Share

1. Senjata Makan Tuan

Satu bulan lalu, tepat sebelum neraka bagi Athena dimulai. Gadis itu sedang berada di sebuah Café bersama sahabatnya yang juga suka membuat konten, bedanya sahabatnya yang bernama Sidney itu adalah seorang Youtuber. Mereka berdua membuat semacam perjanjian, bahwa mereka akan bertukar konten jika subscriber atau listener mereka mencapai lebih dari 50 ribu. Karena sudah berhasil mencapai targetnya, maka mereka berdua harus melakukan apa yang sudah mereka janjikan. Dan di sanalah mereka. Sebelumnya, Sidney sudah selesai mencari ide untuk konten di podcast Athena dan akan merekamnya setelah Athena mengambil Video untuk konten di channel youtubenya. Sahabat berponinya itu membuat beberapa tema pada kontennya, seperti memasak, ASMR, dan prank. Karena Athena tidak bisa memasak, dan tidak ingin membuat konten ASMR, maka ia memilih membuat konten prank.

Athena datang dengan tangan kosong ke Café itu. Hanya berpakaian layak dan sedikit berias karena harus tampil di depan kamera. Sebenarnya ia merasa dirinya sudah gila ketika mengiyakan ide Sidney yang berkata akan membuat konten dadakan saat sudah tiba di tempat tujuan, bahkan Athena tidak tahu apa rencana yang akan dibuat Sidney untuk menantangnya melakukan prank di tempat umum seperti itu. Benar-benar gila, bukan? Ya, anggap saja begitu, karena Athena sendiri mulai buntu memikirkan ide untuk podcastnya, bagaimana bisa ia berpikir untuk membuat ide prank seperti itu?

“Gimana, Sid? Gue harus ngapain nih?” Athena dengan tenang duduk di hadapan Sidney yang sedang menelusuri sesuatu di handphone-nya. Sahabat berponinya itu hanya mengisyaratkan tangan tanda bahwa Athena harus menunggu, “Lo lagi lihat apaan? Jangan-jangan lo juga belum tahu apa yang harus gue lakuin, ya?” tembak Athena. Sidney seketika menoleh cepat ke arahnya dan memberikan tatapan galak.

“Enak aja! Gue udah punya ide buat lo, kok.”

“Terus? Lo ngapain dari tadi cuma sibuk natap hp?”

“Gue lagi bacain cerita orang yang pernah bikin konten prank di tempat umum.” Athena menunggu Sidney melanjutkan, “Beberapa ada yang cerita kalau dia hampir dituntut karena ngerusak barang orang, terus ada juga yang hampir dituntut karena bikin orang jantungan dan masuk rumah sakit.”

“HAH?!” teriakan kaget Athena mendapat beberapa lirikan tajam dari pengunjung lain di Café itu. Karena tidak terlalu besar, Café dengan sedikit pelanggan tetap terasa padat, “Lo gila, Sid?!” pekik Athena kemudian dengan suara pelan.

“Gue nggak gila. Lagian ini cuma hampir dituntut kok, nggak sampai dituntut beneran. Mereka dapet kompensasi karena udah kena prank tiba-tiba.” ucapan Sidney seketika mendapat helaan napas lega dari Athena, “Tapi gue nggak tahu ya ide gue ini bakal bikin lo dituntut atau nggak, semoga aja sih nggak.” Athena melotot seketika.

“Sid, jangan aneh-aneh lah ya kontennya. Lo tahu sendiri kan gue tuh susah memulai conversation secara langsung.”

“Nah, karena itu, gue bikin ide yang nggak ngeharusin lo memulai conversation duluan. Tapi langsung bertindak. Lo nggak bakal ngomong kalau nggak ditanya, tapi lo harus sedikit acting sih.” wajah Athena penuh curiga ketika mendengar penjelasan Sidney.

“Sid, serius ya nggak aneh-aneh.”                                              

“Kalau nggak aneh, nggak bakal mantep kontennya, babe.

“Tapi kan—“

“Sttt… tuh lo lihat dua orang yang baru masuk itu.” Sidney memotong cepat ketika kebetulan rencananya berjalan mulus. Athena menoleh ke pintu masuk Café, terlihat seorang lelaki yang sepertinya sebaya dengan mereka sedang digandeng oleh wanita yang usianya terlihat seperti sudah kepala tiga.

