Share

Selera Buruk

last update Last Updated: 2021-05-06 16:08:11

Siti membanting tas ranselnya ke atas kasur. Lagi, pria itu membuatnya kehilangan kesempatan untuk bercakap-cakap dengan idolanya. Untuk kesekian kalinya, Tuan Arken meninggalkan toko roti itu dengan wajah masam.

Sebenarnya, Siti agak bingung juga dengan sikap Tuan Arken yang tiba-tiba ngambek karena kehadiran si manusia arogan yang Siti benci bukan kepalang. Laki-laki tampan itu pergi begtu saja dengan wajah kesal, setelah Rayhan meminta ijin untuk berbicara dengan Siti sambil menarik pergi gadis itu.

Teringat percakapannya dengan pria angkuh yang ia benci sampai sumsum tulang belakangnya. Mengancam akan menghancurkan segala usaha yang sedang dirintis kedua orang tuanya, bila dirinya mangkir dari acara makan malam bersama dengan orangtua pria angkuh itu nanti malam.

Ketika ia hendak menumpahkan kekesalannya, dengan cara meneriaki nama orang yang membuatnya kesal, Siti baru ingat bahwa ia tidak tahu nama calon suami pura-puranya itu. Ia hanya memberi nama Rayhan dengan sebutan yang saat itu terlintas dalam benaknya, Mister Recehan.

Siti menekan nomor itu. Rayhan yang baru saja keluar dari mobilnya dengan menenteng paperbag yang berisii snack basah dari MCC (Melati Cake and Catering), yang langsung merogoh saku celananya, mengambil benda pipih yang bergetar karena satu panggilan.

"Halo,"

"Namamu siapa?" tanya suara di ujung sana, datar, dingin dan kesal.

"Rayhan,"jawabnya dengan rasa percaya diri yang tinggi. 

Tuut. Mati. Rayhan melihat layar ponselnya kembali ke menu biasa. Tsk. Anak ini, gumamnya. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaan dadakannya hari ini, lalu kembali menjemput Siti sore nanti, untuk makan malam bersama dengan kedua orang tuanya.

Hari ini, Sabtu, untuk pertama kali dalam hidupnya, Siti ijin untuk pulang lebih awal dari biasanya.  Jam 4 sore, dua jam lebih awal dari jam biasanya ia pulang.

Rayhan tidak jadi menculik Siti, ia hanya menarik Siti untuk duduk di pojokan kafe kecil  yang juga tersedia di toko roti MCC. Pembicaraan singkat yang mampu membuat Arken mendengus kesal dan meninggalkan MCC dengan wajah masam. 

Rayhan sebetulnya masih berada di rumah saat ia menyuruh Yuda asistennya mengantar Siti berangkat kerja. Namun, Yuda kemudian menelpon kalau Siti sudah berangkat dengan sepedanya. Gemas bercampur kesal, Rayhan langsung meraih kunci mobil dan meluncur ke toko roti tempat Siti bekerja. Rayhan tiba di sana saat Siti  keluar dari toko sambil membawa sesuatu di tangannya mencari seseorang. Ia mengamati apa yang di lakukan gadis itu dari jauh. Sedang apa anak itu? Matanya terus mengikuti Siti dan merasa heran karena perubahan yang terjadi di wajah Siti. Gadis itu terlihat bahagia setelah memberikan sesuatu pada lelaki tua yang ia temui tadi. Ia melangkahkan kaki nya keluar setelah Siti kembali masuk ke dalam toko, bersamaan dengan seorang pria yang juga melangkah ke arah yang sama dengannya namun dari arah yang berbeda. Ketika ia melihat interaksi antara Siti dan pria berkulit putih itu, dan senyum Siti yang mengembang saat melihatnya bertanya sesuatu pada Siti, Rayhan merasa curiga, pasti ada sesuatu di antara mereka. Ia harus menjauhkan pria itu dari Siti, dan berhasil. Pria itu langsung pergi meninggalkan Siti dan melangkah keluar dari toko dengan wajah kesal dan masam.

