Share

Bab 4: Penelitian

Dua hari setelah pandemi pada pukul 11.00 am siang hari, cuaca sangat terik tanpa aktivitas manusia yang padat seperti biasanya. Asap masih saja menggebul ke udara karena api sangat sulit untuk padam dengan sendirinya. Aktivitas manusia terinfeksi masih tetap sama seperti kemarin, tanpa arah tujuan. Di dalam Laboratorium Sati dan Hans memakai pakaian pengaman yang lengkap di laboratorium untuk mengantisipasi pencegahan penyebaran virus melalui udara ketika meneliti. Tidak ada satu orang pun yang tahu penyebaran lain seperti apa yang terjadi, hanya mencoba menjaga diri. Pakaian yang dikenakan tertutup tanpa celah dengan tingkat steril yang tinggi menggunakan sinar biru ketika mensterilkan diri. Sati memeriksa lensa pada mikroskop dan menghidupkan layar lebar untuk proyeksi melihat objek.

"Di abad 22 ini kita tidak butuh sumber energi listrik untuk menggunakan fasilitas seperti ini." Hans memecah kesunyian.

"Benar Hans sekarang sudah ada sumber energi dari elektron yang bersifat sederhana, sama tekniknya seperti batrai. Tapi kalau batrai mesti diisi daya ulang sedangkan ini akan habis, dan di daur ulang oleh pusat sampah." Sati menyambung perkataan Hans.

"Itulah hebatnya zaman sekarang, beda dengan zaman dulu yang semua serba sulit, mati lampu maka semua aktivitas akan terhambat." Membandingkan masa lampau dengan masa saat sekarang, sambil merapikan meja penelitian yang akan digunakan.

Saling bekerja sama seakan patner yang telah lama melakukan penelitian bersama. Tidak perlu diperintah dan memerintah, setiap orang sudah paham pekerjaan yang harus diurus. Sati mengambil kaca preparat dan memberikan kepada Hans,  sedangkan Hans meneteskan sampel yang diperolehnya di atas kaca preparat dan meletakkan di meja objek mikroskop dengan sangat hati-hati. 

"Saya kira Mikroskop Optik Flourelers tidak ada di rumah sakit ini." Sati merasa kagum karena kelengkapan peralatan yang dimiliki rumah sakit dalam tingkat peralatan medis. 

"Tentu ada, rumah sakit ini adalah salah satu rumah sakit  yang memiliki fasilitas lengkap." Hans membanggakan tempat kerja yang memiliki fasilitas lengkap. 

"Iya, rumah sakit yang sebentar lagi hanya tinggal kenangan." Sati meledek Hans sambil memperbesar bayangan pada mikroskop.

"Bayangkan saja sudah tercipta hampir dua puluh tahun mikroskop optik flourelers atau nama lainnya nanosko mikroskop yang merupakan gabungan dari mikroskop optik dan mikroskop transparan dan mampu memperbesar penglihatan 20 kali lebih kecil atau dapat melihat objek sekecil  50 nanometer. Sehingga dapat mengamati bagian dalam sel. Luar biasa bukan teknologi sekarang?." Hans berdecak kagum melihat perkembangan teknologi yang mampu disaksikan.

"Dulu saya kira mikroskop elektron yang paling canggih." Sati mengutarakan pendapat sambil terus memperbesar penglihatan dan mengamati dengan lebih teliti.

"Tidak, mikroskop elektron hanya mampu melihat obyek renik dari permukaan selnya saja sedangkan ini seperti yang saya bilang tadi mampu melihat ke dalam isi sel." Hans memberikan jawaban dari pernyataan Sati.

"Benar Hans." 

Sati terus mengamati virus yang memiliki RNA yang terus berkembang, perbesaran sudah memperlihatkan bagian dalam sel yang terinfeksi oleh virus. 

"Lihat Hans!" Sati setengah berteriak berbisik, mata Hans menjadi fokus pada layar proyeksi karena mendengar suara Sati.

Hans dan Sati sangat terkejut melihat struktur pembangun virus yang kompleks, virus keluarga T. Virus yang hampir sama dengan pandemi enam tahun yang lalu, satu tubuh virus memiliki beberapa RNA virus lain yang masih satu kluarga.

