Cakra semalaman menjaga Alena dia tidak membiarkan Alena sendirian di rumah sakit. Cakra meletakkan kepalanya di samping tangan Alena sambil memegang tangannya. Alena terbangun dari tidurnya, matanya perlahan terbuka. Dia mengerjapkan matanya dan melihat sekeliling ruangan. Bau obat dan bercat putih itu yang dia lihat saat ini. "Dimana aku, apa aku? Kepalaku sakit sekali," ucapnya sambil mencoba memejamkan matanya kembali mencoba menenangkan dirinya. Saat tangannya ingin digerakkan, Alena merasakan ada sesuatu di sampingnya. Dia melihat ada pria yang tidur sambil memegang tangannya. Alena menariknya perlahan, tapi tarikkannya membuat pria tersebut terbangun dan langsung menatapnya. Alena terkejut dengan apa yang dia lihat, pria yang ada di depannya adalah Cakra, CEO sekaligus ayah dari anak-anaknya. Alena menundukkan kepala ke bawah sambil memilin tangannya. Alena takut untuk bertemu Cakra apa lagi dia tidak mau jika Cakra mengetahuinya hamil. Alena tidak mau dihina lagi seperti w
Cakra terdiam saat mendengar apa yang dikatakan oleh Alena. Cakra memandang lekat Alena dan tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya. Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Alena yang gugup segera mengalihkan pandangannya dari Cakra, dia menundukkan kepala sambil memilin jarinya. "Aku sudah katakan. Jika ada yang berbicara denganmu pandang lawan bicaramu bukan malah menunduk," ucap Cakra dengan suara datar yang meminta kepada Alena untuk memandang dirinya. Alena pun mengangkat kepalanya, dia memberanikan diri untuk memandang Cakra. Cakra menghela nafas, dia sudah membuat wanita yang di depannya ini ketakutan. Padahal di awal wanita ini sangat berani untuk memandangnya dan menjawab apa yang dia katakan tapi saat ini Alena malah diam 1000 bahasa. "Kamu ingin bertemu dengan ibumu, kalau begitu keluar dari rumah sakit kita akan ke rumahmu, aku akan mengatakan kepada ibumu jika aku akan melamarmu kalau perlu langsung menikah tidak perlu menunggu lama bagaimana kamu senang?" ta
"Kamu temui Daddy sekarang juga, tidak boleh menolak setengah jam dari sekarang kamu sudah ada di rumah," ucap Tuan Rosario Sastrawinata kepada Cakra. "Ta...." Cakra menghentikan ucapannya karena panggilan karena Tuan Rosario berakhir. Cakra hanya bisa diam dia tidak tahu harus apa saat ini. Tuan Rosario kalau sudah memerintah tidak lihat situasi. Tuan Rosario selalu meminta kepadanya cepat dan tidak boleh membantah sama sekali. Cakra melihat Alena yang masih tidur. Cakra mengirimkan pesan kepada dua anak buahnya yang dia perintahkan untuk mengikuti Alena untuk datang ke rumah sakit dan menjaganya. Cakra menunggu anak buahnya datang. Dia tidak memperdulikan jika dia terlambat datang untuk bertemu Tuan Rosario Daddynya. Anak buah Cakra Bejo dan Bule yang mendapat pesan untuk ke rumah sakit segera pergi. Rumah Alena sudah ditutup oleh keduanya. Mereka pun pergi menemui Cakra di rumah sakit. "Jo, kita ke rumah sakit untuk mengawasi wanita bos Cakra ya?" tanya Bule yang duduk di bonc
Tuan Rosario mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra membolakan matanya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anaknya itu. "Aku tidak pernah berbohong, itu kesalahan semalam. Aku tidak bisa menahannya. Aku melepaskan masa lajangku bersama dia, lagipula tidak ada salahnya, dia juga masih perawan jadi pas," jawab Cakra sekenaknya hingga membuat Tuan Rosario kesal kepadanya dan melemparkan buku ke arah Cakra. Bughhh! Cakra yang tidak bisa mengelak dengan lemparan dari Tuan Rosario harus pasrah. Kepalanya mengenai kening dan membuat keningnya sedikit tergores dan mengeluarkan darah. Cakra mengusap keningnya dan melihat di ujung jarinya ada sedikit darah. Hal yang wajar jika daddynya seperti itu. Tuan Rosario menahan amarahnya, nafasnya naik turun melihat anaknya yang menurutnya sangat kurang ajar. Dulu waktu mendiang istrinya masih hidup dia sangat menghargai dan menyayangi istrinya itu tapi anaknya ini malah berbanding terbalik dengan dirinya. "Anak nakal, anak tidak tah
