Pria Tak Kasat Mata

Pria Tak Kasat Mata

Oleh:  Moyna Pakhi  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 Peringkat
21Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Kenapa, Pak? Ada yang salah?" tanyaku. "Eh, nggak, nggak .. Cuma, kalian orang pertama yang menempati rumah ini semenjak ... " Pria tua itu terlihat gugup seolah tak ingin melanjutkan perkataannya. "Semenjak apa?" *** Entah kenapa aku tergerak untuk melangkahkan kakiku ke kamar gadis itu untuk melihatnya. Ia sedang berbaring sambil memejamkan matanya. Perlahan aku beranjak mendekatinya lalu duduk di ujung tempat tidurnya. Aku memperhatikan wajah gadis itu sesaat, ia tampak lelah. Aku tersenyum. Aku bahagia karena aku tak lagi sendirian di rumah ini.

Lihat lebih banyak
Pria Tak Kasat Mata Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lila Masita Wibawanti
hanya membaca
2022-02-03 15:04:38
0
21 Bab
Bab 1 Pindah Rumah
Mungkin segalanya akan menjadi lebih baik dengan memulai hidup dengan suasana yang baru, sehingga aku bisa melupakan semua kejadian yang hampir membuatku jadi gila.Tante Eliza mengajakku pindah ke rumah baru yang ia beli di Selumba, sebuah kota kecil. Aku mengikut saja, meskipun sebenarnya sangat berat bagiku untuk meninggalkan rumah tempat aku dibesarkan dari lahir hingga sekarang. Namun, semakin lama aku berdiam di sana, semakin aku tak bisa melupakan semua kenangan itu.Mobil kami menyusuri pejalanan yang cukup panjang, dari satu kota ke kota lain. Kami sudah berada di mobil selama berjam-jam untuk sampai di rumah baru itu. Aku pun mulai merasa bosan. Aku menoleh pada Tante El yang masih fokus menyetir, wajahnya terlihat lelah."Capek ya?" Seolah tahu aku sedang memperhatikannya, Tante El menoleh lalu tersenyum padaku."Iya Tan, udah gak sabar pengen liat rumah baru," ucapku seraya membalas senyuman Tante El."Pasti kamu suka. Rumahnya luas dan
Baca selengkapnya
Bab 2 Makan Malam
Tak banyak restoran mewah yang kami temui di kota ini. Tante El menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah makan. Aku melihat melalui kaca jendela mobil, rumah makan itu terlihat begitu ramai.Tante El keluar dari mobilnya, aku mengekor. Kami duduk di kursi yang terletak paling sudut yang belum di tempati sehingga dari situ aku bisa dengan jelas melihat orang-orang yang begitu ramai. Kami pun memesan ayam bakar dan minuman hangat."Tempat ini pasti terkenal, ramai sekali," ucap Tante El sambil menyantap ayam bakar yang baru saja disajikan.Aku melihat di meja seberang, anak-anak seusiaku terlihat begitu ramai. Aku berpikir, apakah mereka adalah anak-anak yang juga murid di sekolah baruku. Mereka terlihat begitu riang sambil sesekali tergelak ketika salah satu di antara mereka mengatakan hal-hal yang lucu, seolah tak memiliki beban sama sekali dalam hidup mereka.Aku terus memperhatikan mereka hingga tanpa sadar salah satu dari mereka merasa jika aku memp
Baca selengkapnya
Bab 3 Tentang Aku (Arya)
Aku sudah begitu lama tinggal di tempat ini, dan mungkin aku akan menghabiskan seluruh waktuku di rumah ini. Arwahku sudah terperangkap dan tak akan pernah bisa pergi dari sini.Bahkan, sekedar untuk keluar dari rumah ini pun aku tak akan bisa, dan tak akan pernah ada yang melihatku kesepian sepanjang waktu di tempat ini. Namun, sesuatu yang berbeda hari ini terjadi. Sebuah mobil sederhana berwarna silver tiba-tiba berhenti di jalan dan masuk ke pekarangan rumah ini. Tidak aneh memang, kalau terkadang ada orang yang penasaran dengan rumah ini setelah mereka mendengar cerita-cerita tentang pembunuhan, yang sebenarnya sama sekali tidak benar. Mereka memasuki rumah ini hanya karena penasaran, sayangnya mereka sama sekali tak bisa melihatku, entah kenapa tak ada yang sanggup melihatku. Entah karena mereka yang tak memiliki kemampuan untuk melihatku, atau aku yang tak memiliki kemampuan untuk menunjukkan diriku.Sementara itu, kebanyakan orang lain