"Ini luar biasa Sati, kejadian enam tahun lalu terulang kembali. Dalam satu tubuh virus terdapat beberapa RNA virus yang saling berikatan berpasangan menjadi satu. Tunggu ini sepertinya virus yang sama." Hans melihat lebih teliti struktur virus yang terproyeksi.

"Benar ini virus yang sama Sati." Kembali lagi menguatkan perkataannya karena setelah melihat tidak ada perbedaan.

"Kejadian enam tahun lalu dimana laboratorium salah satu negara mengalami kebocoran sehingga memakan korban setengah lebih penduduk dunia. Menurunkan volume penduduk terbanyak pada setiap negara. Pandemi yang berlangsung empat tahun lamanya, lalu pengobatan efektif ditemukan." Sati melamun mengingat ke jadian enam tahun lalu yang penuh kerusuhan, kemiskinan dan kelaparan serta sumber daya manusia yang terus mengalami kekurangan. 

" Tapi vaksin yang ada hanya melemahkan bukan membunuh virus, sama seperti virus tifus, DBD, Corona dan virus T lainnya yang tetap ada di dalam tubuh tapi tidak berkembang, hanya saja tertidur. Jika lingkungan tempat tinggal mendukung maka virus akan terangsang untuk bangun dari tidur dan kambuh lagi. Bisa saja lebih ganas dari pada semula."  Hans mencoba menjelaskan lebih detail yang diketahuinya sebagai dokter.

"Benar Hans."

"Virus yang belum ada vaksin sampai saat ini adalah virus Ebola dan HIV. Bahkan pencegahan dengan pengobatan agar yang terjangkit tidak mengalami kematian belum ada sama sekali, jika pun ada masih belum memuaskan karena pengobatan tidak dapat total." Hans mengerutkan dahinya menandakan keseriusannya pada percakapan.

"Entahlah,,,," Sati melempar percakapan seakan tidak ingin ambil pusing dengan semua virus yang ada.

"Apa maksud kamu Sati?" Merasa tidak enak dengan tanggapan perkataan Sati.

"Saya membaca beberapa jurnal ilmiah dan artikel yang mendukung, di sana dituliskan bahwa ada seorang dokter yang telah lama berhasil menyembuhkan berbagai penyakit parah dan koronis selama dia bekerja di bidang profesinya yang diakui oleh banyak pasiennya termasuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Tapi dia dituduh melakukan pemalsuan dan diadili di pengadilan mengenai menyembuhan penyakit itu, terakhir yang saya dengar beliau mati dengan janggal." Sati merendahkan suaranya yang diawal sangat semangat menceritakan yang dia ketahui.

Hans terdiam menunduk, "Saya baru tahu tentang ini Sati, siapa nama dokter itu?"

"Namanya dokter Ibes, tapi sudahlah lebih baik kita fokus kepada pencarian yang kita cari jawabannya. Semua yang kita ketahui lebih baik hanya menjadi perbincangan saja karena kita bisa saja dalam bahaya jika terus membahasnya. Anggap saja semua hanya dongeng dalam dunia nyata." Sati merasa semua harus tetap menjadi rahasiah yang indah.

"Baiklah Sati." 

"Tapi yang saya bingungkan dari struktur virus yang kita amati ini, kenapa seperti ada virus lain yang menempel pada virus utama. Seperti parasit menempel pada parasit yang menjadi satu." Sati kembali mengamati mikroskop beserta layar proyeksi dari objek yang diamati.

Hans melihat dengan teliti, dan lebih dekat dengan Sati.

"Lihatlah Hans!" Sati menunjukkan jarinya ke layar proyeksi untuk menunjukkan objek kedua yang dimaksud.

"Itu....!!!!!" Hans sangat terkejut dan menutup mulutnya dengan gerakan refleks.

"Saya baru temui hal seperti ini selama saya hidup." Sati merasakan keanehan telah terjadi.

"Tunggu kenapa ada virus lain di kepala virus utama? Virus T yang jauh lebih kecil dati pada virus yang merebak sekarang" Hans bertanya-tanya tidak percaya dengan yang dilihat oleh kedua mata.

"Saya kurang tahu Hans, tapi sepertinya struktur RNA yang ada di virus utama struktrur RNA yang sama seperti enam tahun lalu."

Hans tersadar akan sesuatu, "Boleh saya bertanya kepada kamu?"

