"Apakah kamu sudah memikirkan dengan matang untuk bercerai dengan Dicky?" kata Galant yang memecahkan keheningan.
Degh!
Elle merasakan jantungnya berhenti sesaat namun dia masih sanggup untuk menganggukkan kepalanya. "Ya, aku sudah berpikir matang-matang. Aku ingin secepatnya bercerai dengan Dicky."
Mengenai perceraian bukan soal dipikirkan matang-matang atau tidak tetapi memang karena tidak ada pilihan lain.
Melihat segala masalah yang telah terjadi, benar apa yang dikatakan oleh Celine, kalau dirinya tidak mungkin hidup bersama Dicky lagi. Itulah yang ada di pikiran Elle saat ini.
"Kamu ingin aku melakukan apa?" tanya Galant dengan suara yang sangat enak untuk di dengar. Suara yang datar dan berat namun tidak bisa di tebak apakah sedang senang atau marah.
"K-kata Celine kamu bisa menjatuhkan Dicky," Elle berkata sedikit ragu-ragu sembari mulai menatap Galant.
Tanpa Elle sa
BRUGH! Karena bangun dari tempat duduknya dengan tergesa-gesa maka Elle tidak sengaja menabrak sebuah kursi hingga tidak bisa mengontrol tubuhnya dan jatuh kebelakang. 'TIDAAK! Habis lah sudah,' teriak Elle dalam hati. Pemikiran Elle kalau dia akan mendapatkan malu karena terjatuh ternyata salah. Elle tidak terjatuh, tangannya di raih dan di genggam oleh Galant. Punggungnya di tahan kemudian di dorong maju agar Elle dapat kembali berdiri dengan seimbang lagi. "Terima kasih," ucap Elle sembari menunduk. Dia semakin tidak berani menatap Galant. "Ayo kita pergi," ucap Galant yang kemudian melepaskan tangan Elle dan melangkah pergi keluar dari restoran bersama Elle. Galant juga mengatakan akan mengantar Celine pulang jadi dia ikut kembali ke tempat ibu Elle dirawat. Tanpa sadar Elle meraba telapak tangan yang tadinya di genggam oleh Galant. Meskipun Galant telah lama mel
"Dicky ... kita cerai," Elle berkata dengan datar dan tenang. Kalimat itu sudah lama tersimpan di dalam hati Elle, hanya saja dia selalu tidak memiliki keberanian mengucapkannya. Kini dia telah mendapatkan janji dari Galant jadi dia bisa mengatakannya dengan penuh percaya diri. "Apa kamu bilang!" Dicky berkata dengan emosi sembari dia meraih leher Elle kemudian mencekiknya. Rasa sakit karena tercekik menyerang. Elle menjadi panik hingga membuat Elle reflek menggenggam tangan Dicky. Tapi sebelum Elle berhasil meraih lengan Dicky, terdengar suara "bugh!" kemudian cengkeraman tangan Dicky di leher Elle pun terlepas dan Elle tercengang saat mendapati Dicky telah tersungkur di lantai. Melihat Galant bergerak maju dan memposisikan diri di depan bagai perisai pelindung, seketika hati Elle menjadi hangat, Elle merasa tenang dan aman. "Bercerailah dengan Eleonora," ucap Galant datar dan dingin. Tatapann
PLAK! Sebuah tamparan mendarat di pipi Dicky. Elle merasa sangat kesal sampai tangannya gemetar dan tidak tahan untuk tidak menampar Dicky. "Dasar BODOH!" geram Elle sambil menggertakkan gigi. Tamparan Elle tadi cukup keras hingga mengeluarkan suara. Ternyata tamparan itu tidak hanya bentuk luapan emosi Elle tapi juga membangkitkan amarah Dicky. Sret! Dengan penuh amarah Dicky membalas dengan meraih rambut Elle dan menariknya hingga membuat Elle terjatuh di lantai. Dicky juga mengepalkan tangannya melayangkan pukulan ke Elle. Gerakkan Dicky sangat tiba-tiba. Setelah mendapatkan pukulan dari Dicky, Elle menjadi gugup sampai merasa tidak bisa bernafas, badannya menjadi kaku tidak bisa bergerak. BUGH!Elle sempat melihat Galant melayangkan pukulan balasan pada Dicky hingga membuat pria itu tersungkur di lantai. Namun tidak tahu set
"Anak ini—" Galant terdiam sejenak kemudian kembali menatap Elle. "Sebaiknya dilahirkan saja." Mendengar perkataan Galant sontak Elle merasa terkejut, rasa terkejutnya melebihi saat tahu dirinya sedang hamil. Kali ini Elle merasa seperti orang bodoh. 'Galant ingin aku melahirkan anak ini? Apa aku tidak salah dengar? Apa maksudnya? Apa dia tidak takut aku akan merepotkan dia?' Elle bertanya-tanya dalam hati. "Kak Galant, apa benar kamu ingin—" kali ini Celine ikut membuka suara, dia tampak sedikit tidak percaya dengan apa yang dia dengar namun matanya berbinar sinar kebahagiaan, dia sangat bersemangat. Berbeda dengan Celine dan Elle, sikap Galant sangat tenang. "Aku membutuhkan seorang anak. Perusahaan besar D'reux group membutuhkan seorang penerus jadi kamu lahirkan saja anak ini. Semua biaya aku akan menanggungnya. Kamu juga akan aku beri kompensasi." Galant berkata sembari menatap Elle dengan alisnya yang
