Suara-suara berisik yang disebabkan oleh jangkrik dan hewan-hewan nokturnal berhasil tertangkap oleh telinga Lumiere.
Keadaan gadis itu tampak mengenaskan. Gaun yang berjuntai indah itu kini kotor dan tampak kusut. Surai cokelat madunya pun tak tertata rapi seperti sebelumnya. Seutas kain putih kotor tampak melingkar untuk menutupi mata biru langit indahnya. Kedua kaki dan tangannya pun terikat cukup kuat oleh seseorang.
Kemudian suara derit pintu terbuka terdengar, bersamaan dengan suara ketukan sepatu beberapa orang yang memasuki ruangan di mana Lumiere disekap.
“Woi! Bangun!”
Suara memekakkan dengan penggunaan kata yang tidak sopan itu menyapa telinga Lumiere yang sedari tadi terjaga. Tubuh mungilnya kemudian bergidik karena kedinginan setelah diguyur oleh seember air. Mungkin orang-orang itu mengira dirinya masih tak sadarkan diri.
Gadis itu kemudian meringis kecil ketika seseorang melepaskan ikatan di kakinya denga
Pria berambut panjang itu kemudian menatap tajam pada Lumiere yang tampak tenang dan justru memasang sebuah senyuman penuh kelicikan. Suara derodotan senjata api kemudian terdengar, membuat pria itu panik bukan main. Dengan cepat ia berlari menuju ke jendela besar tersebut untuk melihat situasi di luar sana.Kacau. Asap kelabu pekat membumbung menyelimuti area di bawah kastel ini. Puing-puing bangunan yang dihancurkan oleh sebuah bom tampak berserakan di bawah sana, serta sebagian anak buahnya tergeletak tak bernyawa.“Tentara!? Kenapa mereka bisa berada di sini!?”Pria itu menggeram, membalikkan badan kemudian terkejut dengan Lumiere yang berhasil melumpuhkan beberapa anak buahnya yang ada di dalam ruangan ini.“Pasukanmu kurang terlatih, ya? Mengikat sandera saja tidak becus,” ujar Lumiere seraya melepaskan sarung tangan yang panjangnya hingga sesiku dengan gerakan anggun. Di tangannya terdapat sebuah pencapit ya
“Sebastian, apa kamu mengetahui alasan kenapa Peter terlihat gelisah belakangan ini?”Sebastian yang sedang asyik menikmati sarapan paginya itu pun mendongak, menatap sang pemilik rumah sewa di mana ia dan Peter tinggali.“Peter, ya?” gumam Sebastian seraya meletakkan garpu dan pisaunya yang atas meja, “Ah ... sejak menyelesaikan kasus Mask Rabbit ya?” Sebastian kemudian tersenyum jenaka, “Dia seperti itu karena terpikat pada pesonanya putri tunggal Keluarga Wysteria, Nona Jill.”Wanita berusia 32 tahun yang bernama Jill itu lantas membulatkan matanya karena terkejut, “Pria sedingin Peter bisa terpesona karena kecantikan perempuan juga, ya?”“Memangnya dia homo?”“Aku kira begitu karena selama ini dia lebih memilih berkencan dengan setumpuk kasus-kasus kriminal daripada mendatangi pesta dansa para bangsawan.”Sebastian tak bisa lagi menahan t
Jika kau bertanya pada Lucian tentang apakah ada seseorang yang sangat ingin ia bunuh. Maka, jawaban Lucian hanya ada satu.Saat ini juga ia ingin membunuh Peter Compbell Spade. Pria berkacamata itu menatap tajam pada Peter yang tidak mengalihkan sedikit pun pandangannya dari sang kakak.“Ini ... ini hanya gertakan! Mudah bagi Peter untuk menyelidiki kakak dari informasi yang selama ini kumpulkan. Tidak ada bangsawan muda, bahkan seorang wanita yang menjadi proferor pengajar matematika di universitas ternama.” Mata Lucian kemudian melirik pada sang kakak yang terlihat santai, “Jika kakak menyangkalnya, itu membuktikan bahwa kakak terlibat dengan dua kasus itu.”Lucian menggigit pipi bagian dalamnya. Merasa gemas dan juga tidak sabaran untuk menunggu jawaban dari sang kakak yang sedari tadi hanya terdiam. Detik demi detik berlalu begitu saja dalam kesunyian. Tak ada yang membuka suara, me
