Share

Chapter 6

Author: Zeya
last update Last Updated: 2024-07-28 17:42:55

"NERA!" teriak Margaret.

Sontak Cyra tertegun, ia melihat Margaret merangkul pundak Nera begitu lembut. Pemandangan itu membuat Cyra iri, ia tidak pernah mendapat pelukan seperti itu sejak ia masih kecil.

"Sayang, kenapa bisa begini? siapa yang melakukannya?" tanya Margaret lembut.

Namun Nera tak menjawab, ia justru menangis sampai tergugu. Jelas saja Margaret semakin kebingungan, ia menoleh ke arah Cyra yang masih menatap sendu pada ibu dan adiknya.

"Pasti kamu yang melakukan ini pada Nera, kan?" tuduh Margaret sembari menunjuk wajah Cyra.

"Bukan, Mah. Tadi Nera melakukannya sendiri." Sanggah Cyra, mencoba menjelaskan kejadian tadi.

Melihat pembelaan dari Cyra, Margaret lantas kembali menanyakan pada Nera. Akan tetapi, kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu sangat di luar dugaan.

"Kak, aku hanya khawatir padamu tapi kenapa kamu justru melemparkan bubur ini padaku?" elak Nera.

Cyra termangu di tempat tidur, kondisinya yang masih lemah semakin bertambah buruk selepas Nera memberikan jawaban bohong pada Margaret.

"Cyra! Jadi begini kelakuan kamu di belakang Mamah? kamu sering membully adikmu, kan?" tuduh Margaret penuh kecurigaan.

"Tidak, Mah. Aku tidak mungkin melakukan hal it-"

"Cukup, Mamah tidak mau mendengar alasan apa pun darimu. Mamah menyesal tadi sempat memberikan simpati padamu!"

Margaret membuang muka ke samping lalu mengajak Nera pergi dari sana, diam-diam Nera menarik sudut bibirnya ke atas setelah berhasil membuat hubungan Cyra dan Margaret kembali merenggang.

Di atas ranjangnya, kedua netra Cyra mulai mengembun. Bulir kristal turun secara perlahan di kedua pipinya, dalam kondisi sakit seperti ini pun tidak ada sedikit rasa iba yang mereka berikan untuknya.

"Padahal tadi aku sudah berharap, ternyata semua kembali seperti sebelumnya." Gumam gadis itu terkekeh miris.

***

Waktu berlalu dengan cepat, kini tibalah hari dimana Cyra harus melepas masa lajang demi memenuhi keinginan kedua orang tuanya. Meski ia akan menikah, namun ia sama sekali belum tahu seperti apa sosok calon suaminya.

Ia hanya tahu bahwa calon suaminya merupakan anak dari supir pribadi ayahnya, yang sudah meninggal setelah mengorbankan nyawa demi menolong ayahnya.

Suara detak jam terdengar begitu keras di dalam ruang rias pengantin, bukan kebahagian yang terpampang di wajah gadis itu tapi sebuah luka dalam yang tidak tahu obatnya ada di mana.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Cyra ingin kabur. Tapi di satu sisi ia tak tega membuat kecewa pada calon suaminya, yang sudah sebatang kara setelah kedua orang tuanya meninggal. Lamunan gadis itu buyar oleh kedatangan sang ayah, Cyra melihat dari cermin bahwa ayahnya sudah berpakaian rapi dan formal.

"Ra, nanti jangan membuat Papah malu. Apa pun kondisi suami, kamu tidak boleh membatalkan pernikahan ini, paham?" ujar Anton memperingati.

Cyra mengangguk singkat, ia sudah memakai kebaya lengkap berwarna putih yang selaras dengan kulitnya. Riasan di wajah tidak terlalu tebal, sangat pas dengan wajahnya yang memang sudah cantik.

"Pah, bolehkah aku bertanya untuk yang terakhir kalinya?" cetus Cyra tanpa menoleh ke arah Anton.

"Katakan." Sahut Anton dingin.

Cyra menarik nafas pelan, lalu mengeluarkannya dari hidung. Ia melakukan hal tersebut berulang kali, hingga ia benar-benar merasa siap untuk bertanya.

"Pah... kenapa aku di bedakan dengan Nera? apa aku anak yang tidak kalian harapkan selama ini?"

Degh.

Sontak kedua pupil mata pria paruh baya itu melotot, ia tak menyangka Cyra bisa melontarkan pertanyaan seperti itu di tengah situasi saat ini.

