"Baik, bos," ucap anak buah Cakra mengiyakan apa yang dikatakan oleh bosnya.
Anak buah Cakra yang mengikuti Alena dan saat ini berdiri di belakang Alena, anak buah Cakra segera maju ke depan. Alena melihat pria bertubuh kekar maju sedikit ketakutan dan mencoba bergeser ke samping."Mas, sini!" Anak buah Cakra segera memanggil pelayan tadi dan membisikkan sesuatu kepada pelayan tersebut.Mendengar apa yang dibisikkin oleh anak buah Cakra, pelayan tersebut terkejut tapi seketika berubah dengan menganggukkan kepala. Anak buah Cakra menepuk pundaknya dan mundur ke belakang."Maaf ya, saya mendahului, Nona," jawab anak buah Cakra kepada Alena sambil menundukkan kepala."Tidak apa, Mas," jawabnya dengan lembut.Pelayan tersebut segera menyiapkan apa yang dikatakan oleh anak buah Cakra. Setelah selesai barulah, pelayan tersebut memberikan kepada Alena."Mbak, ini pesanannya. Kebetulan sekali, kami ada giveaway dan Mbak mendapatkan giveaway itu. Dan giveaway, saya kasih rendang dan beberapa lauk lainnya ya, selamat menikmati," ujar si pelayan kepada Alena dengan mengatakan ada giveaway di tempat mereka.Mendengar hal itu Alena sedikit terkejut dia tidak percaya mendapatkan giveaway, tapi Alena tidak memperdulikannya. Alena senang, akhirnya bisa makan rendang dan mengisi perutnya. Alena mengambil bungkusannya dan menyerahkan uang berwarna biru."Terima kasih banyak, semoga warung nasi Padangnya rame dan ini uangnya untuk nasi dan sayurnya," jawab Alena menyerahkan uang kepada pelayan tersebut."Ndak usah, semuanya gratis, ambil sajalah," jawabnya kembali.Alena kembali senang karena di benar-benar beruntung bisa mendapatkan makanan yang dia inginkan secara gratis."Terima kasih sekali lagi, Uda. Kalau begitu saya permisi dulu. Mari Mas, Uda," ucap Alena kepada pelayan dan anak buah Cakra.Keduanya menganggukkan kepala ke arah Alena. Alena keluar dari warung dengan wajah berseri. Barulah, anak buah Cakra menyerahkan uang merah empat lembar kepada pelayan tersebut."Terima kasih banyak, Mas," ujar pelayan tersebut yang berterima kasih kepada pria bertubuh kekar tersebut karena memberikan uang lebih dari jumlah makanan yang dipesannya.Pria bertubuh kekar menganggukkan kepala dan segera pergi, dia tidak ingin kehilangan jejak wanita yang diminta untuk diawasi oleh bosnya.Di sisi lain, Alena segera pulang, dia kembali menyebrang untuk menunggu angkutan umum. Dengan senyuman yang merekah, Alena memeluk bungkusan tersebut. Cakra yang di dalam mobil memandang senyuman Alena, entah kenapa dirinya ikut tersenyum melihat kebahagiaan Alena."Aku tidak sabar untuk mencicipinya, rasanya seperti apa ya?" tanya Alena yang tidak sabar mencicipi rendang yang diberikan kepadanya secara gratis. Padahal dia sudah pernah makan tapi entah kenapa dia merasa jika ini pertama kali dia makan rendang.Anak buah Cakra pun ikut menyebrang dan jaraknya dengan Alena sedikit jauh hingga Alena tidak mengetahuinya. Angkutan umum berhenti di depan Alena, segera Alena naik dan duduk dengan tenang. Cakra mengikuti angkutan tersebut dari belakang. Sedangkan anak buah Cakra mengikuti dari belakang dengan angkutan lain.Sesampainya di depan gang rumah, Alena turun dan segera membayarnya ongkos. Alena melangkahkan kakinya menuju rumah kontrakan. Alena terus saja tersenyum dan tiba di depan pintu kontrakan, Alena membuka kunci dan masuk ke dalam."Sayang, kita makan dulu ya, tunggu sebentar ya, kamu pasti lapar bukan, Ibu ambilkan piring dulu ya, setelah itu kita makan," ucap Alena kepada janin kembarnya.Alena segera meletakkan bungkusan di atas meja kecil dan melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil piring dan sendok. Alena sudah tidak sabar untuk menikmati makanan tersebut. Setelah mengambil keduanya, Alena kembali ke depan dan membuka bungkusan terlihat dua bungkus nasi putih dan lauk pauk yang dibuat terpisah. Alena tidak menyangka jika dia akan diberikan sebanyak ini dari warung nasi Padang."Wah, banyak sekali. Nak, kita beruntung