Home / Romansa / Tiga Bayi Sang Mafia / Bab 7. Mulai Tersentuh

Share

Bab 7. Mulai Tersentuh

Author: ZeeHyung
last update Last Updated: 2023-11-23 14:35:35

"Baik, bos," ucap anak buah Cakra mengiyakan apa yang dikatakan oleh bosnya.

Anak buah Cakra yang mengikuti Alena dan saat ini berdiri di belakang Alena, anak buah Cakra segera maju ke depan. Alena melihat pria bertubuh kekar maju sedikit ketakutan dan mencoba bergeser ke samping.

"Mas, sini!" Anak buah Cakra segera memanggil pelayan tadi dan membisikkan sesuatu kepada pelayan tersebut.

Mendengar apa yang dibisikkin oleh anak buah Cakra, pelayan tersebut terkejut tapi seketika berubah dengan menganggukkan kepala. Anak buah Cakra menepuk pundaknya dan mundur ke belakang.

"Maaf ya, saya mendahului, Nona," jawab anak buah Cakra kepada Alena sambil menundukkan kepala.

"Tidak apa, Mas," jawabnya dengan lembut.

Pelayan tersebut segera menyiapkan apa yang dikatakan oleh anak buah Cakra. Setelah selesai barulah, pelayan tersebut memberikan kepada Alena.

"Mbak, ini pesanannya. Kebetulan sekali, kami ada giveaway dan Mbak mendapatkan giveaway itu. Dan giveaway, saya kasih rendang dan beberapa lauk lainnya ya, selamat menikmati," ujar si pelayan kepada Alena dengan mengatakan ada giveaway di tempat mereka.

Mendengar hal itu Alena sedikit terkejut dia tidak percaya mendapatkan giveaway, tapi Alena tidak memperdulikannya. Alena senang, akhirnya bisa makan rendang dan mengisi perutnya. Alena mengambil bungkusannya dan menyerahkan uang berwarna biru.

"Terima kasih banyak, semoga warung nasi Padangnya rame dan ini uangnya untuk nasi dan sayurnya," jawab Alena menyerahkan uang kepada pelayan tersebut.

"Ndak usah, semuanya gratis, ambil sajalah," jawabnya kembali.

Alena kembali senang karena di benar-benar beruntung bisa mendapatkan makanan yang dia inginkan secara gratis.

"Terima kasih sekali lagi, Uda. Kalau begitu saya permisi dulu. Mari Mas, Uda," ucap Alena kepada pelayan dan anak buah Cakra.

Keduanya menganggukkan kepala ke arah Alena. Alena keluar dari warung dengan wajah berseri. Barulah, anak buah Cakra menyerahkan uang merah empat lembar kepada pelayan tersebut.

"Terima kasih banyak, Mas," ujar pelayan tersebut yang berterima kasih kepada pria bertubuh kekar tersebut karena memberikan uang lebih dari jumlah makanan yang dipesannya.

Pria bertubuh kekar menganggukkan kepala dan segera pergi, dia tidak ingin kehilangan jejak wanita yang diminta untuk diawasi oleh bosnya.

Di sisi lain, Alena segera pulang, dia kembali menyebrang untuk menunggu angkutan umum. Dengan senyuman yang merekah, Alena memeluk bungkusan tersebut. Cakra yang di dalam mobil memandang senyuman Alena, entah kenapa dirinya ikut tersenyum melihat kebahagiaan Alena.

"Aku tidak sabar untuk mencicipinya, rasanya seperti apa ya?" tanya Alena yang tidak sabar mencicipi rendang yang diberikan kepadanya secara gratis. Padahal dia sudah pernah makan tapi entah kenapa dia merasa jika ini pertama kali dia makan rendang.

Anak buah Cakra pun ikut menyebrang dan jaraknya dengan Alena sedikit jauh hingga Alena tidak mengetahuinya. Angkutan umum berhenti di depan Alena, segera Alena naik dan duduk dengan tenang. Cakra mengikuti angkutan tersebut dari belakang. Sedangkan anak buah Cakra mengikuti dari belakang dengan angkutan lain.

Sesampainya di depan gang rumah, Alena turun dan segera membayarnya ongkos. Alena melangkahkan kakinya menuju rumah kontrakan. Alena terus saja tersenyum dan tiba di depan pintu kontrakan, Alena membuka kunci dan masuk ke dalam.

"Sayang, kita makan dulu ya, tunggu sebentar ya, kamu pasti lapar bukan, Ibu ambilkan piring dulu ya, setelah itu kita makan," ucap Alena kepada janin kembarnya.

Alena segera meletakkan bungkusan di atas meja kecil dan melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil piring dan sendok. Alena sudah tidak sabar untuk menikmati makanan tersebut. Setelah mengambil keduanya, Alena kembali ke depan dan membuka bungkusan terlihat dua bungkus nasi putih dan lauk pauk yang dibuat terpisah. Alena tidak menyangka jika dia akan diberikan sebanyak ini dari warung nasi Padang.

