Share

Bab 5 : Zifanya, Lo nggak akan bisa lari kemana-mana!

Malam dingin dengan rembulan yang menggelayut manja di tengah ribuan bintang yang bertaburan menjadi saksi gejolak hati Fanya terhadap keterusterangan Azlan tentang perasaannya. Dari pada menjawab, Fanya hanya memandangnya dengan jutaan praduga dalam otaknya, sesekali menghela napas merasa tak percaya jika seorang seperti Azlan menyukainya tanpa alasan yang kuat. Padahal sejatinya, menyukai seseorang pun tidak perlu memiliki alasan yang kuat, semua mengalir seperti derasnya air sungai yang bermuara dibanyak tempat.

Melihat respon Fanya yang masih tidak mempercayainya, membuat Azlan semakin bersemangat untuk membuat Fanya percaya sekaligus menggoda cewek ini. Fanya, sepertinya cewek yang sedikit berbeda dari kebanyakan cewek lainnya. Ia memiliki prinsip dan tujuan yang jelas dalam hidupnya, berpikir logis dan mengutamakan kerealistisan dalam banyak aspek.

“Gue tau, lo pasti nggak percaya, kan?” tanya Azlan.

Fanya tersenyum yang seolah membenarkannya  ucapan Azlan. “Kalau begitu, lo harus tetap biarin gue berada di sekitar lo agar lo percaya kalau gue sungguh-sungguh dengan ucapan gue,” ucap Azlan yang membuat Fanya diam. Malah cewek ini lebih memilih menulis sesuatu di buku agendanya. Tatapan Azlan menerawang, seolah ia sedang merencanakan sesuatu untuk Fanya.

---888---

Ketiga cowok terlihat sedang berjalan dikoridor kampus. Beberapa mahasiswi memperhatikan mereka dan terkadang curi-curi untuk memotret mereka. Melihat hal itu, salah satu diantara mereka yang bernama Lilo melambaikan tangannya beberapa kali, seolah ia sedang menyapa para fansnya.

Arai yang menyadarinya hanya menggelengkan kepalanya, sembari menowel Tora yang terlihat masa bodo dengan cewek-cewek itu. Ia lebih fokus ngegame dari pada memperhatikan sekitarnya. Namun, seseorang tiba-tiba datang menghadang mereka bertiga.

Tora pun mendongak dan rahangnya mengeras. “Lo cari mati ya datang kemari?” ucapnya yang membuat Arai mulai cemas. Sementara Lilo sepertinya bersiap-siap untuk melakukan penyerangan jika sosok di hadapannya ini mencoba untuk menyerang Tora.

Cowok yang berada di hadapan Tora menyeringai, nampaknya ia tidak memiliki rasa takus sedikit pun. Sementara mata Tora sudah berubah menguning. Ini gawat kalau sampai Tora berubah menjadi Cindaku di sini. Sementara para cewek sudah mulai mendekat, mereka senang melihat semua cowok terpopuler di kampus mereka berkumpul menjadi satu. Para cewek ini tidak tahu saja kalau akan sangat berbahaya jika membiarkan mereka bersama. Bisa-bisa para cewek ini akan pingsan karena melihat manusia tiba-tiba menjadi harimau dan bertarung di depan mereka.

Aria seketika menarik Tora untuk membuat identitas mereka tetap aman. Sungguh, mengurus Tora setiap saat menyulitkan Arai. Coba saja kalau ada Azlan, ia tidak akan kewalahan. Sementara Lilo? Dia sama mudah terpancingnya seperti Tora. Jadi Arai saat ini tidak hanya menyeret Tora, tapi ia juga menyeret Lilo.

“Gue nggak akan ngelepas Tania. Lo lihat aja, Tania bakalan tunduk sama gue” teriak cowok itu, seolah berusaha menyulut amarah Tora dan Lilo.

“Brengsek lo Lean! Gua ba-“ Perkataan Tora terpotong karena Arai berhasil membekapnya. Ia tidak mau saja Tora tak terkontrol sampai membahas tentang saling membunuh. Mungkin, pembahasan seperti ini akan biasa saja di antara mereka, tapi dikalangan para mahasiswa ini adalah sebuah ancaman yang bisa dipidanakan.

“Kalian kalau mau menggila mending di basecamp. Awas aja kalau kalian berubah di sini, tanggung sendiri kekacauannya!” tegas Arai yang mencoba untuk menceramahi keduanya. Dengan kekuatan yang tersisa, Arai masih menyeret dua harimau pembangkang ini. Benar-benar seperti seorang induk yang sedang melerai pertengkaran anak-anaknya.

Sesampainya di basecamp, Arai segera melempar keduanya, membuat mereka berdua terpental dan terjatuh ke sofa.

Brug

Sofa  tersebut jebol dan keduanya pun berubah menjadi manusia setengah harimau. Mereka masih terlihat marah, bahkan meraung-raung.