Tuk ... tuk ... tuk. Terdengar suara bising langkah kaki mendekat. Ceklek .... "K-kalian!" Pintu ruang perawatan Elle dibuka. Tampak Tania dan Dicky memasuki ruangan juga tampak Valerie berada di belakang mereka. "Congratulation! Kami tidak pernah menyangka kalau kamu akan menempuh hidup yang lebih baik secepat ini," ucap Tania dengan nada dan tatapan sinis. Tania tampak ingin sekali melakukan sesuatu pada Elle namun tidak dia lakukan. "Mau apalagi kalian ke sini?" tanya Celine dengan tegas. Dia berdiri di depan Elle bagai perisai yang melindungi. Valerie tertawa. "Kami bisa berbuat apalagi? Bukankah dia ingin bercerai? Jadi Elle ... cepatlah bangun! Jangan jadikan kehamilan kamu sebagai alasan agar bisa menjadi manja!" 'Bercerai? Jadi mereka sengaja datang kemari dengan marah-marah karena harus mengurus perceraianku?' kata Elle dalam hati. Elle sebenarnya masi
Dicky menatap Elle dengan tatapan tajam. "Eleonora Esmod! Mulai sekarang aku tidak akan menghiraukan dan menganggap kamu lagi." Mendengar Dicky berkata seperti itu, Elle menjadi kesal lalu dia tertawa membalas dengan berkata, "Hahaha ... lucu sekali, bukannya selama ini kamu tidak pernah menghiraukan dan menganggap aku ada." "Dasar wanita murahan!" maki Dicky. "Tidak semurah dirimu!" balas Elle dengan penuh emosi. Dicky seperti tidak menyangka kalau kata-kata seperti itu akan keluar dari mulut Elle. Dia terdiam beberapa detik kemudian bersiap akan melayangkan pukulan tapi dengan cepat Celine maju ke depan Elle untuk menghalangi Dicky. Begitu juga dengan Tania dan Valerie yang berusaha menahan Dicky agar tidak memukul Elle. "Dicky! Kamu jangan terbawa emosi! Apa kamu lupa dengan apa yang Galant katakan?" kata Valerie yang mencoba menenangkan Dicky. Elle merasa heran, dia mengernyitkan keningnya
Elle meminta Celine untuk pulang terlebih dahulu agar Celine bisa beristirahat setelah menemani dirinya semalaman. Sedangkan Elle memutuskan untuk menjaga sendiri ibunya di luar ruangan. Melihat ibunya yang belum juga sadar hati Elle terasa pilu. "Bagaimana ini, melihat kondisi yang ada sekarang apakah aku harus mensetujui perkataan Galant," ucap Elle lirih. Sebelumnya Elle juga menggunakan asuransi kesehatan untuk pengobatan Aida—ibunya, tetapi asuransi kesehatan juga ada batasannya. Meski semalam Galant telah mendepositkan uang sebesar 100 juta CAD untuk biaya perawatan Aida namun Elle merasa uang tersebut masih belum bisa mencukupi biaya Aida selama dirawat di ruang perawatan pasca operasi selama seminggu. "Aku masih membutuhkan banyak uang, ya ... uang yang sangat banyak," ucap Elle yang kemudian dia memejamkan matanya dan menyandarkan diri di tembok ruang perawatan yang dingin. Elle merasa tubuhnya tidak berten
"Ini, di mana?" Saat rasa pusing yang menyerang kepalanya mulai mereda. Berangsur-angsur Elle kembali mengingat akan kejadian sebelumnya dimana Edo membekapnya dengan sapu tangan yang telah di beri obat bius hingga membuat dirinya tak sadarkan diri. "Edo dan ayah menculikku. Apa maksud mereka melakukan semua ini kepadaku?" ucap Elle lirih. Elle berusaha untuk bangun dan turun dari tempat tidur, namun dia mendapati tubuhnya tidak bisa bergerak. "Sudah sadar?" seseorang berkata dengan suara dingin dan mengintimidasi. Seketika itu Elle merasa dingin menusuk jantungnya. "I-itu ... suara Dicky!" Cahaya di ruangan itu dinyalakan secara tiba-tiba sesaat setelah terdengarnya suara dingin Dicky. Sangat menyilaukan. Mata Elle menyipit, mencoba untuk melihat sekeliling. Terlihat samar langit-langit dimana tergantung lampu kristal yang indah dan terdapat kaca besar. Dari kaca be