula kita harus memberitau kabar bahagia ini pada keluargaku.”Clara hanya menghela
Reynald masuk ke dalam kamar Clara dan mendapati wanita itu naik di atas kursi riasnya untuk meraih sesuatu yang berada di atas lemari pakaiannya.Seketika itu juga Reynald berlari menghampiri Clara sambil sedikit berteriak.“Apa yang kamu lakukan?” Reynald memeluk kaki Clara, takut jika wanita di hadapannya itu terjatuh.“Aku mau mengambil kardus kecil itu.”“Cepat turun. Kamu harus menghilangkah kebiasaanmu yang ceroboh ini Cla..”“Ceroboh? Enak saja kamu bilang aku ceroboh.”“Sudah jangan banyak bicara, sekarang cepat turun, atau aku dengan paksa akan menurunkanmu.”“Okay, Mr. Protective.” Dengus Clara.Akhirnya Clarapun turun di bantu dengan Reynald. Lalu kini gantian Reynald yang menaiki kursi tersebut dan mengambil kardus yang di maksudkan Clara.“Memangnya apa isinya? Sampa-sampai kamu bela-belain naik kursi segala.&