"Oh iya Archie, apakah kamu ada mendengar sesuatu baru-baru ini? Apakah ... apakah sejak awal Galant sudah mencurigai rencana kita kemarin?" tanya Elle dengan suara yang bergetar. Dia membombardir Archie dengan pertanyaan bertubi-tubi.
"Galant sangatlah pintar. Pada awalnya ketika aku berpura-pura menggugurkan anak untuk menipunya dengan bantuan Archie, Galant menyakini semua kejadian itu adalah benar. Karena alasan Elle dengan tega menggugurkan anaknya itu Galant pun menjadi marah. Jika Galant sedang marah dan merasa ada yang janggal maka dia tidak akan menunda untuk menyelidikinya.
Aku telah mengetahui kemampuannya dalam menyelidiki, aku benar-benar khawatir dia akan menemukan sesuatu."
Archie menekan pundak Elle, mencegahnya agar tidak banyak bergerak. Archie menenangkan Elle dengan berkata, "Tidak ... jangan khawatir, dokter yang membantu operasimu sudah tidak berada di kota itu lagi, Galant tidak akan menemukannya."
"Kalau begitu maksudmu
"Will you marry me?" "Yes, i will." Setelah menjalin hubungan selama satu tahun akhirnya kekasih Elle melamar. Elle sedikit terkejut karena menurutnya satu tahun adalah waktu yang terbilang singkat untuk menjalin sebuah hubungan. Eleonora Esmond, kebanyakan orang memanggilnya Elle, dia seorang dokter wanita yang cantik dan sederhana di sebuah rumah sakit terbesar di kotanya sekarang, Toronto—Kanada. Hubungan dengan kekasihnya itu berawal dari pertemuan mereka di sebuah rumah sakit tempat Elle bekerja. Waktu itu sang kekasih ingin mengunjungi ibunya yang sedang dirawat karena sakit. Mungkin karena terlalu khawatir setelah mendapat kabar akan kondisi ibunya, pria itu menjadi sedikit tergesa-gesa saat berada di dalam rumah sakit. Hingga, Bruk! Saat berjalan dirinya berpapasan dengan Elle, mereka saling bertabrakan. "M-maaf." Pria itu segera meminta maaf dan karena tergesa-gesa
"Apa yang sedang kalian lakukan?!" orang tersebut berkata dengan suara dingin, berintonasi tinggi dan penuh kemarahan.Elle sangat kaget. Suara yang terdengar itu jelas-jelas adalah suara Dicky, suaminya.Lampu utama kamar yang dinyalakan dengan tiba-tiba. Sinarnya sangat menyilaukan, membuat Elle menyipitkan mata."Di-Dicky?" setelah mata Elle beradaptasi dengan cahaya kini Elle bisa melihat Dicky suaminya itu sedang berdiri di samping tempat tidur dengan ekspresi sangat marah.'Jika Dicky sedang berdiri di samping ranjang lalu tadi aku melakukannya dengan siapa? Siapa yang memelukku sekarang?' batin Elle. Seketika kepala Elle menjadi kosong. Badannya gemetaran. Dia tidak bisa berpikir ataupun berkata-kata sepatah kata pun.Dicky menarik rambut Elle dengan kuat hingga Elle turun dari tempat tidur."Dicky! Sakiitt ...." Elle mengerang kesakitan sembari menahan tangan Dicky agar tidak terus mena
"Cepat! Segera tanda tangani." Tania berkata dengan wajah yang penuh kebencian.Merasa sudah tidak ada harapan lagi dengan tangan yang gemetar Elle mengambil pulpen tersebut.Ketika Elle hendak menandatangani surat tersebut, tiba-tiba ... Sret! Seseorang meraih pulpen yang berada di tangan Elle lalu membuangnya ke sembarang arah."Di-Dicky." Elle menatap Dicky dengan tatapan terkejut.Ya, orang yang merebut pulpen dari tangan Elle adalah Dicky. Setelah membuang pulpen tersebut, Dicky menarik tangan Elle memaksanya untuk mengikuti langkahnya keluar dari gedung menuju area parkir di mana kendaraannya terparkir."Dicky ... Dicky!" Tania terus berteriak memanggil putranya karena tidak dihiraukan maka Tania dan Henry Dirk—ayah Dicky—tidak punya pilihan lain selain mengikuti Dicky."Kamu jangan pernah berpikir bisa semudah ini lepas dariku! Bersedia bercerai, hah? Lalu dengan bebasnya kam
Sekarang Dicky menginginkan kembali semuanya. Hal itu sama saja seperti membunuh diri Herman, jadi sampai kapan pun Herman tidak akan pernah mau. Elle merasa sangat malu melihat semuanya saling beradu mulut apalagi posisi mereka saat ini berada di rumah sakit."CUKUP!" Elle berteriak, dia sudah tidak bisa lagi menahan emosi yang bergejolak di hatinya."Aku akan kembalikan semuanya tapi tolong kalian tenanglah, ibuku sedang sakit di dalam sana," -Elle menunjuk ruangan Aida- "jadi kalian jangan berisik!""Kau mau kembalikan? Dengan apa kau mengembalikannya? Aku tidak bisa membantumu, aku tidak punya uang," Herman menekankan."Kalau kau tidak punya uang maka kau jual saja rumah putramu itu. Rumah itu kau beli dari uang pernikahanku yang aku berikan pada ibu, maka otomatis rumah itu adalah milikku. Apa kau pikir aku tidak mengetahui tentang itu," kata Elle. Dadanya naik turun, matanya melebar bahkan kedua tangannya yang sedari ta