“Kenapa dua orang itu?” Athena mulai curiga dengan rencana Sidney, “Jangan bilang mereka yang bakal kena prank dari gue?”

“Pinter banget lo. Iya, itu target jahil lo.”

“Hah? Terus gue harus ngapain?”

“Lo pura-pura mergokin mereka lagi selingkuh. Lo langsung gandeng aja tangan si cowoknya itu, terus abis gitu lo pura-pura marah kalau ditanya lo siapanya, lo jelasin kalau lo pacar cowok itu.”

“Wait. Please give me a sec, Sid.” Athena berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh sahabat gilanya itu, “Did you mean, I have to flirt with that guy? In front of his mother? Are you kidding me, Sid?!” Athena memekik pelan sambil mencubit lengan sahabatnya itu.

His mother? Lo nggak lihat itu tante-tante ngegandeng dia? Ngapain kalau mereka hubungan emak sama anak harus gandengan mesra kayak gitu?” Sidney balas mencubit Athena, membuatnya mengaduh pelan.

“Ya, tapi gimana caranya gue bertindak? Mereka aja nempel gitu?”

“Tunggu sampai salah satunya pesen makanan atau ke toilet. Sebelum itu, lo pake buds ini dulu, nyambung sama mic gue, nanti lo harus ikutin aba-aba gue, okey?”

Athena tidak bisa berkata apapun selain menerima uluran buds itu dan mengenakannya cepat. Entahlah, ia hanya berpikir harus segera mengakhiri ini. Beberapa menit mereka mengintai dua pasangan yang menjadi target sambil tetap berpura-pura menjadi pelanggan biasa dari jarak yang aman. Dan beberapa menit kemudian wanita kepala tiga itu pergi entah ke mana. Sidney kegirangan, ia segera mendorong Athena untuk mendekat.

“Inget, dengar aba-aba dari gue.”

Athena hanya menghela napas dan berjalan pelan mendekat ke arah meja pasangan itu. Kebetulan si lelaki sedang fokus dengan gadget-nya. Athena bisa mendengar Sidney sudah mulai merekam dan mengucapkan intro kontennya seperti biasa.

“Hallo, guys. Balik lagi sama gue Poni di channel Sidney Berponi. Sekarang gue lagi jadi kamera tersembunyi buat temen gue si Athena yang bakal nge-prank di tempat umum. Gue pilih Café yang emang nggak terlalu gede biar Athena nggak malu, hahaha.” Sidney mulai ngoceh pada kameranya, “Daripada penasaran, mending kalian tonton video ini sampai habis!”

Athena menarik napas, ia menoleh sekitar, tidak ada yang memperhatikan. Ia menunggu sampai si wanita berjalan menuju meja mereka sebelum benar-benar menjalankan aksinya. Wanita itu sepertinya sudah selesai memesan, dan Athena pun segera duduk dengan cepat di kursi sebelah lelaki itu—sesuai interuksi Sidney, dan bergelayut di lengannya.

Lelaki itu tampak terkejut, tapi Athena berusaha tetap tersenyum, sedikit dibuat agak genit—lagi-lagi sesuai perintah Sidney. Wanita yang bersama si lelaki tadi tiba di meja mereka dan menatap Athena serta lelaki itu bergantian.

“Lo siapa?” sesuai dugaan Sidney, lelaki itu bertanya demikian, maka ia membisikan sesuatu pada mic yang tersambung dengan buds Athena.

“Loh? Kamu kok pura-pura nggak kenal sama aku? Aku kan pacar kamu.” tidak ada respon baik dari si lelaki maupun si wanita setelah Athena berkata demikian. Kemudian Sidney berbisik lagi, yang langsung dituruti Athena, “Terus tante-tante ini siapa? Kamu selingkuh dari aku? Sama tante-tante gini?!” wajah Athena dibuat seakan-akan ia marah, sambil menatap jengah ke arah si wanita.

