Share

Bagian 5

Setelah setengah jam berhasil membuat Mita bergelut di dalam ruang guru dan menjawab berbagai pertanyaan, akhirnya ia diputuskan untuk masuk di kelas Darel. Ia ditemani salah satu guru yang kebetulan akan mengajar di kelas Darel pun berjalan bersama melewati koridor kelas. Sesekali keduanya saling melempar pertanyaan dan jawaban sekadar untuk berkenalan. 

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru, mari kenalkan dirimu, Nak." ujar Guru itu mempersilakan Mita memperkenalkan dirinya secara singkat.

"Halo semuanya! Namaku Mita Mizuki, kalian bisa memanggilku Mita. Seperti yang sudah kalian ketahui, aku murid pindahan dari Jepang. Kini, aku dan keluargaku memilih untuk kembali ke Indonesia dan menetap di sini. Aku harap kalian bisa menerimaku di sini, terima kasih." ucap Mita di iringi dengan membungkukan badannya. Sepertinya kebiasaan khas orang Jepang tersebut sudah mengental dalam dirinya. Hidup belasan tahun di Jepang tentu tidak semudah itu segala kebiasaannya berubah dalam sehari.

Sorak-sorai pengisi kelas pun riuh menyambut kehadiran Mita. Hampir semua orang di kelas tersenyum dengan hangat kepada Mita. Namun diantara banyak teman baru yang menyambutnya, Mita malah terpaku dengan sosok yang ia temui saat upacara tadi. Di ujung bagian belakang, lelaki itu nampak acuh dengan sekitarnya dan memilih untuk menyibukkan diri dengan buku yang menutupi hampir seluruh wajah. Beberapa detik setelahnya, buku yang di pegang itu ia turunkan, membuat mata mereka bertemu. Cukup lama sampai akhirnya guru meminta Mita untuk memilih tempat duduk dan memulai pelajaran.

Saat Mita tengah berjalan menuju kursi di belakang Darel, seorang siswi memanggilnya. Mengatakan untuk duduk di sebelahnya saja. Mita pun hanya menurut sebab bagaimanapun ia masih anak baru di sini. Di belakang Darel juga nampak tidak peduli, ia lebih memilih untuk memperhatikan papan tulis yang perlahan penuh dengan hitungan angka. Pelajaran hitung menghitung di jam pertama, ini menyebalkan!

•••

Waktu istirahat tiba, suara bel yang bergema satu sekolah itu menjadi suara paling indah untuk para murid. Indah yang sesaat dan sangat mereka nikmati sebelum akhirnya kembali berkutat dengan tugas belajar mereka masing-masing. Hari ini kantin cukup ramai, bahkan sebagain besar penghuni kantin bergosip tentang kedatangan Mita di sekolah mereka. Baru sehari menjadi murid di sini, namun nama Mita seperti sudah dikenal hampir semua warga sekolah. Hal tersebut sempat membuat Mira ragu untuk pergi ke Kantin. Namun Deyna-teman baru yang sekelas dengannya itu mengatakan akan menemaninya makan di Kantin. Mita pun mengangguk setuju, alhasil keduanya berjalan beriringan pergi ke Kantin.

"Kamu mau pesan apa? Biar aku yang pesankan." tanya Deyna sembari meminta Mita untuk duduk di tempat yang sudah ia pilihkan.

"Apa di sini ada onigiri?" Mita duduk di sebuah kursi dengan meja. Posisi mereka berada di sudut kantin, menurut Mita itu tidak mengundang banyak perhatian. 

"Emm, sepertinya tidak ada. Tapi tenang saja, makanan Indonesia tidak kalah enak, kok. Aku pesankan soto aja bagaimana? Kebetulan aku juga hendak beli itu." Deyna mengutarakan pendapat, berharap teman barunya itu menyetujui. Cukup senang setelah beberapa detik menunggu, akhirnya Mita menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. Lantas, langkah semangatnya itu membawa Deyna pergi menemui Ibu Kantin, memesan dua porsi soto spesial dengan daging sapi yang telah bercampur dengan kuah soto.