Baca selengkapnya
Bab 4 Hari Libur
"Sella, bangun! Udah siang." Aku terjingkat mendengar Tante El berteriak."Hmm, iya iya Tante bawel," ucapku yang masih setengah sadar.Dengan malas, aku menyibakkan selimut yang dengan hangatnya menutup tubuhku. Aku bangkit dari tidurku, sesaat terdiam duduk di sisi ranjang, kejadian tadi malam kembali teringat. Ada seseorang yang memperhatikanku dan duduk di ujung ranjangku. Ah tidak, mungkin semalam aku hanya bermimpi, atau berhalusinasi karena terlalu lelah. Aku perlahan bangkit dari dudukku dan bergegas keluar kamar. Aku berjalan menuruni anak tangga yang menuju ke dapur di bawah. Tante El sedang membuatkan sarapan."Pagi, Tan," ucapku sambil duduk di kursi meja makan."Pagi." Tante El menyodorkanku secangkir kopi."Gimana tidur kamu semalam, nyenyak?" tanya Tante El ketika aku sedang menyeruput kopi itu."Em nyenyak Tan. Cuma rasanya agak aneh aja, mungkin karena rumah baru jadi belum terbiasa," ujarku menutup
Baca selengkapnya
Bab 5 Sekolah Baru
Pagi tiba lebih cepat daripada yang kuharapkan. Entah kenapa, aku merasa tak ingin sekolah. Aku merasa gugup jika bertemu dengan orang baru. Aku benci ketika murid-murid nanti akan menatapku ketika aku masuk kelas.Setelah selesai memakai seragam, aku turun ke dapur untuk menemui Tante El. Tante El sedang duduk sambil minum kopi."Pagi, keponakan tante yang paling cantik!" ucapnya ketika melihatku berjalan mendekatinya. Aku membalasnya dengan senyum tipis sambil menuangkan secangkir kopi untuk diriku sendiri."Udah siap nih mau masuk sekolah baru?"Aku menghela napas sambil mengangkat bahuku. Seharusnya Tante El tahu apa yang kurasakan, aku tidak siap."Nggak apa-apa. Mulai sekarang, kamu harus mulai percaya diri. Cobalah berbicara dengan teman baru, seenggaknya satu orang aja untuk hari ini. Kamu pasti bisa!" Tante El tersenyum sembari mengusap kedua bahuku memberiku semangat.Aku menunduk lalu mengangguk pelan. "Iya, Tan.""Ngomong-
Baca selengkapnya
Bab 6 Sendirian di Rumah
Jam pelajaran terakhir akhirnya selesai juga. Semua siswa mulai berkemas-kemas dan bersiap untuk pulang. Aku mencari Daniel dan teman-temannya yang lain, tapi aku tidak berhasil menemukannya. Aku mengerucutkan bibirku kesal, mungkin mereka sudah pulang duluan.Aku melangkahkan kakiku di jalan raya, berjalan menuju rumah baru itu. Jalanan ini dipenuhi pepohonan rindang di kedua sisinya sehingga udaranya tidak terasa panas meskipun matahari sedang terik. Dari kejauhan aku melihat rumah yang sudah beberapa hari kami tinggali. Apakah hanya aku yang merasa rumah itu terlihat seram? Sedangkan, Tante El merasa nyaman-nyaman saja tinggal di rumah itu.Rasanya aku tak ingin memasuki rumah itu sendirian. Tapi, Tante El sedang bekerja, hari ini hari pertamanya bekerja. Tak ada pilihan lain, mau tak mau aku sendirian di rumah menyeramkan itu hari ini.Perlahan aku melangkahkan kakiku menaiki tangga depan dan membuka kunci pintu. Aku bergegas ganti baju lalu kembali ke ruang
Baca selengkapnya
Bab 7 Hampir Ketahuan