Kedua orang tua wanita tersebut memandang ke arah anaknya yang sudah rapi dan berdiri depan mereka dengan senyum mengembang dan mengatakan jika dirinya sudah siap bertemu dengan pria yang akan menikahi dirinya. "Kamu ngomong apa? Coba katakan kepada kami berdua?" tanya pria paruh baya bernama Mansyur. "Daddy, kenapa mengatakan itu. Kamu ngomong apa. Ya ngomong kalau aku itu mau ke rumah pria yang menjadi calonku nanti. Apa Daddy lupa, aku kembali ke Indonesia karena apa? Karena perjodohan dengan Cakra. Apa Daddy lupa dengan apa yang Daddy katakan ke aku, atau Daddy sengaja tidak mau menikahi aku dengan dia, anak teman Daddy itu?" tanya wanita seksi yang bernama Della. Iya tapi, kamu tidak boleh seperti itu dandannya. Yang sopan dan kalau kamu seperti ini, kamu akan buat dia malu dan dia akan batalkan perjodohan ini, ganti pakaian kamu. Dan akan temui dia kalau kita sudah dihubungi oleh Tuan Rosario," ucap Tuan Mansyur kepada anaknya. Della yang mendengar perkataan dari Tuan Mansy
"Minumnya, pelan-pelan saja, jangan terburu-buru," ucap Cakra dengan suara berat dan nafas yang terasa hangat menerpa wajah Alena. Alena menutup matanya entah kenapa dirinya merasakan kenyamanan saat didekat Cakra. Apalagi parfum yang dia cium sama dengan parfum yang ada dibaju Cakra waktu itu. Cakra yang melihatnya menarik sudut bibirnya. Tanpa basa basi Cakra segera memeluk Alena dalam dekapannya. Mendapatkan pelukkan dari Cakra membuat Alena merasa tenang dan Alena balik membalas pelukkan Cakra. "Bos, ada kabar da...." Arvin yang tiba-tiba masuk terkejut melihat bos Cakra sedang memeluk Alena. Dia seketika berbalik agar tidak melihat pemandangan yang membuat dirinya merasa rendah diri karena sebagai kaun jomblo pasti pemandangan yang dia lihat tadi sangat membuatnya iri. Cakra mendengar suara Arvin langsung melepaskan pelukkannya dan berdehem kecil. Mendengar deheman dari Cakra, Arvin segera berbalik dan menundukkan kepala kepada Cakra. Arvin mendekati Cakra dan membisikkan ses
Cakra hanya bisa diam dan tidak mengatakan apapun dirinya tidak bisa berkata apa-apa dengan apa yang dilakukan anak buahnya itu. Cakra menahan amarahnya karena di depannya ada Alena yang mengatakan dirinya jangan menembaknya. Sejak kapan dia akan menembak mereka dan Cakra pasti menyangka jika ini ulah mereka yang mengatakan kalau dia marah akan menembak mereka. "Pak Cakra maafkan saya. Saya tidak sengaja," jawab Arvin merasa bersalah karena sudah membuat Cakra terluka."Saya juga bos, maafkan saya. Karena saya sudah membuat Anda juga terluka," sahut anak buahnya Bejo yang merasa bersalah karena sudah membuat Cakra terbentur pintu. Cakra hanya menatap tajam ke arah ketiganya dia hanya menganggukkan kepala dan memegang perban di keningnya. Kepalanya masih sedikit berdenyut. Melihat Alena duduk di kursi sebelahnya Cakra segera bergerak untuk bangun dia tidak tega melihat Alena duduk. Alena melihat Cakra bangun dirinya juga ikut bangun dan memegang lengan Cakra. Keduanya saling memanda
Cakra tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tuan Rosario dan Tuan Mansyur juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang akan dinikahi oleh Cakra. "Apa maksudmu mengatakan hal itu, siapa kamu yang berani meminta aku untuk tinggalkan dia, jangan bermimpi kamu," ucap Cakra yang emosi karena perkataan wanita yang ingin dijodohkan olehnya. "Aku calon istrimu, aku dan kamu sudah dijodohkan, jadi jangan melirik orang lain. Aku tidak terima karena aku ini orang yang akan menjadi pasanganmu. Jadi, tidak ada wanita lain yang menjadi pasanganmu!" pekik Della dengan kencang di depan Cakra. Della benar-benar tidak terima dengan pembatalan ini, dia sudah meninggalkan kekasihnya tapi pada kenyataannya dia malah ditolak oleh pria yang dia idamkan. Cakra yang melihat wanita di depannya ini berteriak kencang tepat di depan wajahnya mengepalkan tangannya. Tapi, Cakra tidak peduli dia segera berbalik. Sebelum berbalik dirinya menatap ke arah Daddynya dan juga Tuan Mansyur. "Sudah