Dua mangkuk dengan gumpalan uap dari kuah soto yang telah berada di depan mereka kini tampak menggugah selera. Baik Deyna maupun Mita nampak sangat menikmati suap demi suap yang perlahan beradu dengan lidah, menciptakan rasa di dalam sana yang membuat suap setelahnya semakin lahap. Makanan yang awalnya ragu untuk Mita makan itu kini telah habis tanpa meninggalkan tetes kuah. Deyna yang melihat Mita menghabiskan bersih isi mangkuk tersebut pun bertepuk tangan dengan takjub. Mita ternyata menyukai soto yang ia pesankan. 

"Wah! Kamu cepat sekali. Enak kan?" tanya Deyna. Tangan kanan Deyna masih sibuk membersihkan mulut dengan beberapa lembar tisu yang sudah tersedia di meja mereka.

"Enak sekali, aku ini kelahiran Indonesia. Tapi ini adalah pertama kali aku makan soto, aku ingin memesannya lagi sekarang! Tunggu sebentar, ya." ujar Mira hendak berdiri dari kursi. Namun, gerakannya tertahan dengan Deyna yang memegang tangannya.

"Mau kemana?"

"Memesan soto lagi, kenapa? Kamu mau titip?"

"Ahh tidak-tidak. Biar aku saja yang memesan soto untukmu sekalian aku ingin membeli minuman juga. Aku takut jika kamu yang pergi kamu tidak akan sampai di meja kantin." Deyna terkekeh. Dengan segera ia membawa langkahnya lagi kembali ke Ibu kantin, membawakan semangkuk soto dan dua botol minuman kemasan.

Di lain sisi, di sudut ruang perpustakaan. Darel berdiri, tangannya sibuk memilih buku pada salah satu rak yang berisi berbagai macam buku dengan tema luar angkasa. Bibir tipisnya nampak bergumam melafalkan satu persatu judul buku yang di ambilnya itu. Setelah di rasa menemukan buku yang di cari, Darel melangkahkan kakinya menuju salah satu meja dengan kursi panjang yang lagi-lagi berada di sudut perpustakaan.

Perlahan, Darel mulai menenggelamkan diri dengan lembar-lembar kertas pada halaman buku tersebut. Membuat imajinasi tentang luar angkasa itu membawanya, menemukan senang. Bahkan sesekali ia juga menulis pada buku kecil bersampul bintang di hadapannya. Saat sedang asik menulis, dua orang datang merebut buku kecil. Menginjak buku itu dengan kaki mereka yang beralas sepatu bermerk mahal. Mereka tertawa senang, sedang Darel hanya terdiam melihat buku miliknya sudah tidak terbentuk. Bahkan sampul yang baru ia kreasi tadi malam kini sudah sobek. Darel pun berniat jongkok guna mengambil buku tersebut. Saat tangan Darel bersiap mengambil buku, salah satu dari mereka dengan tega menginjak tangan Darel dengan kuat. Membuat Darel yang masih di tempat menahan erangan, tangannya memerah. Itu yang ia lihat sebelum akhirnya seorang siswa perempuan mendorong--mereka. Membuat mereka terjatuh dan mengenai sudut kursi di sebelahnya. Situasi tersebut semakin gaduh, sebab orang-orang yang membully Darel masih belum puas. Tidak ingin menimbulkan gaduh lebih lama, siswa tadi menarik Darel pergi ke luar meninggalkan perpustakaan. Sebelumnya siswa itu juga sudah mengambil buku yang di baca Darel beberapa waktu lalu dan mengisi daftar peminjaman dari buku tersebut. Dia juga meminta maaf kepada pengurus perpustakaan karena telah menimbulkan gaduh di mana hal tersebut dilarang dalam perpustakaan.

"Maaf, Bu. Tapi saya mohon, mereka yang memulai kegaduhan pertama kali dan membully teman saya. Tolong, berikan mereka balasan yang tepat dengan perbuatan yang mereka lakukan pada teman saya. Saya permisi, ya, Bu. Sekali lagi saya minta maaf." ujarnya sebelum benar-benar meninggalkan perpustakaan bersama genggaman tangan Darel. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status