"Wah, banyak sekali. Nak, kita beruntung bisa dapat makanan sebanyak ini. Nasinya juga banyak dan lauknya juga. Ibu senang sekali nak, kita bisa makan sampai malam dan kemungkinan besok juga bisa. Alhamdulillah sekali ya," ucap Alena yang tidak menyangka jika mendapatkan begitu banyak makanan dari penjual warung nasi Padang.

Alena tidak tahu jika semua itu adalah perintah dari Cakra. Sedangkan di mobil, Cakra masih menunggu apakah Alena keluar dari rumah lagi atau tidak. Hari berganti malam. Cakra masih terus berada di depan gang Alena, dia tidak peduli jika orang di sekeliling memperhatikan dirinya. Cakra yang masih menunggu di depan gang sudah tidak sabar, dia segera turun untuk langsung menemui Alena dan meminta penjelasan kepada Alena tentang apa yang dia ketahui dari anak buahnya.

"Aku harus menayangkan langsung padanya, aku tidak mau berdiam diri saja. Jika benar apa yang dikatakan Bule dan Bejo aku harus membawanya, aku tidak mau dia tinggal di gang sempit seperti ini," omel Cakra sepanjang jalan.

Kedua anak buah Cakra yang melihat bos mereka keluar dari mobil mewahnya segera mengikuti dari belakang. Mereka ingin melindungi Cakra sekaligus memberitahukan rumah dari wanita yang diperintahkan oleh mereka untuk mengawasinya.

"Bos, rumahnya yang itu," ucap Bejo menunjukkan kepada Cakra rumah petak satu yang kondisinya tidak layak huni.

Saat Cakra berdiri di depan rumah tersebut entah kenapa hatinya mulai tersentuh. Dia tidak menyangka jika wanita yang dia renggut kesuciannya tinggal di rumah ini. Dia sudah melihat melalui foto tapi saat melihat langsung dia tidak percaya ada orang tinggal di rumah sekecil ini. Tanpa menunggu lama, Cakra mendekati pintu rumah yang sudah terlihat ada lubang kecil. Cakra mengetuk pintu tiga kali.

Tok! Tok! Tok!

Alena yang berada di dalam dan baru saja selesai solat bergegas berdiri dan melangkahkan kaki menuju pintu. Alena yang tidak sempat membuka mukenah segera membuka pintu. Saat pintu terbuka, terlihatlah wajah pria yang merebut kesuciannya ada di depan matanya.

Cakra terdiam saat melihat Alena menggunakan mukenah dan itu terlihat berbeda. Jantung Cakra mulai tidak karuan, degupan jantungnya mulai kencang, kaki Cakra seperti jelly, dia tidak tahu kenapa semua itu dia rasakan.

"A~apa yang Anda lakukan di sini, Pak Cakra?" tanya Alena dengan hati~hati.

Mendengar pertanyaan dari Alena dengan suara lemah lembut membuat Cakra makin tidak karuan. Sejak kejadian tersebut Cakra sudah memikirkan Alena hingga dia tidak konsentrasi bekerja karena dipenuhi wajah Alena dan rasa penyesalannya sekarang dia semakin gila karena Alena yang berubah menjadi lembut kepadanya.

"Ehmmm, saya mau masuk eh bukan saya mau bicara boleh saya masuk?" tanya Cakra meralat pertanyaannya.

"Oh, silahkan," jawab Alena mempersilahkan Cakra masuk.

Cakra membuka sepatunya dan masuk ke dalam rumah Alena yang menurutnya sesak dan pengap. Cakra duduk di bawah pintu sengaja tidak di tutup agar para tetangga tidak curiga dengan dirinya. Cakra melihat makanan yang tadi dibeli Alena. Rendang dan beberapa lauk lainnya. Cakra tersenyum tipis melihat semuanya.

"Maaf, Pak Cakra mau minum apa?" tanya Alena sambil memandang Cakra dengan ketakutan.

"Tidak, saya tidak haus," jawab Cakra singkat.

Alena hanya menganggukkan kepala dan duduk di depan Cakra. Alena menundukkan kepala dia takut untuk menatap wajah Cakra. Dia teringat dengan semua ucapan Cakra sehingga dia mulai menjaga jarak dengan Cakra.

"Apa kamu hamil anak saya?" tanya Cakra to the point kepada Alena.

Mendengar pertanyaan dari Cakra membuat Alena terdiam, tubuhnya mulai kaku dan entah kenapa kepalanya mulai terasa pusing mendengar pertanyaan Cakra dan bughhh! Alena pingsan hingga membuat Cakra terkejut dan dengan cepat Cakra meraih tubuh Alena agar tidak membentur lantai terbuat dari semen.

"Kenapa dia pingsan? Apa pertanyaan aku salah?" tanya Cakra yang heran kenapa Alena pingsan saat dia mengatakan hal itu padanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 151. Epilog

    Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 150. Pemakaman

    Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 149. Separuh Jiwaku Pergi

    Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 148. Kepergian Alena

    "Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 147. Operasi

    Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 146. Aku Tidak Judi Mommy

    Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status