bisa dapat makanan sebanyak ini. Nasinya juga banyak dan lauknya juga. Ibu senang sekali nak, kita bisa makan sampai malam dan kemungkinan besok juga bisa. Alhamdulillah sekali ya," ucap Alena yang tidak menyangka jika mendapatkan begitu banyak makanan dari penjual warung nasi Padang.Alena tidak tahu jika semua itu adalah perintah dari Cakra. Sedangkan di mobil, Cakra masih menunggu apakah Alena keluar dari rumah lagi atau tidak. Hari berganti malam. Cakra masih terus berada di depan gang Alena, dia tidak peduli jika orang di sekeliling memperhatikan dirinya. Cakra yang masih menunggu di depan gang sudah tidak sabar, dia segera turun untuk langsung menemui Alena dan meminta penjelasan kepada Alena tentang apa yang dia ketahui dari anak buahnya."Aku harus menayangkan langsung padanya, aku tidak mau berdiam diri saja. Jika benar apa yang dikatakan Bule dan Bejo aku harus membawanya, aku tidak mau dia tinggal di gang sempit seperti ini," omel Cakra sepanjang jalan.Kedua anak buah Cakra yang melihat bos mereka keluar dari mobil mewahnya segera mengikuti dari belakang. Mereka ingin melindungi Cakra sekaligus memberitahukan rumah dari wanita yang diperintahkan oleh mereka untuk mengawasinya."Bos, rumahnya yang itu," ucap Bejo menunjukkan kepada Cakra rumah petak satu yang kondisinya tidak layak huni.Saat Cakra berdiri di depan rumah tersebut entah kenapa hatinya mulai tersentuh. Dia tidak menyangka jika wanita yang dia renggut kesuciannya tinggal di rumah ini. Dia sudah melihat melalui foto tapi saat melihat langsung dia tidak percaya ada orang tinggal di rumah sekecil ini. Tanpa menunggu lama, Cakra mendekati pintu rumah yang sudah terlihat ada lubang kecil. Cakra mengetuk pintu tiga kali.Tok! Tok! Tok!Alena yang berada di dalam dan baru saja selesai solat bergegas berdiri dan melangkahkan kaki menuju pintu. Alena yang tidak sempat membuka mukenah segera membuka pintu. Saat pintu terbuka, terlihatlah wajah pria yang merebut kesuciannya ada di depan matanya.Cakra terdiam saat melihat Alena menggunakan mukenah dan itu terlihat berbeda. Jantung Cakra mulai tidak karuan, degupan jantungnya mulai kencang, kaki Cakra seperti jelly, dia tidak tahu kenapa semua itu dia rasakan."A~apa yang Anda lakukan di sini, Pak Cakra?" tanya Alena dengan hati~hati.Mendengar pertanyaan dari Alena dengan suara lemah lembut membuat Cakra makin tidak karuan. Sejak kejadian tersebut Cakra sudah memikirkan Alena hingga dia tidak konsentrasi bekerja karena dipenuhi wajah Alena dan rasa penyesalannya sekarang dia semakin gila karena Alena yang berubah menjadi lembut kepadanya."Ehmmm, saya mau masuk eh bukan saya mau bicara boleh saya masuk?" tanya Cakra meralat pertanyaannya."Oh, silahkan," jawab Alena mempersilahkan Cakra masuk.Cakra membuka sepatunya dan masuk ke dalam rumah Alena yang menurutnya sesak dan pengap. Cakra duduk di bawah pintu sengaja tidak di tutup agar para tetangga tidak curiga dengan dirinya. Cakra melihat makanan yang tadi dibeli Alena. Rendang dan beberapa lauk lainnya. Cakra tersenyum tipis melihat semuanya."Maaf, Pak Cakra mau minum apa?" tanya Alena sambil memandang Cakra dengan ketakutan."Tidak, saya tidak haus," jawab Cakra singkat.Alena hanya menganggukkan kepala dan duduk di depan Cakra. Alena menundukkan kepala dia takut untuk menatap wajah Cakra. Dia teringat dengan semua ucapan Cakra sehingga dia mulai menjaga jarak dengan Cakra."Apa kamu hamil anak saya?" tanya Cakra to the point kepada Alena.Mendengar pertanyaan dari Cakra membuat Alena terdiam, tubuhnya mulai kaku dan entah kenapa kepalanya mulai terasa pusing mendengar pertanyaan Cakra dan bughhh! Alena pingsan hingga membuat Cakra terkejut dan dengan cepat Cakra meraih tubuh Alena agar tidak membentur lantai terbuat dari semen."Kenapa dia pingsan? Apa pertanyaan aku salah?" tanya Cakra yang heran kenapa Alena pingsan saat dia mengatakan hal itu padanya.Cakra yang memangku Alena melakukan pertolongan pertama dengan menepuk-nepuk pipinya