(COCOK UNTUK PEMBACA YANG MAU MENYAKITI DIRI. CERITA SEDIH, MENGURAS EMOSI JIWA RAGA!) Memilikinya tabu bagiku, mencintai dirinya membuatku semakin terluka dalam. Aku tidak akan pernah menjadi miliknya, karena sebuah kenyataan sial yang menimpa hidupku!
View MoreDengan perdebatan alot dan rela memutus pertemanan dengan Mawar karena ia tidak mau bersedia menemani Cheryl, akhirnya Mawar setuju dan mereka akan membolos kuliah. Demi-demi, melihat pangeran dari kerajaan antah-brantah.
Rencana licik sudah di susun dalam otak Cheryl, yang hanya beberapa pentium. Saatnya misi di mulai.
Mereka tiba di cafe, terlihat sangat ramai sekali lautan manusia berkumpul. Nyali Cheryl langsung ciut. Wajahnya mendadak panas, dan jantung berdetak lebih cepat. Pangkreasnya berdenyut-denyut.
Rasanya ingin pulang saja, dan mengikuti perkuliahan sambil duduk manis mendengar ocehan dosen.
"Turun cepat." Mawar menarik Cheryl. Karena mendadak, nyali Cheryl surut.
"Turun, kalau nggak mau pertemanan kita putus." Ancaman dari kedua sahabat yang tidak beres ini, akhirnya salah satu pasti mengalah.
"Ck. Pulang aja ya, nggak jadi. Kapan-kapan aja kesini." Kata Cheryl memelas.
"Satu, turun, dua... woy.. ini!" Teriak Mawar.
"Aku turun." Karena Cheryl tahu, sahabat gilanya ini suka nekat.
Dengan berkaca sebentar, Cheryl memastikan poni rambutnya, masih pada tempat semula. Dan matanya masih berwarna hitam.
Memastikan make up tidak luntur. Ia menyemprot lagi parfum Mawar.
"Hah! Kayaknya aku harus jual parfum nih, sekali semprot 50.000." Keluh Mawar, karena setiap barang yang dibeli, tidak pernah ia merasakan seutuhnya.
Cheryl mengambil lagi bedak bayi Mawar dan memakainya. Ok, wajahnya sudah putih dan cantik Seperti Lisa Blackpink.
"Temanin ya."
"Dih, ogah."
"Ya-ya-ya" Cheryl mengedipkan matanya beberapa kali terhadapnya. Mawar menghela nafas panjang, dan keluar.
"Thanks kawan." Cheryl memeluk sahabatnya. Bagi Cheryl, badan Mawar paling enak dipeluk, karena begitu empuk seperti daging buat di steak.
Akhirnya, mereka masuk ke dalam cafe. Semua mata tertuju pada mereka, kecuali jodoh Cheryl ia tetap fokus dengan handphone-nya. Sumpah, jahat bangat. Pesan Cheryl ia abaikan, dan dia sedang megang HP.
Cheryl menarik napas panjang, dan berdehem sekejap. Aku bisa, aku bisa melakukan ini. Ia terus merapalkan doa, dan berjalan menuju kerumunan laki-laki.
Gerombolan itu pada sibuk dengan game mereka di handphone. Cheryl iri pada handphone itu, ingin berada dalam posisi handphone itu. Di pegang, dan di perhatikan setiap saat.
Cheryl menutup mata.
"Sayang, kenapa kamu nggak balas pesan aku? Lebih seru game itu daripada aku?" Nggak tahu malu? Emang. Meski dengan ketakutan penuh, dan gemetaran Cheryl berhasil. Semua shock. Ia tersenyum puas.
Cheryl tersenyum, pada kerumunan para lelaki disana.
"Aku Cheryl, Pacar Juna. Maklum pacarku pemalu, jadi dia nggak mau ngakuin terang-terangan." Dan Juna, hanya menganga.
***
Ini cerita yg berkali-kali, ku publish dan unpub lagišš.
Cuman, sekarang mau serius garap lagi.Wajib suka! Ini maksa kek Cheryl.
