All about Raissa

All about Raissa

By:  Dinsss  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
15Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Gue nyesel jatuh cinta sama lo," ucap Raissa dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Lo, orang yang udah ngebunuh kakak gue." Laki laki yang berdiri tepat di hadapan Raissa terpaku, tenggorokannya tercekat, seolah ada sesuatu disana dan itu sangat menyakitkan. "Maaf," lirihnya.

View More
All about Raissa Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
15 Chapters
Kepergian Razzan
“Mengarah ke materi yang akan kita bahas. Selanjutnya, kita akan mempelajari mengenai novel.” ucap seorang wanita berusia tiga puluh tahun-an duduk di kursi ajarnya.“Kita akan membedah isi dan struktur penyusun novel. Namun, sebelumnya apakah ada dari kalian yang gemar membaca novel?” tanyanya membuat beberapa muridnya mengangkat tangan.“Siapa yang bersedia menceritakan kembali. Salah satu kisah dari cerita novel yang kalian baca?”“Saya Bu,” jawab seorang siswi.“Baik, silahkan Clarissa,” Guru tersebut mengarahkan muridnya, agar maju kedepan dan menceritakan apa yang Ia baca.“Baiklah, mungkin belum ada yang pernah baca novel ini, akan aku mulai.” Ia memperlihatkan sebuah novel bersampul silver, lalu meletakkan diatas meja dihadapannya.“Novel ini berkisah mengenai kehidupan seorang gadis,” ucapnya.“Kisahnya dimulai pada suatu malam. Seorang
Read more
Lukisan
Shana memeluk Raissa, mereka berbalut dengan pakaian hitam. Hari ini adalah hari dimana mereka akan melihat Razzan untuk terakhir kalinya. Mereka menaburkan bunga di peristirahatan terakhir Razzan. Air mata tak henti hentinya mengalir dari matanya. "Yang kuat ya, Razzan orang yang baik dan akan berada di tempat yang terbaik," ucap salah satu peziarah menenangkan mereka sebelum pergi dari sana. Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat pemakaman itu. "Ayo pulang Raissa," ajak Shana. "Sebentar, aku mau bilang sesuatu ke Kakak," ucap Raissa. "Oke, tante tunggu di mobil ya," ucapnya seraya mengelus bahu keponakannya tersebut lalu beranjak pergi. "Kak...," ucap Raissa berlutut memegang batu nisan Razzan. Raissa menoleh saat seseorang memegang bahunya. "Razzan pasti sedih kalo kamu nangis terus," uca
Read more
Insiden memalukan
Masa libur kelulusan sekolah sudah habis, tiba saatnya bagi para pelajar untuk bersiap kembali bersekolah. Kini Raissa tengah berada di toko buku, Ia sedang akan membeli peralatan untuk bersiap masuk ke sekolah menengah atas. Selama liburan sekolah Ini, Ia hanya menghabiskan waktu untuk membantu Shana membuat kue ditokonya. Ia bosan dengan rutinitas hariannya itu. Ia akan masuk di Sekolah Vidatra, sekolah yang sama dengan Zara. Kini, Ia memilih buku tulis untuk Ia beli. Raissa tak ingin lagi buku bersampul barbie atau hal hal yang berhubungan dengan anak kecil lagi. "Ini aja deh," putusnya setelah lama melihat lihat. Toko yang menyediakan peralatan belajar, buku buku pelajaran, novel, dan juga segala macam buku itu kini telah ramai dipenuhi pengunjung dengan mayoritas pelajar. Ia mengambil buku bersampul dominan hitam, setelahnya, Ia sege
Read more
Masa Orientasi Sekolah
Burung berkicau di senin pagi, Raissa terbangun karena alarmnya berbunyi sangat nyaring memekakan telinga. "Here we go," ucapnya segera bangun dari tempat tidur. Raissa mengambil handuknya dan segera memasuki kamar mandi dalam kamar. Membersihkan dirinya, bersiap untuk hari pertamanya sekolah di SMA. Lima belas menit berlalu, Ia telah mengenakan seragam putih abu abunya dengan rambut ikat dua mengggunakan pita meraj putih seperti warna Bendera Indonesia. "Tante!" Sapanya pada Shana dengan penuh semangat. "Aduh aduh, yang mau udah SMA. Kamu cantik pake seragam itu." Shana menata makanan di meja makan untuk mereka sarapan. "Hehe, iya dong cantik. Ponakan Tante Shana," ucapnya berbangga diri membuat Shana tersenyum. "Ya udah, sarapan dulu. Habis itu tante anterin sekolah," ujar Shana. Merdka berdua duduk di meja makan, m
Read more
Truth or Dare
Andhin keluar dari kamar mandi di kamar Raissa, Ia baru saja selesai membersihkan dirinya. Kini Ia memakai pakaian yang Raissa pinjamkan padanya. "Seger banget," ucap Andhin. "Iya, karena tadi abis keringetan banget di sekolah, abis mandi rasanya seger." Raissa duduk di ranjangnya. "Eh, tapi lo beneran udah Izin sama orang tua lo?" tanya Raissa pada Andhin yang tengah melihat lihat isi dari kamar Raissa. "Udah, tenang aja. Mereka juga gak bakal nyariin kali. Gue udah gede." Andhin berkata seraya mengotak atik aksesoris pajangan di meja belajar Raissa. "Emang dasarnya lo sih, suka keluyuran kayak gak punya rumah aja." Raissa berujar membuat Andhin menatapnya tak terima. "Eh, gue anak rumahan tau, seminggu paling keluar rumah buat main tuh tujuh kali." Perkataan Andhin sukses membuat Raissa melemparkan sebuah bantal padanya. Lalu mereka tertawa setelah itu.