“Waktunya sangat sempit. Lumie, ayo cepat!”Lumiere tersenyum santai, mengangkat sedikit ujung gaunnya agar mempermudahnya melangkahkan kaki, “Tentu saja.”Lumiere kemudian menoleh pada seorang pegawai kereta yang sedari tadi memperhatikan perdebatan konyol mereka, “Bolehkah saya meminta denah kereta dan dafta nama penumpang?”Pegawai kereta tersebut mengangguk dengan wajah yang memerah karena tersipu malu, “Baik, akan saya bawakan.” Kemudian pria berseragam rapi itu melenggang pergi meninggalkan tempat kejadian perkara untuk membawakan permintaan Lumiere.Peter kembali menghampiri pintu kabin yang terkunci tersebut. Pria itu merosotkan tubuhnya, bertumpu pada sebelah lulutnya kemudian mengutak-atik lubang kunci untuk membuka pintu tersebut.CEKLEK!GREEK!“Kabinnya dikunci oleh pelaku, ya?” gumam Lumiere seraya melangkah mas
Sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh Lumiere, Peter mengumpulkan kedelapan awak kereta dan juga beberapa polisi kereta di suatu gerbong. Pria berwajah tampan itu tampak tersenyum puas, menatap awak kereta satu persatu. Seolah-olah ia sedang mengintai seseorang yang sebentar lagi akan masuk ke dalam perangkapnya.“Setelah melakukan banyak penyelidikan dan tenggelam dalam pikiran. Akhirnya aku dan Lumie sampai pada satu kesimpulan, yaitu ...,” Peter sengaja menggantungkan ucapannya. Pria itu kemudian melipat kedua tangannya di dada, “Pelaku pembunuhan seorang penjual berlian adalah salah seorang awak kereta. Jadi, aku akan memeriksa kalian!”Ada sebuah kegaduhan yang diciptakan oleh para awak kereta tersebut. Mereka tampak terkejut dengan pernyataan tersebut, kemudian saling melempar pandang ke sesama rekan kerja tanpa bersuara.“Yang sepatunya berukuran 8, silakan maju ke depan.”Ada dua orang yang b
“Bisakah kalian berhenti menangis? Aku sudah dengan berbaik hati membawa kalian dari kawasan kumuh London ke wilayah kekuasaanku, sudah paham?”Sesosok pria berambut panjang, berwarna pirang platina dan memakai sebuah topeng pesta yang hampir menutupi separuh wajahnya. Tampak berdiri dengan anggun di hadapan keenam anak kecil yang sedang meringkuk ketakutan, bahkan salah satu mereka sedang menangis.“Namaku Jonathan Casten Redwood,” ujar pria berambut panjang tersebut yang memperkenalkan dirinya sebagai Jonathan. Sebuah senyuman lebar penuh keceriaan terpatri di bibirnya yang sedikit lebih tebal, “Ya, aku adalah seorang bangsawan. Dan apakah kalian tahu jika bangsawan itu hobi berburu?”Anak-anak itu tampak tak mendengarkan dengan baik cerita dari Jonathan. Mereka terlihat bergetar ketakutan, berusaha melindungi satu sama lain dari pria dewasa yang terlihat tidak waras tersebut.“Burung, rusah, ba
London, Kediaman Utama Wysteria.Lucian tampak sedang berjalan menuju ke sebuah rumah kaca yang terletak tidak jauh dari gedung utama kediaman Keluarga Wysteria yang berada di Durham. Pria berkacamata itu tampak sedang mencari-cari seseorang dan kemudian memutuskan untuk mencarinya di rumah kaca tersebut.“Ashen!” suara Lucian terdengar lantang ketika pintu rumah kaca terbuka, menampilkan sesosok pria bersurai hitam kelam yang tengah sibuk mengurusi tanaman bunga mawar merah, “Ternyata kamu di sini.”“Saya lupa untuk menyirami bunga-bunga di sini,” sahut Ashen kembali melanjutkan kegiatan berkebunnya tersebut. Membiar Lucian mendekati dirinya dan fokus memotongi daun-daun yang telah mengering dari tanaman bunga mawar tersebut.“Bunga yang indah,” puji Lucian merasa tenang melihat bunga mawar di hadapannya bermekaran dengan indah, “Kakak pasti senang melihatnya.”“Say
“Kereta kuda itu akan datang pagi ini. Kita harus bergerak secepat mungkin agar tidak kehilangan jejak. Kita semua akan bergerak dalam misi ini. Dan kalian berdua segera untuk bersiap.”Ashen dan Reynox mengangguk mengerti kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar Lumiere untuk bersiap-siap. Keduanya kemudian bertemu dengan Lucian di depan pintu kamar sang gadis. Menyadari tatapan penuh arti dari Lucian, Reynox memberikan kode untuk Ashen pergi terlebih dahulu.“Aku akan bersiap duluan,” pamit Ashen seraya melangkah menuruni anak tangga menuju ke suatu tempat.“Oke,” balas Reynox singkat, padat, dan jelas. Kemudian ia membiarkan Lucian mendekati dirinya untuk mengatakan sesuatu.“Rencana baru ya?”Reynox mengangguk ringan, “Iya, kamu harus bergerak sebelum fajar.”Ada jeda keheningan di antara mereka selama beberapa saat.“Sepertinya Ashen merasa jauh