Aku suka buat karakter tak tahu malu kek Cherylšš
1. Awal judul cerita ini : Some Crazy Game, They Called Love. Karena orientasi pada akhirnya, Cheryl tak percaya itu cinta. Karena kenyataan Juna tak bisa jadi miliknya, dan juga orang tuanya yang hancur. Tapi, terlalu panjang. Gantinya I Was Never Yours. Karena dari awal sudah mau buat Cheryl dan Juna tidak akan bersatu pada akhirnya.2. Meredith : Ambil dari nama kucing Taylor Swift3. Nama Cheryl, awalnya Cherry namun, nama itu udah pasaran.4. Nama Mawar : Nama Mawar diambil nama temanku. Sebenarnya, namanya bukan Mawar tapi aku memanggilnya Mawar. Seperti Cheryl xixi. Sebenarnya, nama Mawar diambil dari namaku jugaš¤Ŗš¤Ŗš¤Ŗ. Florenca Rosea : Artinya bunga mawar. Rose juga bunga mawar.6. Nama Juna awalnya Juno = Junior. Tapi kok Junior jadinya banyak otak traveling, jadi aku ganti Arjuna.7. Awal kisah ini bermula, karena crush pada seorang laki-laki di kampus yang memang tampan. Tapi dia tak suka sama akuššššš. Potek hati
Gemuruh langit menunjukan kekuasannya. Alam sedang berkuasa sekarang. Dan Mawar bersyukur keadaan mendukung dirinya untuk menangis dan merenungi apa yang terjadi.Juna hanya melihat istrinya dari jauh. Ia tahu, wanita itu begitu terpukul. Apa yang kalian harapkan, jika semuanya sudah terjadi dan kita hanya manusia lemah yang tak berdaya untuk melawan takdir."Sayang." tegur Juna memegang punggung istrinya yang begitu rapuh. Mawar menangis di bawah hujan. Saat Jasmine pergi, keadaan rumah sepi walau Mawar sering mendengarkan ibunya menangis dan ayahnya berusaha tegar menenangkan istrinya. Kepergian Jasmine meninggalkan luka seperti kepergian Cheryl.Mawar merenungi hidup dan nasibnya. Ditinggal pergi sahabatnya dan juga adiknya."Kenapa seperti ini? Kenapa harus kayak gini?" Mawar menunduk, dan menggeleng. Juna membawa istrinya dalam dekapan dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan istrinya menangis sebisa
Kemoterapi itu menyakitkan. Mawar melihat dengan mata kepalanya sendiri dan ia juga berjuang bersama Jasmine melawan penyakitnya.Yang membuat keluarga Mawar sering memangis diam-diam atau tiap malam, bagaimana tak ada perubahan yang berarti dari Jasmine. Dan yang membuat semua orang salut. Satu keluarga membotakan rambut mereka, karena Jasmine tak mau dikemoterapi karena rambutnya akan beguguran dan rontok dengan sendirinya.Juna begitu salut pada istrinya, hatinya begitu luas mengurus adiknya tanpa pernah mengenal lelah atau mengeluh sedikitpun. Terkadang Mawar merasa tak tega pada Juna, pengantin baru tapi mereka sibuk dengan penyakit Jasmine. Tak ada waktu untuk berdua.Bagaimana satu keluarga menemani Jasmine cuci darah setiap Minggu, gadis itu bahkan sampai mengeluh bosan dengan semua punyakit yang ia dapat.Dan sepuluh tahun Jasmine melawan penyakitnya, tapi tidak pernah menunjukan perubahan yang si
Mawar menangis tersedu-sedu, pagi ini Jasmine kejang-kejang. Yang membuat Mawar sendiri tak paham, kenapa adiknya seperti itu. Beruntung ada Juna yang selalu siap menenangkan Jasmine."Jas, jangan kayak gini." ujar Mawar sambil memegang tangan adiknya yang sedang tertidur. Sebulan di rumah sakit, dan perkembangan Jasmine tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Malah semakin menurun. Mawar rindu adiknya, agar kembali berdebat atau mengantarkan Jasmine ke tempat les setiap tiga kali seminggu dan bertemu dengan si kembar yang mengemaskan.Juna hanya menepuk-nepuk punggung istrinya dengan sayang, bahkan sampai sekarang keduanya belum pernah melaksanakan malam pertama kewajiban sebagai suami istri. Juna mengerti, lagian mereka setiap hari berada di rumah sakit. Makan, mandi, tidur di rumah sakit, menjaga Jasmine 24 jam.Semua orang menyayangi Jasmine, dan mengharapkan kesembuhan untuk gadis manis yang sangat pintar, dan ta
Berlari secepat cheetah. Bergerak selincah ular, melompat sejago kelinci.Mawar berlari memegangi, gaun pengantin yang belum ia ganti. Juna hanya mengikuti Mawar dari belakang. Tak meyangka, istrinya begitu gesit."Yang tungguin." teriak Juna. Saat, Mawar tak peduli pada kehadiran orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia merasa dejavu, saat mengejar Cheryl dulu. Ya Tuhan, musibah apalagi?Mawar berlari dengan menenteng sepatunya, mengangkat gaunnya dan berlari di manapun rumah sakit berada. Ia merasa sangat trauma. Karena kepergian Cheryl, Mawar seperti antipati terhadap rumah sakit. Kalau boleh, seumur hidupnya ia tak perlu berhubungan dengan rumah sakit. Kalau boleh lagi, melahirkan nanti, Mawar ingin melahirkan sendirian."Sayang.." tegur Juna dengan napas ngos-ngosan, akhirnya berhasil menggapai tangan Mawar. Memang tenaga Mawar, tenaga kuda."Udah, jangan panik. Kita cari angkot, atau ta
"Satu ... Dua ... Tiga ...""Huwahh .... Dea dapat anjirr." heboh semua orang, saat penangkapan buket bunga pernikahan. Sang pengantin bertepuk tangan bahagia, hari yang dinantikan telah tiba. Tuhan telah menyatukan dua insan yang telah menemukan tulang rusuk mereka, dan dua cucu anak Adam bersatu dalam perkawinan. Mawar dan Juna begitu kompak dan bahagia dengan hari ini, hari istimewa yang takkan mereka lupakan dalam sejarah hidup keduanya. Hari keduanya bersatu, dalam ikatan suci pernikahan.Gadis itu memakai dress pernikahan dengan gaya empire. Gaun polos dengan pilihan satu warna, terkesan sederhana, tapi tetap terlihat elegant."Mantap-mantap kita yang." gurau Mawar sambil tertawa. Juna mengamit lengan Mawar, ia tak meyangka usianya masih cukup muda untuk menikah, tapi ketika sudah memahami sifat masing-masing, Juna akhirnya tahu, Mawar tempat terakhirnya berlabuh.Kedua pengantin meninggalkan semua o
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments