공유

Chapter 8

작가: DTLotus07
last update 최신 업데이트: 2021-06-07 19:25:04

Sunmi memutar-mutar pensil di tangannya, tak fokus sedari tadi karena mengingat kata-katanya sendiri beberapa hari yang lalu. Sebenarnya ia tak berniat untuk membuat Myungsuk marah, tapi karena perkataannya tempo hari, sampai sekarang kekasihnya itu belum juga menghubunginya.

Waktu istirahat akan berakhir sebentar lagi, dan Sunmi masih belum beranjak dari kursinya sejak bel berbunyi. Panggilan dari teman sekelasnya tak ia hiraukan, seolah pikirannya hanya mampu fokus pada satu hal.

Pada Hyun Myungsuk yang ia rasa mulai menjauh.

Gadis itu menghela nafas berkali-kali, lelah sendiri dengan skenario bodoh yang sudah ia buat. Sunmi mengutuk Myungsuk dalam hatinya. Brengsek, apa dia masih butuh aku, batinnya. Persetan kau, ulzzang brengsek.

Lama bermonolog sendiri, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia lekas mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk yang dikirimkan oleh seseorang beberapa detik yang lalu.

From: Wooseok-Oppa

Sunmi-ya, datanglah ke studio malam ini. Ada pekerjaan untukmu.

PS: Ini tentang Dan T.

Kedua matanya membola ketika ia membaca nama Dan T tertera di sana. Serius, sampai kapan pun tatapan dingin milik pria berkulit pucat itu tidak akan pernah ia lupakan. Tapi entah kenapa, sejak pertama kali melihat sosok asli Dan T, Sunmi sangat mengaguminya.

Ia bahkan beberapa kali mempromosikan lagu milik Dan T lewat blognya tak lama setelah mereka bertatap muka.

Sunmi segera mengetikkan balasan di sana. Bibirnya tak henti melengkungkan sebuah senyum manis. Sepertinya masalah Hyun Myungsuk bisa ia lupakan untuk sesaat malam ini.

****

Wooseok terus saja memperhatikan Seojin yang sejak tadi mengetikkan sederet kalimat panjang di laptopnya. Pria itu tahu bahwa pujaan hatinya adalah seorang food blogger profesional. Pada awalnya, ia mengenal Seojin lewat beberapa postingan video youtube miliknya.

"Noona, tidak bosan memandang layar putih itu?" Suara Wooseok terdengar dalam studio yang hening. Seojin menghentikan ketukan jarinya di atas keyboard dan segera menoleh ke arah Wooseok.

"Tidak, aku sudah biasa." Ia hanya menoleh sebentar, kemudian mengabaikan Wooseok lagi, membuat pria dua puluh tiga tahun itu cemberut karena diabaikan oleh pujaan hatinya.

"Mereka kapan selesai? Aku sudah lapar." Tatapan Seojin masih fokus melihat ke layar laptop, jemarinya masih menari-nari di sana. Ia berucap tanpa menoleh.

"Sebentar lagi, Noona. Nanti kita makan malam bersama."

Seojin hanya menganggukkan kepalanya, memainkan bibir tanpa menoleh. "Kita makan malam berempat dengan Sunmi dan Dantae, ya."

Wooseok membatin, kenapa wanita cantik ini tidak peka sekali. Padahal ia ingin makan berdua saja dengannya. Tapi kalau sudah begini, tidak ada yang akan membantah ucapannya. Seojin paling tua di antara semua orang yang ada di sana. Karena ia juga dikenal bijak, maka semua perkataannya harus dituruti.

Hari ini Wooseok menyuruh Sunmi untuk melakukan pemotretan bersama Dantae. Ya, bersama. Sunmi sudah lama bekerja di bawah perintah Wooseok, dan Wooseok tahu diri bahwa gadis itu adalah orang yang paling Seojin sayangi. Jadi, ia memberikan pekerjaan lebih serta memberi Sunmi uang lebih banyak.

Ia menyuruh Sunmi untuk memotret Dantae, kemudian ikut dipotret juga oleh Dantae. Sunmi bahkan baru tahu jika rapper berwajah datar itu jago memotret. Selama sesi pemotretan, Dantae tidak banyak bicara. Pria Daegu itu dengan cekatan terus memotret dirinya.

Ngomong-ngomong, jangan remehkan Sunmi. Ia tentu saja bisa bergaya layaknya model profesional. Dia menuntut ilmu di sekolah kesenian yang mahal.

"Semuanya sudah lengkap, terima kasih, Oppa." Sunmi membungkuk dan berkata dengan nada yang bersahabat. Dia takut salah sedikit saja, Dantae akan mencibirnya.