Untuk beberapa saat Rayhan melupakan kejadian di toko roti MCC pagi ini. Ia saat ini sedang berkonsentrasi menyelesaikan beberapa berkas kerjasama yang sedang disusun oleh asistennya Yuda. Sebenarnya yang sibuk disini adalah Yuda, dirinya hanya mengecek untuk kesekian kali agar tidak ada yang terlewatkan. Yuda semakin tenggelam dalam irama tuts keyboard laptop di hadapannya, sedangkan si bos asyik tenggelam menikmati snack yang tadi ia beli di MCC.

"Tuan, apakah tidak ada bagian untuk saya?" tanya Yuda memelas. Aroma yang keluar dari snack yang di beli oleh sang bos sungguh mengusik konsentrasinya, sehingga perutnya bernyanyi protes minta diisi.

"Kau mau yang mana?" tanya Rayhan tanpa melirik Yuda sedikitpun. Yuda semakin nelangsa melihat ekspresi Rayhan yang begitu menikmati camilan di tangannya.

"Semua bos," jawab Yuda tak tahu malu. Ia menelan air liurnya untuk kesekian kalinya.

"Beli sendiri sana," jawab Rayhan sambil memberi dua lembar uang kertas berwarna merah.

"Jangan lama-lama," perintah Rayhan sambil memasukan camilan yang ke 6 ke dalam mulutnya.

Yuda segera meninggalkan mejanya, meraih kunci mobil dan bergegas secepat mungkin melaju ke toko MCC. Ia sudah tidak tahan lagi untuk melahap semua camilan yang ada di etalase toko MCC.

Di lain tempat, Arken menghempaskan dirinya di sofa kamarnya. Sial. Siapa lelaki itu? Mengganggu dirinya yang sedang berbicara dengan gadis incarannya. Arken belum pernah bertemu dengan laki-laki itu. Dilihat dari penampilannya, pria itu jelas bukan dari kalangan biasa. Tapi, mengapa bisa kenal dengan Sizuka? Pertanyaan yang membuatnya penasaran. Sizuka pun terlihat sudah mengenal lama meski terlihat keduanya tidak memiliki hubungan yang  baik. Ah, kenapa dirinya merasa kesal sendiri. Roti yang ia beli pun rasanya tidak seenak biasanya. Apa karena yang melayani orang lain bukan Siti seperti biasanya? Arken menutupi wajahnya dengan bantal. Hari Sabtu, biasanya ia datang berkunjung ke rumah sang nenek, tapi karena kejadian tadi pagi, membuatnya malas keluar dari kamarnya.

Rayhan telah selesai melakukan meeting dengan kliennya. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Ia mengambil ponselnya lalu menekan nomor Siti. 

"Sudah siap belum?" tanya Rayhan, ketika terdengar suara gadis itu.

"Yaa, belum lah..secara ini baru jam berapa," jawab Siti malas.

"Jam 5 tepat aku jemput. Harus sudah siap," ucap Rayhan lalu memutuskan sambungan telpon.

Siti berteriak kesal. Dirinya bingung, soalnya baru kali ini ia akan menghadiri undangan makan malam, apalagi ini makan malam dengan keluarga terpandang di kota ini. Ah, gimana ini? keluhnya dalam hati. Ia lalu menulis pesan singkat ke Rayhan.

*Aku nggak punya baju yang model gaun-gaun gitu, jadi kalau aku pakai rok jin dengan atasan tunik boleh tidak?

Lama pesannya hanya tercentang 1. Siti membolak-balikkan badannya. Menunggu jawaban Rayhan yang tak kunjung datang. Saking lamanya menunggu, akhirnya Siti memutuskan untuk mandi terlebih dulu. Menggosok badannya dengan lulur pemutih agar daki ditubuhnya rontok semua, menggunakan sabun cair yang aromanya cukup tahan lama. Setengah jam kemudian dirinya sudah selesai mandi dan mengenakan rok jin dan tunik berwarna navy dengan motif bunga kecil menyebar. 

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Mister Recehan calling.