untuk membangunkan Alena yang saat ini pingsan di pangkuannya. "Bangun, cepat bangun. Kenapa kamu pingsan, bagaimana ini," ujar Cakra yang tidak tahu harus berbuat apa. Cakra tidak punya pilihan lain, akhirnya dia menggendong Alena untuk membawanya ke rumah sakit. Dia takut jika terjadi apa-apa dengan Alena. Anak buah Cakra yang saat ini berada di luar ikut terkejut melihat bosnya menggendong wanita yang mereka ikuti. "Bos, kenapa dengan dia?" tanya anak buah Cakra bernama Bule. "Jaga di sini, saya mau bawa dia ke rumah sakit," jawab Cakra singkat. Bule dan Bejo mendengar jawaban dari Cakra hanya menganggukkan kepala, dia membiarkan bosnya pergi membawa wanita tersebut. Cakra melangkahkan kaki menuju mobilnya sesampainya di mobil, Cakra sedikit kesulitan untuk membuka pintu mobil. "Sial, bagaimana aku bisa membuka pintu ini, akhh!" Cakra kesal karena dia tidak tahu bagaimana cara mengambil kunci
Cakra semalaman menjaga Alena dia tidak membiarkan Alena sendirian di rumah sakit. Cakra meletakkan kepalanya di samping tangan Alena sambil memegang tangannya. Alena terbangun dari tidurnya, matanya perlahan terbuka. Dia mengerjapkan matanya dan melihat sekeliling ruangan. Bau obat dan bercat putih itu yang dia lihat saat ini. "Dimana aku, apa aku? Kepalaku sakit sekali," ucapnya sambil mencoba memejamkan matanya kembali mencoba menenangkan dirinya. Saat tangannya ingin digerakkan, Alena merasakan ada sesuatu di sampingnya. Dia melihat ada pria yang tidur sambil memegang tangannya. Alena menariknya perlahan, tapi tarikkannya membuat pria tersebut terbangun dan langsung menatapnya. Alena terkejut dengan apa yang dia lihat, pria yang ada di depannya adalah Cakra, CEO sekaligus ayah dari anak-anaknya. Alena menundukkan kepala ke bawah sambil memilin tangannya. Alena takut untuk bertemu Cakra apa lagi dia tidak mau jika Cakra mengetahuinya hamil. Alena tidak mau dihina lagi seperti w
Cakra terdiam saat mendengar apa yang dikatakan oleh Alena. Cakra memandang lekat Alena dan tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya. Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Alena yang gugup segera mengalihkan pandangannya dari Cakra, dia menundukkan kepala sambil memilin jarinya. "Aku sudah katakan. Jika ada yang berbicara denganmu pandang lawan bicaramu bukan malah menunduk," ucap Cakra dengan suara datar yang meminta kepada Alena untuk memandang dirinya. Alena pun mengangkat kepalanya, dia memberanikan diri untuk memandang Cakra. Cakra menghela nafas, dia sudah membuat wanita yang di depannya ini ketakutan. Padahal di awal wanita ini sangat berani untuk memandangnya dan menjawab apa yang dia katakan tapi saat ini Alena malah diam 1000 bahasa. "Kamu ingin bertemu dengan ibumu, kalau begitu keluar dari rumah sakit kita akan ke rumahmu, aku akan mengatakan kepada ibumu jika aku akan melamarmu kalau perlu langsung menikah tidak perlu menunggu lama bagaimana kamu senang?" ta
"Kamu temui Daddy sekarang juga, tidak boleh menolak setengah jam dari sekarang kamu sudah ada di rumah," ucap Tuan Rosario Sastrawinata kepada Cakra. "Ta...." Cakra menghentikan ucapannya karena panggilan karena Tuan Rosario berakhir. Cakra hanya bisa diam dia tidak tahu harus apa saat ini. Tuan Rosario kalau sudah memerintah tidak lihat situasi. Tuan Rosario selalu meminta kepadanya cepat dan tidak boleh membantah sama sekali. Cakra melihat Alena yang masih tidur. Cakra mengirimkan pesan kepada dua anak buahnya yang dia perintahkan untuk mengikuti Alena untuk datang ke rumah sakit dan menjaganya. Cakra menunggu anak buahnya datang. Dia tidak memperdulikan jika dia terlambat datang untuk bertemu Tuan Rosario Daddynya. Anak buah Cakra Bejo dan Bule yang mendapat pesan untuk ke rumah sakit segera pergi. Rumah Alena sudah ditutup oleh keduanya. Mereka pun pergi menemui Cakra di rumah sakit. "Jo, kita ke rumah sakit untuk mengawasi wanita bos Cakra ya?" tanya Bule yang duduk di bonc