Elle terdiam, hatinya merasa sangat senang karena pada akhirnya pria itu memberikan penjelasan atas kesalahpahaman ini. Kini pandangan Elle tertuju pada Dicky. Setelah penjelasan tadi, Elle harap Dicky tidak lagi membencinya karena di masalah ini dia adalah korban."Saya telah menyebabkan keadaan menjadi kacau sampai seperti ini, saya minta maaf. Saya akan memberikan ganti rugi," ucap pria itu sembari melihat Elle."Ganti rugi? Ganti rugi seperti apa yang akan kamu berikan?" rahang Dicky mengeras. Sorot matanya begitu tajam."Ganti rugi seperti apa yang akan saya berikan untuk Eleonora itu tidak ada hubungannya denganmu," pria itu berkata tegas dan menekankan sembari melirik Elle."Kau dengar itu Elle? Dia menyebutkan namamu, apa kamu masih menyangkal kalau kamu tidak mengenalnya, dengan semua yang dia katakan dan lakukan untukmu semua juga tahu kalau dia selingkuhanmu," Dicky menggeram."Aku tidak mengenalnya!"
"Kau saja berselingkuh kenapa aku tidak boleh." Satu kalimat itu yang sukses membuat Elle terdiam seribu bahasa. Satu kalimat itu membuat Elle harus menerima dan membiarkan Dicky berbuat sesuka hatinya. Aida — ibu Elle yang telah sadar beberapa waktu lalu dan mengetahui tentang masalah itu memberikan nasehat kepada putrinya agar bersabar dan bertahan dengan semua yang terjadi karena semua ini awalnya adalah kesalahan Elle sehingga membuat Dicky marah dan melakukan semua kegilaan itu. Jika nanti Dicky sudah tidak lagi marah dan emosinya sudah reda, dia akan melupakan semua. Dia dan Dicky akan hidup bahagia bersama. Elle selalu mengingat kata-kata dari ibunya itu. Hanya saja ada satu pertanyaan yang terbesit di hati Elle yang selama ini belum terjawab. 'Jika memang Dicky tidak menginginkan dirinya lagi, kenapa Dicky tidak menceraikan saja dirinya.' Hati Elle yang dasarnya sudah terlanjur hancur dan kacau sejak kejadian mala
"DIAM KAMU! Jangan pernah kamu mengatakan tentang hal itu lagi!" Dicky berteriak kepada Valerie. Namun bukannya marah, Valerie malah semakin mengeratkan pelukannya agar terlihat mesra oleh Elle. "Sayang, bukankah kamu bilang kita akan bersenang-senang bersama? Bagaimana kalau sekarang saja kita melakukannya? Aku dan Elle akan melayanimu," ucap Valerie dengan senyum menyeringai. Mata Elle membelalak, dia terkejut dengan perkataan Valerie. Tubuhnya bergetar karena takut. "Jangan gila kamu Valerie! Dicky tidak akan setuju! Dicky tidak akan melakukannya, iya kan Dicky?" "Shut Up!" Dicky mendorong kembali tubuh Elle ke ranjang. Sontak Elle terkejut melihat Dicky mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Wajah Elle tampak berubah menjadi takut kala Dicky melempar kemeja yang dia pakai ke lantai. Ya, kini terekspos tubuh polos bagian atas Dicky yang sempurna. Dada bidang dan otot perutnya yang membuat para wanita tidak berkedip melihatnya
"Aku mohon tolonglah aku—segera bawa aku pergi dari sini." Elle berbicara tanpa memandang si pengemudi sembari menutup pintu mobil tersebut. Setelah Elle menutup pintu kemudian Elle menoleh ke arah si pengemudi. Dia pun tercengang. "KAMU!" Elle tidak menyangka bahwa mobil yang dia hentikan ternyata mobil Galant. "Eleonora! Aku bilang berhenti!" teriakan Dicky kembali terdengar. Sosok Dicky juga mulai terlihat. Tubuh Elle menegang, pikirannya dipenuhi Dicky yang akan mendapatkan dirinya kembali sedangkan Galant menatap dingin ke arah Dicky. "Please, help me." Elle menatap Galant dengan tatapan memohon. "Kunci pintunya dan pasang sabuk pengamanmu," ucap Galant pada akhirnya. Elle tertegun dan panik saat melihat Dicky hampir mendekat. "Cepat ... cepat." Elle buru-buru mendesak Galant agar segera melajukan mobilnya. Dia menarik kemudian memasang sabuk