Gedung empat lantai yang bagian atasnya sudah tidak bersisa itu kembali terkena amukan badai dengan arah putaran terbalik, yang menyusup cepat seperti bor ke bawah, membawa seluruh material puing dan debu yang diterbangkannya! Whuuussh !!! Braaakkk !!! Whuuussh !!! Braaakkk !!! Whuuussh !!! Braaakkk !!! Ujung badai tersebut menerobos lantai gedung dengan kekuatan yang dahsyat! Bersama material yang ikut masuk dalam pusaran badai, menjebol lantai gedung tersebut hingga dua lantai di bawahnya! Semua penghuni yang ada di lantai satu dan dua yang kebanyakan adalah para sipir langsung berlarian dan berhamburan keluar! Mereka yang berada di gedung lantai dua dan tiga dengan nekad melompat keluar jendela. Menghindari amukan badai yang sangat besar itu. Jerit pekik kengerian hanya terdengar dengan samar-samar, tertutup oleh suara gemuruh badai yang berkekuatan mengerikan tersebut! Semua orang yang ada disana merasakan ketakutan yang mencekam. Mereka merasakan adanya bencana besar den
Semua orang yang ada disana segera mundur menjauh. Pertarungan besar akan kembali dimulai! Jorge Norum sang Penguasa The Chain alias White Snake berhadapan dengan Saka. "Ssshssshhs... Kau akan merasakan bagaimana rasanya berada di perutku!" "Ya, kau juga akan merasakan bagaimana jika kulitmu kujadikan keset di kamarku!" "Sialan...ssshhhsshh...Aku mengadu jiwa denganmu! 'Anaconda Attack Mode Hybrid'!" Ular itu tiba-tiba mengibaskan tubuhnya, sesaat kemudian asap putih nampak menyelimuti tubuh Anaconda besar tersebut! Semua orang mundur teratur ke tempat yang aman, sambil tetap penasaran menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Ular Putih besar itu melesat keluar dari kepulan asap dan langsung meluncur deras ke arah Saka, sambil membuka mulutnya yang besar, disertai dengan keempat taringnya yang tajam seperti belati, bersama dengan lidah besarnya yg merah bercabang, siap mencabik dan menelan Saka bulat-bulat saat itu juga! Semua orang terpeki
Kemampuan indera yang dimiliki oleh Saka diatas rata-rata orang biasa. Begitu pula mengenai prediksi, visi dan feeling yang dimiliknya, hampir bisa dipastikan sembilan puluh persen selalu akurat. Selang beberapa menit kemudian, ratusan petugas berseragam hitam-hitam dengan persenjataan dan altileri lengkap dengan segera memenuhi tanah lapang yang rusak. "Semuanya diam di tempat! Yang berani melawan, akan kami tembak!" seseorang mengancam dengan suara keras dan menggelegar. Aura tenaga dalam yang dipancarkannya cukup mengintimidasi! Para Napi yang terkejut segera berlarian menjauh, sementara untuk napi-napi pemberani, mereka lebih memilih tetap berada di sana. Berkumpul dan berada di kelompok Saka dan kawan-kawan. Dua kelompok besar saling berhadapan di tengah lapangan yang luas tersebut! Kelompok para napi dipimpin oleh Saka, Taksaki,Trujillo, Ulrich dan kawan-kawan. Di seberangnya, ratusan pasukan berseragam militer hitam-hitam, lengkap dengan aksesoriesnya serta sebuah AK-47 ter
"Barrier Fortress Ashoka! Full Back!" Taksaki berseru keras. Kedua tangannya refleks bergerak bersamaan seperti orang yang sedang mengangkat beban dari bawah ke atas. Saat itulah dinding kaca pipih setebal sepuluh centimeter, berukuran lima kali lima meter muncul dengan tiba-tiba dari dalam tanah menghalangi tiga peluru yang meluncur deras dan membalikan peluru tersebut ke pemiliknya! Trangg! Trangg! Trangg! "Apa? Aargghk!!" Hampir semua yang ada di sana terkejut! Sementara Newsteed sendiri langsung meraung kesakitan sambil bergulingan di tanah, ketika dua dari tiga pelurunya kembali kepadanya. Satu peluru menembus bahu, dan satunya lagi bersarang di pahanya! Masih untung satu peluru yang mengarah ke kepala bisa lolos karena dia keburu jatuh ke tanah! "Napi sialan! Zacko, bunuh dia untukku!" teriak Newsteed. Sambil memegangi paha dan bahunya yang terasa sakit dan mengucurkan darah. "Siap Tuan! Akan kuhabisi dia sekarang juga!" Zacko langsung bergerak. Kedua tangannya dikepalk
