“Bagaimana jika kita ubah menjadi aku akan memberikanmu uang saku tiap bulannya?”“Hah?!”Aku bahkan tak mempercayai pendengaranku sendiri.Butuh waktu bagiku mencerna perkataanya, “Aku tahu bahwa tindakanku salah, tapi bukanlah pembenaran jika aku menerima uangmu seperti. Aku tak butuh belas kasihmu. Maaf.... aku tak bisa menerima kebaikanmu lebih dari ini. Lagipula ini semua terjadi karena kecerobohanku sendiri hingga kehilangan uang bulananku.” Lagipula jika Alex tahu aku menerima uang dari lelaki lain dia pasti akan membatalkan semua kesepakatan kami.“Kau kehilangan uangmu? Bagaimana bisa?”Adrian memikirkan semua kemungkinan,”Apakah uangmu dicuri?”
Matahari mulai kembali keperaduannya, Adrian memarkirkan mobilnya pada sebuah kafe yang sering dia kunjungi sekedar bersantai ataupun merilekskan dirinya dari semua kepenatan kantor. Namun, kali ini tujuannya bukanlah cafe tersebut melainkan sebuah hutan larangan yang letaknya tak jauh dari sana.Selama perjalanannya kesana, Adrian memikirkan semuanya. Dulu hidupnya selalu diisi hanya dengan dokumen dan meeting setiap harinya. Kini semuanya berubah sejak pertemuanku dengannya. Semuanya sangat berwarna tidak seperti dulu yang hanya hitam-putih saja.Aku bahkan masih mengingat caranya menciumku beberapa jam lalu.Gadisku sangat menggemaskan.Ku elus kembali pipiku. Tak pernah kukira candaanku akan berujung pada kejutan manis yang dia berikan atas kemauannya sendiri, bukank
Untunglah aku lebih beruntung dari mereka. Mau tahu kenapa?Pertama, aku adalah anak pertama yang lahir dari Pack Alpha. Kedua, serigala putih mungkin memiliki banyak kerugian dari beberapa sisi tapi jangan salah mereka juga bukan makhluk yang dapat diremehkan karena mereka lebih kuat dari manusia serigala normal lainnya.Aku bangkit dari peraduanku setelah lama berbaring menikmati udara malam. Kuambil ancang-ancang lalu langsung berlari kembali kedalam hutan, ini sama sekali tidak membuatku lelah malah menambah adrenalinku untuk melakukan hal lebih.Adrian tidak peduli berapa banyak panggilan dari perusahaan di ponselnya. Toh….ku tinggalkan semuanya di dalam mobil. Ku kenakan kembali bajuku kemudian berjalan keluar dari hutan.Hari yang menyenangkan. Entah kapan
_Luciana_Aku bingung.Adrian menyeretku dengan paksa ke rumahnya, meninggalkan ku sendiri di ruang tamunya.Otakku kosong, perasaanku tak karuan sekarang.Bagaimana mungkin dia bisa menemukanku? Apa dia memasang pelacak pada tubuhku? ataukah dia membuntutiku sejak tadi? Pertemuan kami hanya sebuah kebetulan dan lagi aku sudah memastikan tak ada seorangpun yang mengikutiku.Lalu bagaima dia bisa ada di sana? Apakah ini kesialan ataukah keberuntungan?Mataku melirik sekilas ke arahnya dengan perasaan takut sementara Adrian sibuk bolak-balik memindahkan semua barangku ke ruang tengah.Habis sudah!
Apalagi saat dirinya menemukan pengait bra yang ada di punggungnya.Klik.Aku sangat terkejut ketika dia melakukannya, kembali kudorong dia agar menjauh dariku namun semuanya tak mempan. Apa yang harus ku lakukan? cepat pikirkan kau harus lepas dari situasi ini.Luci semakin khawatir saat seringai di wajah Adrian semakin lama semakin nakal,"aku akan memberitahu Reihan semuanya setelah memakanmu sampai bersih, jadi tetaplah seperti ini.""APA?! Kau tak bisa melakukan itu!"Adrian menciumku dengan intens, "kau tau apa yang aku inginkan." Aku merasakan nafasnya yang menerpaku semakin memberat terlebih lagi ciumannya kini semakin liar. Permainannya membuat tubuhku gatal dan menginginkan lebih.
"Berjanjilah padaku bahwa semuanya akan baik-baik saja! Aku tak ingin siapapun mengetahui hal ini." Luci menatap Adrian serius sambil terus memegang lengan kemejanya. Wajahnya menunjukkan kecemasan yang sangat besar, ini adalah pertaruhan yang tak main-main. Apalagi melibatkan Alex, semua usahanya selama ini akan sia-sia jika perjanjian diantara kami batal karena kecerobohannya. Adrian menatap Luci, "Apa yang mengubah pikiranmu?" Tindakan Luci barusan memunculkan kecurigaan yang sangat besar bagi Adrian. Adrian terus menatapku dengan tatapan menyelidik, bahkan matanya hampir tak mengedip sama sekali. Habislah aku kali ini! bisa ku tebak apa yang dipikirkannya. Pikiranku kini kosong, kebingungan hebat melandaku apalagi tatapan matanya yang tajam terus menyurutkan rasa percaya diriku. "Tolong...jangan libatkan siap
Alarm ponselku terus berdering. Jam enam, aku beranjak dari tempat tidur dan bergegas mandi. Kukenakan kaos longgar bergambar beruang dipadu dengan celana pendek sepaha kemudian bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Rumah ini mempunyai delapan kamar yang masing-masing dilengkapi kamar mandi dalam ruangan. Lantai satu ada ruang tamu, kamar tamu, perpustakaan pribadi, kediaman pelayan, dapur, ruang keluarga, taman, ruang bersantai dan kolam renang. Sedangkan lantai dua ada lima kamar, ruang kerja, perpustakaan, bioskop, tempat gym dan masih banyak lagi. Rumah ini sangat besar untuk ditinggali sendiri. Aku penasaran apakah Reihan dan orang tuanya juga tinggal di sini? Atau semua kamar itu disediakan untuk orang tuanya dan kerabatnya yang datang? Baiklah kita lupakan itu sejenak dan bergegas ke dapur untuk mem
Pertemuanku dengan Alex dan Lucas sangat singkat karena Alex bukanlah orang yang suka menarik perhatian khususnya di keramaian. Aku heran apa yang membuatnya tumben muncul di tempat seperti ini?Alex bukanlah orang yang suka mendengarkan saran dari siapapun bahkan kami pun kadang suka berdebat karena berbeda pendapat dan yang paling lebih membuatku heran adalah mengapa Lucas sangat dekat dengannya. Cara apa yang dia gunakan agar Lucas menempel terus padanya?“Waktunya habis. Kami akan pergi sekarang.” Kata Alex segera mengambil Lucas yang tengah bercengkrama denganku.Aku tak ingin semua berakhir. Aku masih sangat merindukan Lucas.Hariku yang sangat padat dengan kegiatan kampus dan kerja sambilan di tambah dengan masalah yang menerpaku membuatku jarang mengu