Siang itu, gadis yang telah kuketahui bernama Sella sedang duduk di menonton televisi dengan tantenya, mereka menghabiskan waktu sepanjang hari di sana. Dulu, aku juga suka menonton kartun seperti itu di TV.Aku memutuskan untuk kembali ke basmen. Aku tak ingin berada dalam satu ruangan dengan mereka karena sepertinya gadis itu bisa merasakan keberadaanku. Namun terkadang aku suka memperhatikannya ketika ia sedang tidur.Aku duduk di sofa yang ada di basmen, namun aku merasa bosan sendirian sepanjang waktu di tempat seperti ini. Pikiranku kembali ingin melihat mereka yang sedang berada di lantai atas, entah kenapa aku ingin sekali bisa berbicara dengan mereka dan berteman dengan mereka. Mungkin, karena telah begitu lama sendirian, membuatku menginginkan seorang teman.Aku bangkit dari dudukku dan mulai berjalan ke sana ke mari di ruangan itu. Hingga tanpa sengaja aku menjatuhkan beberapa buku dari rak buku. Segera aku mengambilnya dan meletakkannya kembali
Baca selengkapnya
Bab 8 Dia Pembunuh
Setelah makan malam selesai, Aku dan Tante El menonton film di kamarnya. Baru setengah jam-an, Tante El sudah ketiduran. Aku pun mulai mengantuk, aku ingin kembali ke kamar namun segera kuurungkan niatku karena aku teringat ada sosok aneh di rumah ini. Aku selalu mendengar suara-suara aneh itu. Rasanya, aku tak ingin sendirian lagi di rumah ini.Aku memutuskan untuk tidur bersama Tante El. Aku akan berpura-pura ketiduran saat menonton.***"Mau kubuatin kopi, Tan?" tanyaku pada Tante El. Ia mengangguk.Kami minum kopi kami dalam keheningan yang nyaman. Aku suka seperti ini, ketika tidak ada yang perlu bicara dan tidak akan canggung."Udah siang. Kita lebih baik berangkat sekarang daripada nanti terlambat," ucap Tante El. "Oke," Aku menghela nafas, rasanya tidak ingin pergi ke sekolah."Kamu mau tante anterin?""Nggak kok, Tan. Aku lebih suka jalan kaki, lebih sehat." Aku memberinya senyum kecil sembari mengambil barang-ba
Baca selengkapnya
Bab 9 Melihatnya di Ruang Bawah Tanah
Aku melangkah gontai menuju rumah. Percakapan siang tadi dengan teman-temanku masih terngiang-ngiang di kepalaku. Benarkah, ada hantu di rumahku?Semakin dipikirkan, semakin membuatku takut untuk kembali ke rumah. Namun tanpa sadar, aku sudah sampai di teras rumah. Aku membuka kunci pintu lalu masuk. Semuanya tampak normal. Aku merebahkan bokongku di sofa.Ting .. ponselku berbunyi. Sebuah pesan masuk tertera di layar. Dari Tante El. Hari ini ia akan pulang malam.Hebat! Kata-kata Icha benar-benar berhasil membuatku takut. Padahal, bisa saja dia hanya mengarang cerita itu untuk menakut-nakutiku. Mana ada anak yang tega membunuh ibu dan saudara perempuannya sendiri? Lalu membunuh dirinya sendiri? Itu aneh. Tidak masuk akal!Aku menggeleng. Aku meyakinkan diri, hantu itu tidak ada, tidak akan ada yang menyakitiku di sini. Aku menghidupkan televisi di ruang tengah dan menyalakan semua lampu di rumah.Samar-samar aku mendengar sesuatu dari ruang bawah
Baca selengkapnya
Bab 10 Bukan Halusinasi
Aku mendengar sesuatu di belakangku dan aku merasakan seperti ada seseorang memperhatikanku. Aku berpikir mungkin hanya halusinasiku saja, sembari membalikkan tubuhku ke belakang. Betapa terkejutnya aku ketika melihat cowok tampan seusiaku menatapku. Beraninya dia masuk ke rumahku tanpa sepengetahuanku! Aku menatapnya dengan mulut menganga dan kedua mata terbelalak lebar seolah tak percaya dengan apa yang kulihat. Aku melemparkan garam yang sedari tadi kugenggam ke matanya."Aduh!" pekiknya sembari mengucek matanya.Dengan cepat, aku berlari menaiki tangga. Dia tidak mengejarku. Namun aku harus keluar dari sini, menjauh darinya. Atau kalau perlu aku harus menelepon polisi.Aku berlari keluar dari ruang bawah tanah dan berlari ke ruang tamu, tapi aku tersandung tali sepatuku dan jatuh membentur lantai dengan keras. Dan aku tak ingat apa-apa lagi.***"Sella.. kamu kenapa tidur di sini?" Aku mendengar suara seseorang berkata
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status