Rambut mint milik Dan T terlihat berkilau di ruangan ini, menyatu dengan terangnya cahaya. Sunmi diam sebentar, sosok ini sebenarnya begitu memesona dari berbagai angle, tapi kenapa dia tidak suka menampakkan wajahnya ke publik? Sunmi jadi penasaran.

Pria di sebelahnya diam saja, tak menjawab ucapannya atau memberi respon dengan gestur tubuh yang berlebihan. Ia hanya mengangguk singkat dengan ekspresi yang sama.

"Ya, sama-sama." Cih, pria yang dingin. Sunmi sih tidak selera dengan yang seperti ini. Walaupun Dan T sangat tampan, rasanya ia tak akan tahan jika punya pasangan yang seperti ini.

Acuh. Dingin. Tak pernah tersenyum. Nilai minusnya banyak sekali.

Suara Dantae terdengar lagi setelah itu, melontarkan sebuah kalimat yang singkat, namun mampu menyita seluruh perhatian Sunmi.

"Kau juga. Jangan lupa istirahat, kau terlihat pucat akhir-akhir ini."

Sunmi tahu Dantae mengatakan kalimat barusan masih dengan raut wajah yang sama. Namun entah kenapa hatinya menjadi teduh, ia tidak pernah dikhawatirkan lebih dari ini selain oleh Seojin. Disaat lelahnya, Myungsuk hanya akan bertingkah seolah sedang menghiburnya dan melupakan sesuatu yang seharusnya ia katakan. Misalnya sebuah ungkapan kekhawatiran pada kekasihnya sendiri.

Gadis itu kemudian tersenyum, canggung. "Iya. Terima kasih, Dantae-oppa."

Setelah itu, hal tak terduga justru Sunmi dapatkan. Dantae menepuk pelan pundaknya. Ia memberi semangat sambil mengucapkan "Hwaiting!" pada Sunmi.

Perlakuan itu membuatnya sedikit tersipu malu. Pipinya merona merah dan bibirnya spontan melengkungkan senyum manis. Ia jadi ingat apa yang ia ucapkan pada Myungsuk beberapa minggu yang lalu saat ia mengatakan bahwa kekasihnya punya fetish pada orang Busan. Sunmi rasanya ingin menarik kata-katanya sendiri.

****

Mereka akhirnya makan malam berempat, dengan Wooseok yang masih sesekali menggerutu. Padahal ia hanya ingin makan berdua bersama sang food blogger. Tapi dengan mudahnya Seojin berkata jika mereka akan makan malam berempat. Wooseok bisa apa.

Hanya terdengar dentingan alat makan di restoran itu. Sesekali, Sunmi mengecek ponselnya dengan perasaan gelisah. Dantae menyadari hal itu. Ia juga sedang berbalas pesan dengan Jihyun. Setelah mengirimkan pesan pada kekasihnya, ia menoleh pada Sunmi. Gadis itu terlihat sangat cemas dan tertekan.

Dantae berpikir, mungkin karena tugas sekolah.

"Kau baik-baik saja?" Rapper itu  sedikit mendekatkan tubuhnya pada Sunmi. Mereka duduk di sebuah kursi panjang, saling berhadapan.

Seojin dan Wooseok yang duduk di seberang meja mengabaikan keduanya, terlalu asik dengan dunia mereka masing-masing. Jadi Sunmi menghela nafas, kemudian menatap Dantae canggung.

"Aku hanya ... bingung kenapa kekasihku tidak menghubungiku beberapa hari ini." Kalimat yang sarat dengan nada rengekan itu akhirnya keluar. Ah, Dantae tahu Sunmi itu masih bocah.

Kira-kira siapa yang berhasil menaklukan hati gadis yang kelihatan pendiam ini.

"Apa kau bertengkar dengan pacarmu?" Dantae memberanikan diri untuk bertanya, tak peduli sedatar apa intonasi itu sekarang, membuat Sunmi tersenyum hambar.

"Bisa dibilang begitu. Ada seseorang yang masuk ke dalam hubungan kami akhir-akhir ini." Gadis itu berkata lagi, kali ini dengan nada yang terdengar sedih. Dantae merasa bersalah sekarang.

"Maksudmu, semacam orang ketiga?" Ia tak yakin untuk bertanya lebih banyak, jadi hanya melontarkan pertanyaan singkat. Tapi sepertinya pertanyaan itu benar-benar memukul Sunmi.

Sunmi mengangguk. "Mungkin saja. Sebenarnya dia hanya teman pacarku, tapi aku merasa sangat khawatir. Mereka terlihat begitu dekat." Kedua tangan itu mengepal erat di atas meja. Dantae memperhatikannya dalam diam.