Tuan Rosario mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra membolakan matanya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anaknya itu. "Aku tidak pernah berbohong, itu kesalahan semalam. Aku tidak bisa menahannya. Aku melepaskan masa lajangku bersama dia, lagipula tidak ada salahnya, dia juga masih perawan jadi pas," jawab Cakra sekenaknya hingga membuat Tuan Rosario kesal kepadanya dan melemparkan buku ke arah Cakra. Bughhh! Cakra yang tidak bisa mengelak dengan lemparan dari Tuan Rosario harus pasrah. Kepalanya mengenai kening dan membuat keningnya sedikit tergores dan mengeluarkan darah. Cakra mengusap keningnya dan melihat di ujung jarinya ada sedikit darah. Hal yang wajar jika daddynya seperti itu. Tuan Rosario menahan amarahnya, nafasnya naik turun melihat anaknya yang menurutnya sangat kurang ajar. Dulu waktu mendiang istrinya masih hidup dia sangat menghargai dan menyayangi istrinya itu tapi anaknya ini malah berbanding terbalik dengan dirinya. "Anak nakal, anak tidak tah
Kedua orang tua wanita tersebut memandang ke arah anaknya yang sudah rapi dan berdiri depan mereka dengan senyum mengembang dan mengatakan jika dirinya sudah siap bertemu dengan pria yang akan menikahi dirinya. "Kamu ngomong apa? Coba katakan kepada kami berdua?" tanya pria paruh baya bernama Mansyur. "Daddy, kenapa mengatakan itu. Kamu ngomong apa. Ya ngomong kalau aku itu mau ke rumah pria yang menjadi calonku nanti. Apa Daddy lupa, aku kembali ke Indonesia karena apa? Karena perjodohan dengan Cakra. Apa Daddy lupa dengan apa yang Daddy katakan ke aku, atau Daddy sengaja tidak mau menikahi aku dengan dia, anak teman Daddy itu?" tanya wanita seksi yang bernama Della. Iya tapi, kamu tidak boleh seperti itu dandannya. Yang sopan dan kalau kamu seperti ini, kamu akan buat dia malu dan dia akan batalkan perjodohan ini, ganti pakaian kamu. Dan akan temui dia kalau kita sudah dihubungi oleh Tuan Rosario," ucap Tuan Mansyur kepada anaknya. Della yang mendengar perkataan dari Tuan Mansy
"Minumnya, pelan-pelan saja, jangan terburu-buru," ucap Cakra dengan suara berat dan nafas yang terasa hangat menerpa wajah Alena. Alena menutup matanya entah kenapa dirinya merasakan kenyamanan saat didekat Cakra. Apalagi parfum yang dia cium sama dengan parfum yang ada dibaju Cakra waktu itu. Cakra yang melihatnya menarik sudut bibirnya. Tanpa basa basi Cakra segera memeluk Alena dalam dekapannya. Mendapatkan pelukkan dari Cakra membuat Alena merasa tenang dan Alena balik membalas pelukkan Cakra. "Bos, ada kabar da...." Arvin yang tiba-tiba masuk terkejut melihat bos Cakra sedang memeluk Alena. Dia seketika berbalik agar tidak melihat pemandangan yang membuat dirinya merasa rendah diri karena sebagai kaun jomblo pasti pemandangan yang dia lihat tadi sangat membuatnya iri. Cakra mendengar suara Arvin langsung melepaskan pelukkannya dan berdehem kecil. Mendengar deheman dari Cakra, Arvin segera berbalik dan menundukkan kepala kepada Cakra. Arvin mendekati Cakra dan membisikkan ses
Cakra hanya bisa diam dan tidak mengatakan apapun dirinya tidak bisa berkata apa-apa dengan apa yang dilakukan anak buahnya itu. Cakra menahan amarahnya karena di depannya ada Alena yang mengatakan dirinya jangan menembaknya. Sejak kapan dia akan menembak mereka dan Cakra pasti menyangka jika ini ulah mereka yang mengatakan kalau dia marah akan menembak mereka. "Pak Cakra maafkan saya. Saya tidak sengaja," jawab Arvin merasa bersalah karena sudah membuat Cakra terluka."Saya juga bos, maafkan saya. Karena saya sudah membuat Anda juga terluka," sahut anak buahnya Bejo yang merasa bersalah karena sudah membuat Cakra terbentur pintu. Cakra hanya menatap tajam ke arah ketiganya dia hanya menganggukkan kepala dan memegang perban di keningnya. Kepalanya masih sedikit berdenyut. Melihat Alena duduk di kursi sebelahnya Cakra segera bergerak untuk bangun dia tidak tega melihat Alena duduk. Alena melihat Cakra bangun dirinya juga ikut bangun dan memegang lengan Cakra. Keduanya saling memanda