Grrr

Grrr

“Lilo, lo kalau kek gini gue nggak akan bawa lo kenalan sama Bella.” Ancam Arai yang seketika menjinakkan Lilo. Hebat sekali Arai tahu kelemahan Lilo yang mata keranjang ini. Lilo pun segera merubah dirinya menjadi manusia seperti semula.

Berbeda dengan Lilo, Tora masih tak berubah. Malahan ia kini menjadi harimau seutuhnya. “Bantu gue buat taliin dia. Bahaya kalau di kampus ada harimau berkeliaran.” Arai pun mengambil sebuah tali dan Lilo pun membantunya untuk menali Tora.

Tora yang berbentuk seperti harimau mencoba meraung, tapi Arai menuruti mulutnya dengan benda yang bisa mencegah raungannya tak terdengar. “Lo baik-baik di sini sampai lo berhasil nenangin diri,” kata Arai yang kali ini meninggalkan harimau itu.

Lilo berjongkok dan mengelus kepala Tora. “Gue nggak suka sama Lean dan gue lebih nggak terima kalau adek lo yang cantik dan seksi itu jatuh ke tangan Lean, tapi Tor … gue nggak setuju lo mengamuk di sini dan bikin identitas kita terungkap. Jadi bersabar aja ya, sampai lo balik kebentuk semula,” ucap Lilo yang kali ini pun pergi meninggalkan Tora sendiri. Membuat harimau itu terus meraung-raung, tapi tidak berdaya untuk melawan jeratan tali yang terkekang di lehernya, sementara mulutnya masih terbekap membuatnya terlihat frustasi.

Sementara, di luar langit semakin gelap dan udara semakin dingin. Fanya, sudah pulang bersama Azlan beberapa saat yang lalu. Namun, karena agendanya tertinggal di perpustakaan, Fanya berusaha untuk kembali lagi. Dengan hanya memakai jaket berbahan denim, Fanya berlarian melewati koridor hingga sampai di depan perpustakaan. Napasnya tersengal, tapi hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk menemukan agendanya.

“Kenapa kembali lagi?” tanya pustakawan dan Fanya hanya tersenyum, tidak lucu juga mengatakan jika ia kehilangan agendanya.

“Saya lupa mau cari bahan untuk tugas besok.” Bohong Fanya yang segera masuk dan mulai mencari di tempat duduk yang tadinya ia duduki bersama dengan Azlan dan benar, agenda itu masih berada di sana.

Fanya merasa lega tiada tara, agenda ini salah satu nyawanya yang tidak tergantikan. Biasanya anak di jaman sekarang, cukup menyimpan segalanya di handpone kan? Berbeda dengan Fanya, semua jadwal dan catatan yang ia butuhkan akan ia tulis diagenda ini. Kalau boleh sedikit berlebihan dalam mendeskripsikannya, Fanya menganggap agenda ini adalah nyawa keduanya.

“Syukurlah, lo ada di sini. Bisa mati gue tanpa lo,” gumamnya yang berjalan memeluk agenda. Ia sama sekali tak peduli dengan tatapan banyak orang yang menganggapnya aneh.

Fanya pun terus berjalan tanpa berpikir, ia masih memanjatkan rasa syukur tiada tara karena benda kesayangannya ini ketemu. Ia sampa tak sadar berjalan kea rah yang salah, malah menuju basecamp yang terletak di sebelah perpustakaan. Saat ia kembali sadar, Fanya terlihat terkejut. “Loh, kok jadi ke sini?” gumamnya.

Grrr

Fanya seketika tersentak, ia mendengarkan suara geraman. Fanya yang penasaran, meskipun takut-takut mencoba untuk mencari sumber suara dan sumber suara itu berada di dalam ruangan di hadapannya. Fanya dengan segala keberaniannya mencoba untuk menerobos masuk.

Berjalan dengan berhati-hati, memelankan suara agar tak disadari. Fanya seketika berhenti ketika matanya dapat menangkap bayangan sosok cowok dengan telinga kucing dan memiliki ekor. Namun, saat sosok itu berubah menjadi dari sekedar memiliki telinga kucing atau ekor, Fanya dibuat membelelalak. “Ha-ha-ri-mau?” katanya dengan terbata.

Sosok yang mendengarkannya pun berusaha menoleh dan mengenali sosok Fanya yang masih terdiam karena shock dan tidak dapat mengenali sosok Cindaku tersebut. Saat sosok itu mencoba untuk bangkit, Fanya segera berlari. “Akkkk,” teriaknya dengan lari sekencang mungkin.

Tora yang kini sepenuhnya menjadi manusia menjadi cukup geram. “Zifanya, Lo nggak akan bisa lari kemana-mana!” gumam Tora dengan tatapan nyalang. Seolah hendak memakan Fanya hidup-hidup.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status