"Kenapa kau begitu khawatir mengenai itu?" Kali ini ia berkata sambil menatap Sunmi. Obrolan ini terdengar semakin menarik, jadi ia memutuskan untuk mendengar lebih banyak.

"Entahlah, Oppa. Aku berpikir orang ini mempunyai sesuatu yang aku tidak punya. Semacam ... pesona, mungkin." Sunmi melanjutkan.

"Semua orang punya pesona, Sunmi-ya." Suara Dantae terdengar lagi. Kelihatannya, pria Daegu itu benar-benar mulai tertarik. Intonasi suaranya bahkan sudah tak sedatar tadi.

Sunmi menoleh lagi, melemparkan senyum tipis kemudian mengangguk. "Aku pikir juga begitu. Tapi aku merasa takut sekarang, pacarku sepertinya lebih betah dengannya."

Ucapan Sunmi kali ini membuat Dantae terdiam, ia tiba-tiba teringat pada Jihyun. Bagaimana jika kekasihnya juga melakukan hal yang sama. Hubungan mereka memang baik-baik saja, dan ia yakin Jihyun adalah gadis baik yang tidak akan berpaling darinya. Tetapi, Dantae cukup sadar diri bahwa dia tidak akan bisa bersama Jihyun selamanya.

Dantae mencoba untuk bersikap tak canggung pada Sunmi, ia kembali menepuk pundak gadis itu.

"Percayalah pada kekasihmu, Sunmi-ya. Mungkin dia hanya sedang lelah."

'Ya, Oppa. Dia lelah menjalin hubungan dengan bocah SMA sepertiku. Kami nampaknya tidak cocok lagi.' Sunmi membatin pilu. Ia  ingin mengabaikan kenyataan, tapi rasa sakit di hatinya tak demikian. Perasaan itu berteriak minta dikeluarkan. Ia ingin cinta yang utuh dari Myungsuk.

Cinta yang sama seperti dulu.

Sunmi tidak mau menjawab lebih banyak lagi, dadanya sesak. Ia ingin menangis sekeras-kerasnya, sekarang juga. Namun, hanya senyum pahit yang mampu ia tunjukkan di depan lawan bicaranya sekarang.

"Akan kucoba, Dantae-oppa."

 

****

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Till The End Of The World   Chapter 50

    Hokkaido selalu bersalju. Namun, dinginnya gumpalan putih itu tak sedingin perasaan Jihyun sekarang. Ia merasa cemas, sangat cemas hingga tubuhnya nyaris mati rasa. Sudah berjam-jam ia menunggu di koridor rumah sakit. Orang-orang berlalu-lalang untuk mengurus keluarga mereka, atau sekedar menjenguk kerabat yang sangat. Beberapa yang datang menangis karena syok keluarganya menjadi korban kecelakaan, atau yang lebih buruk lagi; mereka menerima informasi bahwa orang yang mereka sayangi telah pergi untuk selama-lamanya."Bagaimana, Jihyun-ah ... apa sudah ada kabar dari dokter?"Jihyun mematai seorang pria berkacamata yang berusia sekitar tiga puluh tahunan di dekatnya. Sosok familiar itu adalah Lee Yunsung, kakak Dantae satu-satunya. Semalam kondisi Dantae sangat drop dan ia dibawa ke rumah sakit. Beruntung, Yunsung tinggal di Jepang dan bisa menemani adiknya di sini."Belum ada, Oppa. Aku sangat cemas, kenapa sampai sekarang

  • Till The End Of The World   Chapter 49

    MyunsukHyunTetaplah bersama selamanya. Aku hanya punya kau.#KimMyungsukDisini #AkuBersamaDenganTemanku #IniKembaranku #AkujugamencintaimuJihyunSunmi tersenyum saat melihat notif di ponselnya. Myungsuk mengunggah sebuah foto tautan tangannya bersama seseorang yang ia yakini tangan Jihyun. Oh, melodrama macam apa ini? Bukankah pertemanan mereka hanya berisi komik dan hal-hal konyol lainnya? Sunmi terkekeh melihat itu."Wow, kau bahkan tidak menunjukkan raut marah saat melihat postingan ini." Daehyun menekan-nekan jari telunjuk kirinya di atas layar ponsel Sunmi. Tangan kanannya sudah penuh membawa beberapa kantung makanan."Tidak apa-apa, Daehyun-ah. Sudah kubilang mereka tidak akan macam-macam. Kalau kau mau, kita juga bisa mengunggah foto tangan kita yang sedang bergandengan."Daehyun memutar bola matanya. "Iya, iya. Terserah kau saja Sunmi-ya. Maaf aku tidak tertarik menggenggam t