"Maafkan aku Komandan! Seharusnya kau mengikuti apa yang dikatakan Tuan Jaksa Newsteed! Kita berada di alam realistis dan penuh logika, bukan di alam fantasi kepahlawanan yang semu dan memuakkan!" Zacko menyeringai. Dia sudah mengambil keputusan. "Kau akan membelot Zacko? Kau siap berkhianat pada Kerajaan ini?" "Siapa pengkhianat, dan siapa yang bukan belumlah jelas, karena nanti sejarah yang akan bicara. Dan sejarah biasanya ditulis oleh pemenang! Kau faham itu, Sykes!" Zacko sudah bulat. Dia akan menghabisi Jhon Sykes hari ini juga. "Gilmour? Kau juga akan ikut dia?" "A..aku..Sa..saya ...." "Tentu saja, Gilmour akan naik menggantikan aku! Setalah aku menggantikan mu! Maafkan aku Mayor Sykes, kau berseberangan dengan kami, dengan Mondor, bahkan dengan orang-orang hebat di belakang Mondor! Dan kau akan merasakan akibatnya! Terima ini!" Zacko mendorong tangannya dengan cepat. Sebuah bola api kembali meluncur dengan deras di tangannya. Langsung mengarah ke Kepala Sykes! "Tidak
Malam makin meninggi , ketika sebuah Jeep hitam berkecepatan tinggi melaju kencang menembus kabut yang semakin menebal. Seperti tidak mengenal takut, dalam suasana yang temaram , sang pengemudi menjalankan mobilnya dengan gila. Membelah jalanan yang lengang dan sunyi, seolah mengejar sesuatu. Atau lebih tepatnya sedang berusaha menghindari sesuatu. Seorang pemuda berusia tiga puluhan, menatap jalanan dengan nyalang. Matanya nampak waspada melewati tiap titian jalan yang berkelok. Seolah sedang menapaki ular besar yang setiap saat bisa saja melahapnya, andai dia tidak hati - hati. Dia mengemudi dengan skill Dewa. Tangannya sangat cekatan di belakang kemudi. Memutar setir dengan lihai, tanpa keraguan. Kakinya menginjak pedal gas dengan keras. Hampir tidak menurunkan kecepatannya sama sekali. Sesekali matanya menatap spion. Melihat ke belakang. Berharap tidak ada siapapun yang mengejarnya. Welly, sang pengemudi nekad ini sedang mengejar waktu. Memburu peruntungan dirinya yang masi
Keduanya tersentak kaget! Suara itu laksana petir yang menyambar tepat di depan mata. Membuat jantung mereka seperti melompat dari tempatnya. Terlebih Welly, napasnya yang tersengal terdengar memburu. Suara keras tersebut mengejutkannya dengan seketika. Menghancurkan seluruh kesenangannya. Membunuh semua hasratnya yang sejak tadi memuncak. Membuatnya menjadi drop dan anti klimaks. Belum sempat menguasai dirinya, Welly mengaduh, ketika Nuri menendangnya dengan cukup keras. Membuat tubuhnya terjengkang ke belakang. Nuri sendiri langsung memanfaatkan kesempatan yang sempit itu dengan mengambil selimut yang terserak di depannya. Melindungi tubuh indahnya yang hampir polos. Lalu beringsut ke pojok ruangan. Bagi Nuri, ini adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Ternyata Tuhan telah menjawab doanya. Pertolongannya datang di saat yang tepat! "Halo, apakah aku mengganggu kesenangan kalian?" spontan mata keduanya menoleh ke arah pintu pondok yang sudah hancur di depan mereka.
Beberapa Jam sebelumnya. Malam baru saja datang dengan tergesa. Berlari meninggalkan Matahari yang telah lebih dulu terbenam di peraduannya. Bersama angin dingin yang menusuk tulang, berusaha mengikis debu dan panas siang hari, serta sisa-sisa mesiu dan amis darah yang masih menampar hidung siapapun yang melintasi. Di salah satu sudut kota yang tampak kumuh, diantara deretan gedung-gedung tinggi yang lebih dari setengahnya telah rusak karena terbakar, beberapa mayat nampak bergelimpangan, dengan bau darah yang masih segar, sisa pertempuran tadi siang, lebih tepatnya pembantaian. Yang membawa kepiluan dan kegetiran sesudahnya. Sungguh pemandangan yang mengenaskan. Lebih dari puluhan nyawa telah hilang. Grim Reaper sepertinya berpesta pora hari ini. Mencabut nyawa dengan gembira. Menyisakan keheningan dan suasana suram. "Sudah beres?" tanya seseorang. Berperawakan tegap. Berparas dingin. dengan mata yang dalam. Berusia setengah baya. Wajahnya yang gelap nampak mengerikan dengan