"Iya, Silakan."  Sati mengalihkan pandangan dari proyeksi ke Hans.

"Kamu pernah terinfeksi virus enam tahun yang lalu?" Terlihat wajah yang sangat serius seperti mengidentimidasi.

"Tidak, saya tidak pernah pernah terinfeksi." menggelengkan kepala menyatakan tidak pernah.

"Apakah kamu tinggal di pendesaan yang tidak tercemar?"

"Tidak, saya sudah tinggal di kota ini karena saya sudah bekerja di Lembaga Penelitian pusat provinsi yang mengijinkan legalitas obat" Sati menjelaskan keberadaannya sejak di kota. 

"Berarti sistem imun kamu cukup kuat untuk melawan pantogen virus...." Hans menyimpulkan yang diterima oleh akal keberuntungan yang diperoleh oleh Sati.

"Saya bergolongan darah O." Sati memutuskan pernyataan yang dibuat oleh Hans.

"Golongan darah yang memiliki sistem imun kekuatan yang tinggi, wajar saja."

"Tapi jika hanya mengandalkan sistem imun saja tidak akan cukup, buktinya ada beberepa orang yang bergolongan darah yang sama juga mengalami terinfeksi. Kita juga butuh asupan giji dan vitamin terutama vitamin C yang cukup untuk membangun kekebalan sistem imun. Juga harus dibarengi dengan olaraga dan memiliki pemikiran yang positif." Nada serius mulai keluar dari argumen Sati.

"Apa yang kamu katakan benar Sati."

"Respon dari setiap orang berbeda, tergantung sistem imun masing-masing melawan virus yang memasuki tubuh, itu kenapa gejala pada setiap orang berbeda. Apalagi virus enam tahun lalu memiliki RNA dari berbagai virus yang satu keluarga virus T. Menurut pemikiran saya seperti ini, Satu virus memiliki tujuh RNA yang menjadi satu jadi virus utama hanya cangkang untuk berlindung dari dunia luar atau hanya sebagai tubuh pelindung. Kemudian tujuh RNA  virus akan merespon dengan sistem imun dari orang yang diinfeksinya. Misalnya ada satu RNA yang tidak mampu untuk menginfeksi maka RNA yang lain akan menginfeksi dan memunculkan gejala kepada orang yang terinfeksi. Maka dari itu gejala yang terlihat setiap orang berbeda."

Hans hanya bisa tersenyum, "Cerdas juga kamu Sati."

"Itu hanya kesimpulan yang saya amati selama ini." Mencoba untuk tidak merasa bangga dengan yang diketahui.

"Hmm... Baiklah, Bagaimana jika sekarang kita uji coba menggunakan DNA saya." Hans menawarkan DNA dirinya untuk diuji coba.

"Ide yang bagus." Merespon dengan wajah yang senang.

Hans mensterilkan suntik dengan alkohol kemudian mengambil sampel darah dengan cara mensuntikkan jarum  ke tubuh.  Setelah dirasa cukup, memberhentikan pendarahan dengan alkohol kemudian meneteskan darah ke kaca preparat yang terdapat sampel virus di mikroskop. Sedangkan Sati mengamati melalui layar proyeksi. Mata Sati terbelalak dan tidak berkedip karena terkejut melihat yang ditampilkan di layar proyeksi. Hans yang melihat ekspresi Sati merasa sangat penasaran dan ikut melihat dari layar proyeksi. Mata Hans mengamati dengan teliti tanpa berkedip, dia sangat terkejut dengan apa yang disaksikannya. Virus dengan cepat memasuki sel DNA yang baru saja diletakkan, dalam beberapa detik sel berhasil dikuasai oleh virus dan menginjeksikan asam nukleat virus pada sel. Virus mengusai inang yang diselusupi dengan sangat cepat. Berreggrenasi dengan cepat dan membelah memperbanyak diri sebanyak mungkin hingga sel darah terinfeksi dengan menyeluruh. Sel darah putih dimakan habis oleh virus. Bagai hewan buas yang mengalami kelaparan dan memangsa tanpa ampun.

 "Saya baru tahu ini ada virus yang cepat melahap sel yang baru ditemuinya, seperti memakan dengan kelaparan dalam hitungan detik." Hans berbicara sendiri dengan mata tetap fokus pada layar proyeksi.

