"Kenapa?" tanya Elle sedikit terkejut.
"Apanya yang kenapa. Tentu saja memanfaatkan moment ini untuk menyatakan kepada orang-orang kalau kamu adalah istriku, agar mereka tahu." Galant terlihat serius, tetapi masih sempat melontarkan sebuah senyuman. Elle langsung menyadari bahwa Galant sudah pasti mengetahui tentang apa yang telah Dicky katakan tadi.
Hati Elle menjadi tersentuh saat dia menatap pria tampan yang ada dihadapannya itu. Tiba-tiba Elle teringat akan perkataan Celine mengenai Galant yang tampak berhati dingin, tetapi kenyataannya dia sangat pengertian.
Dia tidak bisa berkata-kata romantis, tetapi dia bisa mempertimbangkan semuanya dengan sangat bijaksana.
Elle tahu kalau Dicky berpikir Elle sengaja mendekati Galant dan hanya mengaku-aku sebagai nyonya Galant Devereux sehingga sengaja mengantar undangan agar bisa mempermalukan dirinya.
Namun, jika nanti saat Galant dan Elle benar-benar datang ke ac
Dengan perasaan panik dan sedikit kesal Elle melangkah meninggalkan walk in closetnya dan hendak memanggil bibi Anna. Namun, tiba-tiba langkah Elle terhenti saat melihat sosok pria tampan yang terbalut oleh tuxedo hitam masuk ke dalam kamarnya. "Galant? Kau sudah pulang? Tadi kenapa kau tidak menjawab teleponku? Aku pikir kau masih di kantor." Elle sedikit lega karena Galant sudah tiba di hadapannya. Kini dia melangkah mendekat ke arah Galant. Galant terdiam ketika Elle menghampirinya. Terlihat tatapan Galant begitu terkejut dengan penampilan Elle malam ini. Ya, dia tidak pernah melihat penampilan Elle ketika menghadiri pesta. Tatapan Galant begitu menunjukan kekagumannya melihat Elle. "Galant? Kenapa kau diam? Apa kau sakit?" Elle membawa tangannya menyentuh kening Galant. Seketika kening Elle berkerut, tubuh Galant tidak demam. Tapi kenapa pria di hadapannya itu tidak mengatakan sepatah kata pun padanya? "Kamu cantik se
"Eleonora Esmond." Suara bariton memanggil nama Elle hingga membuat Galant dan Elle langsung mengalihkan padangan mereka pada sumber suara itu. Kini pria itu melangkah mendekat ke arah Galant dan Elle. Sedangkan Galant hanya menatap dingin Dicky yang mendekat ke arahnya. Ya, pria yang memanggil Elle adalah Dicky. "Elle, tidak disangka kamu akan datang." Dicky memberi sambutan, suasana menjadi agak canggung saat Dicky melihat wajah datar dan dingin Galant di samping Elle. "Kelihatannya Eleonora sangat bahagia karena Tuan Galant bisa menemaninya menghadiri pesta pernikahan mantan suaminya." Kebanyakan tamu undangan yang hadir saat itu adalah orang-orang yang dulunya hadir di pernikahan Dicky dan Elle, jadi pastinya mereka tahu masalah yang terjadi padanya waktu itu. Melihat Dicky berbincang dengan Elle, pandangan semua orang jadi mengarah ke arah Dicky dan Elle. Rasa gugup kembali menghinggapi Elle, tetapi Galant berusaha menenangk
"Eleonora, kenapa kamu menuduhku? Aku ...." Diam-diam Valerie mengigit bibirnya sendiri, setelah merasakan rasa sakit air matanya menetes. "Aku tahu kamu marah kepadaku karena aku telah merebut Dicky darimu, tetapi sekarang bukankah kamu sudah menikah dengan Tuan Galant. Apakah kamu belum bisa memaafkan aku?" Dalam hati Elle, penyesalan Valerie atas perbuatannya itu adalah strategi langkah yang baik untuk maju ke depan dengan melangkah mundur. Elle tahu kalau Valerie sekarang telah mengakui bahwa dirinya telah ikut campur dalam pernikahan Elle dan Dicky hanya untuk mengalihkan perhatian orang-orang pada anak yang ada di perutnya. "Elle, tolong maafkan aku." Valerie semakin mendekat ke Elle, dia mengulurkan tangannya dan menarik Elle, tapi secara tidak sadar Elle mengambil langkah mundur. Namun, tak terduga Valerie membuat teriakan mengerikan, dia membuat tubuhnya seakan terdorong lalu menjatuhkan diri ke belakang. "Aah ...." Suara Vale
