Share

95. Terror Gerobak Berhantu

“Mang, nasi gorengnya tiga bungkus ya, seperti biasa,” ucap Sri, pada penjual nasi goreng keliling di depan.

Dia dan Khalid memang sangat hobby membeli nasi goreng di jam-jam setelah isya seperti sekarang ini. Apa lagi nasi goreng buatan Mang Herman ini memang terkenal sangat lezat di kampung.

Sri mengerutkan dahi. Tak biasanya Mang Herman banyak diam seperti sekarang. Biasanya juga dia akan mengajak Khalid ngobrol banyak hal, atau sekedar menggoda putra kedua Sri. Namun, Sri masih tetap berprasangka baik. Mungkin Mang Herman tengah sakit gigi.

Tiga bungkus nasi goreng pun disodorkan Mang Herman setelah dibungkus lebih dulu dengan styrofoam dan kresek hitam. Sri segera memberikan uang pada Mang Herman. “Kembaliannya seperti biasa ambil saja, Mang.” Sri meraih lengan Khalid lalu menuntunnya segera menuju halaman pondok.

“Loh, Ummi sama Khalid dari mana?” tegur Khalif yang sepertinya baru kembali setelah selesai mengaji.

“Kami habis membeli nasi goreng, Bang. Ayo pulang, kita makan sama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status