"Berarti mereka yang terinfeksi akan dengan cepat sel tubuhnya dikuasai virus, maka dari itu tidak butuh waktu lama mereka yang terinfeksi menjadi seperti di luar sana." Sati mengambil kesimpulan dari apa yang sedang disaksikan.

"Ini sangat mengerikan dari pada pandemi enam tahun lalu, jika ini menjadi bencana global maka manusia akan punah." Hans kembali berpendapat menyimpulkan dengan kengerian yang ada.

"Tapi saya masih bingung dengan pertanyaan kamu yang menyatakan bahwa manusia terinfeksi apakah masih hidup atau tidak, saat terluka mereka mengeluarkan darah seperti manusia normal pada umumnya tapi detak jantung dan nadi mereka tidak ada. Tidak ada?" Sati terus mengulang kata tidak ada.

"Saya juga sangat penasaran." menyambut pertanyaan Sati

Otak Sati terus berfikir, tiba-tiba di teringat mengenai bersin.

"Apakah teknisnya sama seperti bersin? Katanya ketika kita bersin maka jantung akan berhenti berdetak. Karena saat kita bersin, secara refleks otot-otot yang ada di muka kita menjadi tegang, jantung akan berhenti berdenyut sesaat. Setelah bersin maka secepat mungkin, jantung akan kembali lagi berdenyut alias berdetak kembali." 

"Sebenarnya seperti ini Sati, kabar mengenai jantung berhenti saat orang bersin adalah tidak benar, tekanan dalam dada saat orang bersin hanya mengubah tekanan pada denyut jantung tapi tidak membuatnya berhenti." Hans menjelaskan kekeliruan yang beredar pada masyarakat awam.

"Jadi bukan berhenti berdetak?" Sati bertanya kembali karena penasaran.

"Penjelasan sederhananya seperti ini, bersin diawali dengan sensasi menggelitik di ujung saraf yang mengirim pesan ke otak untuk membersihkan lapisan hidung. Sebelum bersin orang akan menarik napas dalam-dalam dan mengencangkan otot-otot dada. Tekanana yang sangat banyak mengisi ruang di dada dan tekanan yang memuncak bisa sejenak merubah ritme dari detak jantung kita dan bisa melompati detakan.  Adanya perubahan tekanan membuat irama detak jantung menjadi berubah. Perubahan irama inilah seolah jantung berhenti berdetak, tapi bukan berhenti hanya hampir berhenti." Hans memberikan penjelasan yang sangat panjang agar semua jelas.

"Saya paham sekarang Hans. Saya juga paham kenapa di agama kami saat bersin harus berdo'a, penyebabnya karena jantung hampir berhenti berdetak." Sekarang Sati mengerti bahwa selama ini telah salah memahami informasi yang beredar.

"Tapi jika disamakan dengan teknis bersin sepertinya tidak sama Sati karena ini tentang virus dan bakteri. Saya rasa tidak ada hubungannya, tapi saya juga masih ragu." Hans berada pada fase kebimbangan karena semua masih belum jelas.

"Ahhhh!!!,,, semua ini membingungkan. Hmm.... Apakah ada buku di ruangan ini? Mungkin ada buku refrensi yang bisa menambah informasi berfikir kita menjadi lebih luas." Sati bertanya kepada Hans yang menemui titik buntu.

"Ada beberpa buku di rak ruang kepala laboratorium. kita bisa ke sana sekarang." Saat mengambil air Hans melihat rak buku yang berisi banyak buku.

"Bagaimana dengan virus ini?"

"Tenanglah, mikroskop terletak pada peti kaca kedap udara jadi virus tidak akan kemana-mana dan tidak akan mampu menyebar melalui udara." Merasa aman karena pelindung kaca yang dipasang memagari mikroskop.

"Benar juga." Jawab Sati.

"Juga terdapat kamera yang secara instan dapat merekam dalam hasil vidio kegiatan virus jadi kita bisa memutar ulang vidionya." Menambahkan kecanggihan yang dimiliki rumah sakit.

"Baiklah."

Hans mengecek ulang keamanan keadaan mikroskop, setelah dirasa aman pergi meninggalkan dan menuntun kursi roda Sati berjalan menuju ruang kepala laboratorium. Tapi sebelum ke ruangan kepala laboratorium, sebelumnya mensterilkan diri kembali dan membuka baju laboratorium yang dipakai di tubuh. 