Telapak tangan Elle berkeringat, tubuhnya menjadi dingin. Semua itu bukan karena intimidasi dari Dicky, tetapi karena terus berpikir mengapa Valerie melakukan semua ini. "Semua sudah jelas jika Valerie ingin mencelakaiku, tetapi menggunakan cara dengan membuat anaknya sendiri gugur bukankah kerugiannya lebih besar dari yang akan aku dapatkan?" batin Elle terus bertanya-tanya. Tangan Galant menyentuh tangan Elle yang dingin. Begitu tahu Galant menyentuhnya tanpa sadar Elle mengalihkan pandangannya ke Galant, terlihat jelas jika Elle sedang merasa heran atas semua kejadian yang tengah terjadi. Galant menggenggam tangan Elle, pandangan ketidakperdulian dia lontarkan ke arah Dicky. "Ada tiga hal yang harus kalian ketahui. Pertama, Elle tidak menyentuh Valerie. Semua orang melihatnya tadi, mereka bisa menjadi saksi. Jika tidak kalian bisa memeriksa rekaman kamera cctv. Kedua, begitu sampai rumah sakit jika terpaksa harus
Galant tersenyum seperti seekor rubah licik. "Bukankah membuat mereka penasaran dan bertanya-tanya itu lebih baik? Apa yang mereka rasakan akan lebih menyakitkan seperti menunggu kematian daripada mati secara langsung." Elle tercengang setelah mendengar perkataan tersebut. Galant merengkuh pelan bahu Elle dengan tersenyum kecil. "Valerie kali ini pasti akan mendapatkan masalah. Aku tadi telah menelepon Celine, memintanya mencari dokter terbaik untuk membantu Valerie menyelamatkan anak yang ada di dalam perutnya." "Apa kamu ingin Valerie melahirkan anak itu?" Elle bertanya kepada Galant. Elle merasa anak yang ada di perut Valerie bukanlah anak Dicky jadi Elle berpikir bahwa informasi yang ada di tangan Galant ada kaitannya dengan hal itu. "Melihat kejadian tadi, saat ini anak itu belum tentu lahir dan Valerie sangat mengharapkan itu, tetapi jika tidak ada aborsi kali ini, apa yang akan Valerie lakukan selanjutnya?" Galant menaikkan alis
"Ya Galant, lakukanlah," jawab Elle dengan menatap lekat manik Galant. Galant tersenyum puas, mendapatkan izin dari Elle. Kilatan matanya sangat memburu. Tangannya mulai membuka resleting dress berwarna merah yang dipakai Elle kemudian melemparkan sembarangan ke lantai. Galant menatap tubuh Elle yang hanya memakai bra dan panties berwarna hitam berenda, sangat menganggumkan, itulah yang dipikirkan Galant. Istrinya memiliki tubuh yang sangat indah dan kulit putih yang mulus. Pipi Elle merona malu karena kini dia hanya memakai bra dan panties. Galant naik ke atas tubuh Elle, dia kembali memagut bibir Elle, ciumannya turun ke leher jenjang Elle. Galant menghirup aroma parfume Elle yang begitu dia sukai. Tangan Galant mulai melepaskan pengait bra hingga bra terlepas dan Galant langsung melemparkannya ke lantai. Galant menatap lekat manik mata Elle, kini mereka saling bertatapan. Tangan Elle menutupi dadanya. Namun, Gala
"Akh! It's so pain Galant. Please take it out!" Elle berusaha mendorong dada Galant, tapi sia-sia. Meskipun ini bukan kali pertama bagi Elle, tetapi tetap saja rasa sakitnya masih terasa seperti saat pertama kali. Galant menggeram, menahan erangan. "It will be fine Elle. Hanya sakit sebentar," geram Galant. Dia memejamkan matanya menikmati setiap hentakannya pada tubuh Elle. Elle mendongakkan kepalanya saat Galant menghentakan miliknya dengan keras. Elle terus mendesah dan mengerang. Rasa sakit perlahan mulai terobati dengan kenikmatan. "Katakan jika kau milikku Elle, katakan please," bisik Galant serak. Dia mencium sudut mata Elle yang mengeluarkan air mata. "Yes, i'm yours Galant," desah Elle. Galant tidak henti menghentakan miliknya, dia menambah temponya dengan cepat. Elle kembali menjerit. Tangan Elle memeluk erat tubuh Galant. Suhu di kamar kini terasa begitu panas. Bahkan AC di kamar tidak terasa bagi
Telah datang berita dari rumah sakit. Berita yang datang sesuai dengan harapan Galant. Anak Valerie dapat diselamatkan. Celine sungguh memberikan berita yang akurat. "Apa kamu tahu Elle? Berdasarkan pemeriksaan, usia kandungan Valerie adalah kurang dari dua bulan, usia kandungannya itu hampir sama dengan usia kandunganmu. Bukankah dengan kata lain Valerie telah hamil ketika Dicky masih menikah denganmu?" Celine sangat marah ketika mengatakan informasi itu. Dia terus menghina Dicky dan Valerie yang tidak tahu malu. Celine sangat ingin melakukan tes DNA tanpa harus menyakiti janin yang ada di kandungan Valerie, tetapi untuk melakukan hal itu janin harus berusia paling tidak 10 minggu. Valerie tidak mengalami keguguran kali ini jadi juga tidak bisa melakukan tes. Jika Celine begitu kecewa dengan hasil tersebut, berbeda dengan Elle. Elle tidak merasakan kecewa karena dia mengingat perkataan Galant yang menunggu kematian lebih menyakitkan d