  • Till The End Of The World   Chapter 48

    Dantae berjalan menuju parkiran tempat show di Busan untuk mengambil mobilnya. Artis tidak perlu ragu memarkir di sana. Terlalu ramai di salon membuatnya mau tidak mau mengalah. Ia menyuruh pegawai salon itu memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Alhasil, karena ketiduran ia harus rela mengirim pesan pada Beomgyu kalau ia akan terlambat.Ia mengecek ponselnya berulang kali, memastikan bahwa Beomgyu tidak menghubunginya. Lantunan musik hiphop memenuhi area jalanan yang padat, namun tak sedikit orang yang memperhatikan layar besar itu. Poster dua rapper ternama terpampang besar di sana. Dantae memakai topi hitamnya, lalu menaikkan tudung mantel dan berjalan sambil tersenyum tipis. Konser awal tahunnya akan segera tiba.Terlalu mengabaikan sekeliling, Dantae terperanjat saat seseorang menabrak bahu kanannya. Ponsel yang dipegang sosok itu jatuh dan spontan Dantae menangkapnya. Ia bernafas lega."Maaf." Suara dingin Dantae t

  • Till The End Of The World   Chapter 47

    "Wow, kau benar-benar menungguku di sini." Suara baritone yang sangat dikenalinya berhasil memecah lamunan mengenai kejadian yang ia alami beberapa jam yang lalu. Tentang hubungannya dan Jang Beomgyu yang sudah kandas. Jihyun tidak ingin menyalahkan siapapun lagi untuk semuanya, dia hanya—menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Myungsuk waktu itu.Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit saat ia asik tenggelam dalam lamunannya sendiri. Melupakan bahwa kedatangannya di tempat ini bukan untuk melamun, tapi bertemu dengan teman baiknya. Myungsuk melambai dari jarak dua meter dan mulai mengayunkan sepatunya ke arah Jihyun. Kursi Taman yang ia duduki sendiri mulai terasa lebih berat saat Myungsuk ikut duduk di sebelahnya, mematai dari samping."Hitam. Sudah kuduga ini cocok denganmu." Tangan pemuda Daegu itu beralih untuk menyentuh surai temannya yang berubah warna. Merah muda ke hitam. Ini tentu membuat Jihyun harus mengg

  • Till The End Of The World   Chapter 46

    Malam hari menyapa, masih dengan cuaca yang membeku. Jihyun duduk sendirian di taman, menunggu Myungsuk menemuinya sebentar lagi. Hampir satu hari ia habiskan untuk pergi ke suatu tempat hari ini setelah mengacaukan semuanya. Walaupun Jihyun bilang ia tidak suka mengacaukannya, sosok bernama Jang Beomgyu itu tetap pergi dengan senyuman dan berkata bahwa semua ini bukanlah salah Jihyun.Namun, tetap saja ia cemas. Sebagai manusia yang berperasaan dan tidak ingin menyakiti orang lain, Jihyun benar-benar merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi di antara dirinya dan Kang Beomgyu."Seharusnya, dari awal aku mendengarkan Myungsuk. Harusnya aku tidak boleh memberi harapan pada Kang Beomgyu jika akhirnya aku melakukan itu untuk pelampiasan."Jihyun menunduk di bangku taman dengan perasaan gelisah yang memenuhi relung hatinya.****Beberapa jam sebelumnya.

  • Till The End Of The World   Chapter 45

    "Oh, Wooseok?"Dantae membalas sapaan Wooseok lewat telepon pagi ini. Yang lebih muda menanyakan kenapa ia tidak mampir ke studio—walaupun ini tahun baru, dan tidak mengabarinya sejak kabur bersama Seojin semalam."Ah, Hyung. Kau di mana sekarang?" Dantae tahu saat kalimat itu terucap, Wooseok sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Seperti; Dantae sedang bersama Seojin, Dantae sedang bermesraan dengan Seojin, Dantae dan Seojin punya hubungan gelap. Dan hal-hal tidak masuk akal lainnya yang berkaitan dengan Seojin."Aku sedang di Busan, mengganti warna rambutku. Kau pasti tahu alasannya. Omong-omong Seojin-noona sudah mengatakan semuanya."Sebuah pertanyaan kembali dilontarkan Wooseok setelah Dantae menyelesaikan kalimatnya."Kapan kau ke Busan? Kau bisa mati kalau berkeliaran siang-siang begini. Dan, a-apa? Seojin-noona cerita padamu tentang sesuatu, Hyung?""Ck, jangan

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status