"Disini banyak sekali buku, seperti perpustakaan kecil. Saya baru tahu ternyata ruang kepala laboratorium rumah sakit sangat besar." Hans hanya tersenyum mendengar perkataan kekaguman Sati.

"Hans bisa tolong ambilkan buku tentang "Virologi" itu yang berwarna putih." Memberi isyarat menunjuk buku yang diinginkan.

"Maksud kamu ini?" Mengambil dan menunjukkan sampul depan.

"Benar." Hans memberikan buku kepada Sati.

Saat Sati membaca dengan hikmat buku "Viriologi" yang ditulis oleh menteri kesehatan negara, Hans mengambil makanan dan minum, meneguk minum beberapa tegukan dan berbaring di sofa untuk meluruskan punggung.

"Ah.... Nyamannya berbaring di sofa ini, sudah lama saya tidak menikmati keempukan hakiki ini. Tapi sebenarnya tidak lama karena baru dua hari." Berbicara dengan diri sendiri.

Sati yang mendengar Hans berbicara sendiri hanya bisa tersenyim dan melanjutkan membaca buku yang ada dipangkuannya.

Dalam buku Viriologi yang dibaca oleh Sati.

Virus merupakan mikroorganisme yang sangat kecil yang berukuran 20-300 nm yang hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop elektron atau  mikroskop optik flourelers yang memiliki nama lain nanosko mikroskop. Virus memiliki protein dalam bentuk DNA maupun RNA sebagai pusat kontrol aktivitas virus. Bentuk virus ada yang bulat, batang, polihdin dan seperti huruf T. Virus mengusai inang dengan cara perlekatan kemudian penetrasi dengan cara menyuntikkan DNA atau RNA ke sel inang kemudian mengalami pelepasan selubung dan mengusai sel inang.  Virus peka terhadap rangsangan suhu, garam, derajat kesamaan, radiasi, kepekaan terhadap eter. 

Pencegahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan obat   bertujuan untuk mencegah asam nukleat dilepaskan pada protein kapsid untuk menginjeksi sel inang.  Disinfektan dipergunakan untuk membunuh organisme pantogen yang mempunyai pengaruh:

1. Lisol dan Kholis

Jika campuran keduanya memiliki konsentrasi yang tinggi maka akan dapat membunuh virus, khor dalam konsentrasi tinggi dipakai dalam kolam renang untuk membunuh virus polio. 

2. Formalin

Pembuatan vaksin Polio Salk menggunakan formalin, sesudah ditambah formalin maka virus polio akan inaktif tetapi daya antigenetiknya masih tinggi

"Tetap saja masih berbahaya." Sati berbicara kembali pada dirinya sendiri.

3. Betapropiolaktan

Menginaktivasi virus Rabies tetapi daya antigeniknya tetap tinggi. Dipergunakan untuk vaksin tetapi hasil belum dapat memuaskan.

Faktor-faktor biologis yang mempengaruhi daya tahan tubuh manusia yaitu umur, suhu, genetik, dan hormonal.

Antiseptik alami yang dimiliki manusia yaitu air ludah, air mata dan air susu.

"Saya jadi ingat waktu saya kecil, saat saya terluka karena terjatuh mama selalu menggunakan ludah untuk mengobati luka saya, antiseptik alami." Sati berbicara di dalam hatinya dengan senyuman tipis mengingat mama yang kini tidak tahu seperti apa kabar berita.

"Mama dan Papa apa kabar ya, apakah mereka masih hidup atau berubah menjadi seperti mereka?" bertanya dalam hati dan meneteskan air mata mengingat kedua orang tua yang membesarkan dari kecil hingga saat ini.

Hans membuka mata yang tertutup dan mengecek keadaan Sati. "Kamu kenapa?"

"Ah saya tidak kenapa-kenapa, tadi ada debu yang masuk ke mata saya jadi mata saya berair." Mengusap air mata yang membasahi pipi.

"oooo...." 

"Iya tidak kenapa-kenapa." Tetap mengusap air mata yang mengalir di pipi.

"Bagaimana, ada yang kamu temukan?" Hans bertanya dengan memasang wajah serius.