Read more
Masa Orientasi 2
Hari ini adalah hari kedua masa pengenalan sekolah di SMA Vidatra. Sekarang, setelah pelatihan baris berbaris selesai, murid baru disuguhkan dengan penampilan penampilan dari setiap ekstrakulikuler dan juga Organisasi yang berada di sekolah Itu. "Baiklah, kita akan saksikan penamilan dari band SMA Vidatra," ucap Pak Sugeng, selaku pembina ekstrakulikuler. Seluruh siswa baru yang tengah duduk di aula SMA Vidatra, bersorak sorai. Menyambut kedatangan beberapa orang yang naik ke atas panggung aula. "Okay, apa kabar semuanya?" tanya sang vokalis perempuan yang dijawab dengan suara riuh oleh para murid baru. "Baik, Kak!" "Bagus, semangat banget ya," ucapnya. "Kalian, harus banget jadi bagian dati kita kita, band SMA Vidatra. Yang berminat, nanti habis ini langsung daftar Ya!" ujarnya bersemangat. "Okay, sekarang, kita akan bawain lagu dari Cha
Read more
Sewot
Raissa dan Zara berjalan menuju area pemakaman Razzan, membawa satu keranjang bunga berwarna warni untuk mereka tabur diatas peristirahatan Razzan nantinya. Zara menjemput Raissa sepulang sekolah, dan sekarang mereka diantar oleh supir Zara ke tempat itu. "Eh, Rai kamu udah kesini sehabis pemakaman?" tanya Zara pada Raissa yang berada di belakangnya. "Belum, kenapa Ka--" Ucapan Raissa menggantung melihat ke arah makam Razzan. Diatas makam Razzan bertabur bunga bunga yang masih segar, sepertinya seseorang baru saja berkunjung. "Lho? Siapa yang abis kesini?" heran Raissa. "Tante Shana, Kali." Zara berkata dengan menatap Raissa. "Gak mungkin, tante ada dirumah terus kok, pasti juga bakal ngajak aku kalo kesini," ujar Raissa. "Ya udah, gak usah di pikirin." Zara dan Raissa sedikit membersihkan rumput
Read more
Masih Masa Orientasi
"Kak Zara!" Teriak Raissa, lalu segera berlari mendekat pada Zara.   "Hi Rai," senyumnya.   "Kak, aku uku udah Izin sama Tante, katanya terserah Aku." Raissa dan Zara berjalan ke bersama ke Aula sekolah.   "Oh ya? Bagus dong," ucapnya.   "Eits!"   Raissa dan Zara menghentikan langkah ketika Farell menghadang jalan mereka ditengah pintu masuk Aula.   "Apa lagi sih." Raissa memutar bola matanya malas.   "Kenapa Rell?" tanya Zara pada Farell.   "Gua gak ada perlu sama lo Zar, silahkan masuk." Farell mempersilahkan Zara, Ia menurut saja meninggalkan Raissa setelah menepuk bahunya, menyuruh Ia tenang.   "Ada apa?" tanya Raissa dengan malas.   Farell tak menjawab, Ia menarik Raissa untuk pergi menjauh dari keramaian, Raissa hanya mengikuti langkah Farell dengan malas.  
Read more
Anak Kepala Sekolah
"Balikin punya kakak, Raissa!" "Gak mau, wleee." Raissa mengejek Razzan yang sedang mengejarnya. Mereka tengah berkejar kejaran di dalam rumah, Raissa menjahili Razzan dengan mengambil buku hariannya. "Raissa, Kakak beneran marah ya!" "Silahkan," ucap Raissa santai, mereka terhalang oleh meja makan dan berdiri berhadapan. "Raissa!" teriak Razzan. "Zara, hari ini lo cantik banget." Raissa membaca sedikit isi dari tulisan Razzan di buku itu membuat Razzan mengejarnya lagi dan kini Ia mendapatkan Raissa. "Kamu jahil banget sih!" "Jangan! Lepasin! Kakak! hahaha" Raissa tertawa karena Razzan menggelitiknya. "Tante!" teriak Raissa dengan suara sangat keras membuat Shana menghampiri mereka. "Eh, kalian ini apa apaan," ucapnya. "Razzan, lepasin adek kamu." Razzan
Read more
Kejadian di Pantai
"Makasih," ucap Raissa pada Farell seraya mengembalikan helm yang telah Ia pakai. "Sama sama." Raissa diam, begitu juga dengan Farell. itu berlangsung hingga hampir satu menit membuat Raissa mengerutkan dahinya. "Nungguin apa?" tanya Raissa. "Sana masuk," ucapnya. "Atau lo mau gua mampir?" "Gak!" Raissa segera berbalik dan masuk ke rumahnya, tak melihat kepada Farell sama sekali dan langsung menutup pintu. "Cih." Farell terkekeh, Ia menyimpan helm yang Ia pegang di belakang motor, lalu segera pergi dari halaman rumah Raissa. "Ish, lama lama darah tinggi gue," ucap Raissa mengintip dari balik tirai jendela. "Kamu lagi apa?" "Astaga!" Raissa terkaget. "Tante ngagetin Raissa aja!" ujarnya. "Orang tante nanya baik baik." Tante Shana memasang wajah malasnya. "I
Read more
DMCA.com Protection Status