"Apa?" jawab Siti galak.

"Keluar. Aku sudah di depan rumahmu,"perintah Rayhan yang langsung mematikan panggilannya.

Siti bergegas berdandan lima menit ala youtube. Cantik pujinya sendiri, lalu keluar dari kamarnya dengan menyelempangkan tas selempang kecil di pundak kanannya. Ia membuka pintu rumah dan tampaklah sosok Rayhan yang sedang berdiri di samping mobilnya.

Rayhan menoleh ke arah Siti. Setengah terperangah menatap Siti.  Siti menjadi geer sendiri, apakah dirinya tengah mengagumi kecantikanku, membuat jalannya menjadi tidak fokus sehingga hampir dirinya jatuh tersandung kerikil di depannya. Rayhan menahan tawanya. Gadis ini cantik tapi sayang selera berpakaiannya parah. 

Rayhan membukakan pintu untuk Siti, lalu ia berjalan memutar membuka pintu untuk dirinya sendiri dan langsung menghidupkan mesin, menjalankan dengan pelan keluar dari komplek rumah Siti. Saat ini mereka sudah berhenti di sebuah toko baju branded.

"Lah, kenapa kesini?" tanya Siti heran.

"Beli baju dulu. Selera berpakaianmu buruk sekali," sahut Rayhan keluar dari mobil meninggalkan Siti yang masih duduk terpaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan 2, Jawaban Siti

    Siti semakin panik, mendapat tatapan tak percaya dari Arken. "Maksudnya? Saya tidak tahu apa-apa," jawabnya semakin bingung. Sebenarnya pria menyebalkan itu punya rencana apa? Arken menghela nafasnya. "Oh. Ya, sudahlah. Aku rasa, aku tidak punya hak untuk memberitahumu. Mungkin ia akan menelponmu dan membicarakan hal ini padamu. Sekarang, kita konsentrasi cari rumah makan dulu. Aku belum sarapan sama sekali." Arken merasa tidak enak. Ia merasa tidak pantas membicarakan hal itu lebih jauh. "Apa Rayhan tidak ada di sini? Maksud saya, ehm, apakah dia sedang ada perjalanan bisnis ke suatu tempat atau kota?" Siti penasaran sekali. "Mungkin, sebentar lagi pria itu akan menelponmu dan kamu akan memiliki waktu pribadi untuk membicarakan urusan kalian." Arken mengatakan itu semua dengan susah payah. Setelah mengisi perut, sepuluh menit kemudian, mobil itu sudah terparkir di

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan

    Yuda berjalan tergesa sambil menenteng pesanan Siti. Ia mengetuk tiga kali pintu ruang atasannya lalu segera melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Saat seperti ini, Rayhan tidak peduli dengan aturan yang ia buat ketika seseorang hendak masuk ke dalam ruangannya. Baginya, kesehatan Siti adalah segala-galanya. "Ini, Bos. Semua pesanan ada di dalam." Yuda meletakkan paperbag hitam itu ke meja kerja Rayhan yang saat itu sedang duduk termenung, sedangkan Siti sudah kembali ke dalam ruang privat Rayhan. "Menurutmu siapa yang layak aku jadikan asisten Arken dan Arya? Dirimu atau Sizuka?" Pertanyaan Rayhan ia ajukan tanpa melihat ke arah Yuda. Yuda terkejut. Asisten Arken dan Arya? Maksudnya? Yuda bertanya-tanya dalam hati. "Saya tidak berani menjawab, Bos. Semua terserah Bos. Baik saya mau pun Sizuka hanya bawahan, yang akan menuruti apa pun perintah atasannya."