“Loh, Res? Lo nggak pernah cerita kalau punya pacar?” wanita itu menatap si lelaki sanksi, sedangkan si lelaki masih diam karena terkejut, Athena mulai merasa gelisah entah kenapa, “Kamu pacarnya Ares? Udah berapa lama jadian? Jangan salah paham ya, saya tantenya Ares.” si wanita menatap ke arah Athena.

“A—apa? Tantenya?” Athena seketika melepas gandengannya pada lengan si lelaki. Ia mulai terlihat panik dan salah tingkah, “K—kapan—“ matanya bergantian melirik ke arah si lelaki dan wanita paruh baya.

“Lo siapa sih? Lo salah minum obat? Lo kenal gue? Apa maksud lo pacar?” lelaki yang dipanggil Ares itu membombardir Athena dengan banyak pertanyaan membuat gadis itu semakin gelagapan, bisikan dari Sidney yang menyuruhnya mundur pun tak bisa ia dengar.

“Loh? Dia bukan pacar kamu?” Si wanita bingung.

Athena mundur perlahan, “A—ah, sorry… kayaknya g—gue salah orang.” wajahnya memerah karena malu. Ini namanya senjata makan tuan. Niatnya ia yang menjahili, tapi kenapa rasanya seperti ia yang terperangkap jebakan orang lain?

“Jelasin dulu maksud lo apa? Pacar apa? Emang muka gue pasaran sampai bisa lo samain sama cowok lo yang entah seganteng apa—yang jelas sih gantengan gue.” Athena dibuat melongo. Karena sifat si lelaki yang terlalu percaya diri ditambah dia yang tidak bisa berkata-kata untuk menjelaskan.

“Halo, maaf… ini temen saya emang kayaknya setengah sadar ditambah pengelihatannya yang buruk.” Sidney tiba-tiba datang, dan perkataannya semakin membuat Athena melongo.

“Sid, apa-apaan sih? Sejak kapan pengelihatan gue buruk?” Athena spontan protes, seketika mendapat cubitan keras tanda kode dari Sidney, “Aw!”

“Maaf ya, teman saya ini emang lagi setengah sadar. Kalau malem suka kambuh gitu. Dari tadi saya cariin ternyata ada di sini. Sekali lagi maaf. Permisi.” tanpa menjawab pertanyaan Athena, Sidney segera membunguk beberapa kali, dan menarik Athena pergi dari sana. Meninggalkan pertanyaan besar di kepala Ares. Sedang si wanita hanya menatap sambil tersenyum.

“Lucu ya mereka.”

“Lucu apaan, kayak orang gila sih iya.”

“Lo nggak sadar yang satunya polos banget gitu sampe mau aja disuruh-suruh.”

“Maksud lo?”

“Tadi gue sempet ngelihat temennya yang baru dateng itu pegang kamera dari meja sana. Mungkin yang satunya lagi dikerjain dan nggak berjalan sesuai rencana.” wanita paruh baya itu menunjuk pada salah satu meja di pojok belakang, lalu tertawa kecil di akhir kalimatnya.

“Emang ya, jiwa detektif lo nggak bisa pudar.” lelaki yang diketahui bernama Ares itu menggeleng pelan.

“Yah, gimana lagi. Tante lo yang cantik ini terpaksa harus resign karena mendadak punya Baby." si wanita cekikikan sambil mengelus perutnya yang masih rata, "By the way, thanks ya, Res, udah mau gue kerjain karena ngidam gandeng brondong ke Café.”

Sedangkan dalam pikiran Ares terbesit ide licik yang hanya diketahui olehnya, “Tan, gue kayaknya punya mainan baru. Gue butuh bantuan lo.”

"Ngapain, Res? Jangan macem-macem, ah."

"Cuma mau cari tahu siapa mereka sampai bikin konten kayak gini. Gue juga perlu data diri mereka, jaga-jaga kalau hal yang gue duga terjadi."

"Hal apa?"

"Ya semoga aja nggak terjadi, karena kalau sampai dugaan gue bener, terpaksa, tan."

"Jangan bilang lo bakal ngelakuin hal yang dibenci sama bokap lo?"

Ares hanya tersenyum penuh arti, dan dengan santai menyeruput minumannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status