"Penjelasannya tetap sama, pengertian virus, klasifikasi, cara menginfeksi, vaksin dan ketahanan tubuh manusia terhadap virus dan juga antiseptik alami yang manusia miliki. Selain itu tidak ada lagi." Sati memberikan kesimpulan dari buku yang dibaca.

"Kamu tahu vaksin merupakan virus atau bakteri yang dilemahkan?" Hans bertanya kepada Sati seakan menguji pengetahuan yang dimiliki Sati.

"Iya saya tahu, juga tempat penyimpanan vaksin harus sesuai dengan suhu ruang yang ditentukan jika tidak vaksin tidak akan bekerja dengan baik atau bahkan bisa lebih ganas dari virus yang biasanya." Sati menjawab dengan lantang.

"Kamu banyak pengetahuan Sati."

"Saya hanya rajin membaca buku."

"Sangat bagus Sati, dan mengenai daya tahan tubuh seorang tergantung dengan umur, suhu, genetik, dan hormonal. Jadi semua itu mempengaruhi apakah virus mampu menguasai sel inang seutuhnya atau tidak."

"Iya Hans penjelasan kamu ada di buku. Semua ini membuat saya bingung."

"Kenapa bingung?"

"Karena saya tidak menemukan jawaban yang saya cari, penjelasan tidak lengkap." Sati merasa kecewa karena informasi yang di dapat hanya sedikit dan merupakan informasi umum yang ada.

"Wajar Sati ini rumah sakit biasa, bukan lembaga penelitian yang khusus meneliti virus atau terlibat dalam penelitian. Bahkan ada dokter tersendiri yang membahas tentang ini. Saya hanya dokter ortopedi yang  saya akui kurang tentang informasi virus." Hans merasa sedikit menyesal karena merasa tidak berguna.

"Saya tahu itu bukan keahlian kamu." Sati menatap tajam mata Hans.

Hans mengambil tas ransel, merogo mengambil roti yang masih ada dalam tas, kemudian menghampiri Sati menyerahkan roti.

"Ini makanlah," Memberikan sebungkus roti bertabur coklat

"Terima kasih." 

Seperti biasanya Hans dan Sati memakan dengan hikmat. Suhu ruang yang panas karena semua tertutup rapat menjadi hal terbiasa yang tidak perlu dieluhkan. mata Sati menjelajah keseluruh ruang dan menemukan lemari yang ada di dekat meja kerja kepala laboratorium. Melihat botol dengan gambar ka'bah dengan ukiran yang unik. Ternyata cairan bening terdapat di dalamnya, terlihat dengan sangat jelas akibat botol yang bening.

"Air apakah itu?" Sati menunjuk botol yang dimaksud dengan tangannya.

Hans melihat ke arah tunjukan tangan pandangan Sati, mengambil sebuah botol dan melihat dengan saksama.

"Botol ini maksud kamu?" Memberikan botol yang diambil kepada Sati.

"Seperti air zam-zam, tapi kenapa disini ada air zam-zam."

"Mungkin kepala laboratorium mengkonsumsinya atau ingin menelitinya." Hans cepat mengambil kesimpulan.

"Saya pernah membaca dalam jurnal ilmiah juga mendengar beberapa berita bahwa air zam-zam bersih dari bakteri dan virus. Tidak ada yang berani berenang di dalam air zam-zam." Sati menjelaskan betapa luar biasanya air yang sumbernya hanya ada satu-satunya di dunia.

"Kamu benar Sati." Melanjutkan memakan roti.

"Hans, kamu tahu apa yang sedang saya fikirkan?" Memandang Hans berharap mengerti dengan yang dimaksud Sati.

Hans berhenti memakan roti dan menunjukkan wajah yang serius karena berfikir, dia tersenyum kepada Sati seakan ada ide yang baru lewat dipikiran atau ide yang baru saja hidup cemerlang seperti lampu di kepala. Sati membalas senyuman Hans yang mengartikan bahwa pasti Hans mengerti apa yang dimaksud dengan Sati. 

Waktu terus berdetak mengambil sebuah rekaman alam tentang percakapan diantara keduanya. Dengan ide-ide gila yang berkembang di kepala anatara keduanya. Sedangkan masa menunggu dengan sabar gebrakan apa yang dipersembahkan untuk melawan uji coba masal ini. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status