  • The Story Between Us   Usulan Arya

    Rayhan menatap tajam Siti. Ia segera menghampiri gadis itu dan memegang tangan kiri Siti yang belum sempat menarik lepas jarum infus dari tangan kanannya. "Mengapa dirimu ini susah sekali diberi tahu? Apakah semudah itu kau menyakiti dirimu setiap kali kemauan atau perkataanmu tidak diturutin? Jangan seperti anak kecil begini!" Rayhan menyentil kening Siti, ia mencoba menenangkan Siti agar tidak terlalu memikirkan ucapan emak. "Jika kau tidak ingin pulang bersamaku, kau bisa mengatakannya kan? Tidak perlu marah-marah seperti ini." Rayhan kembali menatap Siti dengan tatapan mata berkabut. Siti hanya bisa menunduk malu mendengar semua ucapan pria tampan di depannya. Sebelumnya, ia merasa jika Rayhan hanya ingin memanfaatkan keadaannya saja, akan tetapi setelah melihat perubahan wajah Rayhan yang menjadi gelap, ia jelas merasakan bahwa dia telah salah sangka.

  • The Story Between Us   Ancaman Sizuka

    Rayhan terlonjak kaget dari tempatnya. Dirinya tidak menyangka dokter muda itu berani membentaknya, CEO perusahaan tempat dokter itu bertugas. "Apa-apaan kau berteriak-teriak padaku? Apa kau lupa siapa aku?" Rayhan menatap dokter muda itu dengan nyalang. Ingin rasanya ia menelan pria muda itu hidup-hidup. Kesal sekali rasanya. "M-Ma-aaf, Tuan. M-maafkan saya. Tapi, jika Tuan terus berbicara dan terus mengancam saya, bagaimana saya bisa memulai pemeriksaan pada nona ini? Tuan lihat saja, wajah nona ini semakin pucat. Saya khawatir kita tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkannya." Ucapan dokter muda itu membuat Rayhan panik. "Apa maksudmu berkata demikian? Sudah sana, cepat kau periksa!" Rayhan berdiri tepat di samping dokter itu, mengawasi setiap tindakan yang dilakukan pria berkacamata yang kini tengah sibuk memeriksa pupil mata Siti. Setelah mengecek semuanya, dokte

  • The Story Between Us   Ada Apa Denganmu?

    Arken menyerahkan kunci mobilnya kepada Yuda dan duduk di samping pria itu, sednagkan Siti duduk sendiri di kursi penumpang. Sirna sudah rencananya untuk bercengkerama dengan Siti. Maksud hati ingin berbagi cerita, sekedar mendengar suara Siti dari dekat, justru kini ia harus puas duduk di depan terpisah dengan Siti yang duduk di belakang. Kehadiran Yuda di tengah-tengah mereka membuat Arken merasa kikuk untuk memulai percakapan . Ia khawatir, pria yang saat ini sedang berkonsentrasi di belakang kemudi akan melaporkan semua yang ia bicarakan dengan Siti. “Apakah Pak Arya juga sudah tahu kita akan mengecek lokasi kantor untuk proyek baru?” Yuda melirik ke arah Arken yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Apa? Kau tanya apa barusan?” Arken menoleh ke arah Yuda yang kembali menatap jalanan di depannya. “Pak Arya. Apakah akan menyusul kita?” “Oh, tidak. Dia baru akan m

  • The Story Between Us   Proyek Baru

    "Kau akan kembali kemari setelah berada satu minggu di sana. Sepulang mu dari kantor di kota X, kau transfer lagi pekerjaan di kota X ke Siti. Minggu berikutnya, Siti yang akan bekerja di kota X dan kau kembali bekerja di sini, seperti semula." Siti yang mendengar percakapan dua pria itu, merasa pening sendiri. Sebenarnya, pekerjaan apa yang menjadi tanggung jawabnya? Mengapa perasaannya tidak enak? "Apa kau sudah paham yang kumaksud?" Rayhan memperhatikan Yuda lalu melihat ke arah Siti yang sedang menatap ke arahnya. "Kau boleh ke luar sekarang. Jangan lupa untuk menghubungi Arken. Katakan padanya besok kau akan datang ke sana." Yuda segera meninggalkan ruangan Rayhan. Kini, tinggallah Siti di ruang besar itu. Rayhan menghampiri Siti yang masih terus menatap dirinya. "Ada apa?" Rayhan menarik Siti duduk b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status