"Apa yang kamu bicarakan, Ra. Tidak ada yang membedakan kamu dan adikmu. Jangan kebanyakan baca novel tidak jelas, itu bisa mempengaruhi pikiranmu menjadi buruk." Sahut Anton sarkas.

Di depan cermin, Cyra tersenyum kecut ia sudah menduga ayahnya akan mengelak. Bukan sekali dua kali ia merasa di bedakan, bahkan tak jarang Cyra bertanya pada diri sendiri apakah ia memang anak kandung, atau hanya anak pungut.

Namun jawaban dari ayahnya cukup membuat Cyra sadar, bahwa ia tidak boleh berharap dan harus mengubur impiannya mendapat kasih sayang dari Anton dan Margaret.

'Aku harus tegar, aku tidak boleh kalah dari takdir sialan ini!' batin Cyra bertekad.

Sesaat kemudian, acara pernikahan hendak di mulai. Cyra berdiri dari kursi rias, di bantu oleh beberapa orang yang tadi meriasnya. Tidak ada ayah atau pun ibu yang mendampingi gadis itu menuju aula ijab kabul.

Ketika ia mulai melangkah memasuki aula, banyak pasang mata yang terpukau atas kecantikan gadis pemilik mata biru tersebut. Begitu juga dengan seorang pemuda yang tengah menanti kedatangan mempelai wanitanya, ia sampai tak berkedip saat pandangan mereka saling bertabrakan.

Sedangkan Cyra sempat tertegun melihat calon suaminya duduk di kursi roda, tidak ada yang memberitahunya jika calon suami yang akan menikah dengannya adalah pemuda lumpuh.

'Alasan inikah yang membuat papah bicara seperti tadi?' batin Cyra.

Ia mencoba mempertahankan ekspresinya yang tenang, ia takut jika pemuda itu tersinggung jika ia menunjukan raut syok di wajahnya.

Cyra sampai di depan pemuda itu, ia tersenyum tipis lalu duduk di kursi yang sudah di siapkan. Setelahnya acara ijab kabul akhirnya di mulai, para tamu undangan hanya sebatas keluarga besar dan beberapa rekan kerja ayahnya. Tidak ada satu pun teman Cyra yang hadir di acara pernikahan tersebut, Cyra benar-benar merasa sendiri di tengah banyaknya orang yang hadir di sana.

Selang beberapa menit ijab kabul selesai, Cyra meraih pergelangan tangan suaminya yang bernama Nevalion Azegara. Pemuda berusia 28 tahun itu, nampak acuh tak acuh saat Cyra mencium punggung tangannya.

"Selamat, akhirnya kalian menjadi pasangan suami istri yang sah." Ucap penghulu.

"Terima kasih, Pak." Sahut Cyra tersenyum simpul.

Ucapan selamat atas pernikahan mereka, datang secara beruntun dari para tamu undangan, begitu juga dari Nera. Namun gadis itu sempat membisikan sesuatu yang menyulut emosi Cyra.

"Kak, selamat kamu pasti senang mendapat laki-laki lumpuh. Untungnya bukan aku yang menikah dengannya, jika saja papah tidak memberitahuku lebih dulu aku bisa saja terjebak di dalam pernikahan sialan itu." Bisik Nera.

Cyra menahan mati-matian amarahnya, kedua tangan gadis itu mengepal erat. Namun Cyra berhasil menunjukan sisi elegant pada adiknya, ia ikut berbisik saat menjawab ucapan Nera.

"Kamu benar, aku pasti sangat beruntung karena bisa berada di posisi ini. Mungkin saja suatu saat nanti kamu yang menyesal, karena menyerahkan pernikahan ini padaku." Sahut Cyra, tersenyum sangat ramah sampai membuat Nera melengos dan pergi menjauh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Bab 40

    Malam semakin larut, tetapi Cyra masih terjaga. Nevalion yang sudah tertidur di sampingnya tampak tenang, seolah-olah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, Cyra tahu hatinya tidak bisa dibohongi. Ada sesuatu dalam tatapan Katty tadi yang membuatnya gelisah, seolah wanita itu memiliki kuasa atas Nevalion atau mungkin atas masa lalunya.Cyra menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tidak ingin berprasangka buruk, tetapi firasatnya mengatakan bahwa pertemuan tadi bukan sekadar kebetulan biasa.Sementara itu, di tempat lain, Katty berdiri di depan jendela kamarnya, menatap hujan yang mulai reda. Ia tersenyum tipis, mengingat ekspresi tegang di wajah Nevalion tadi."Kau masih sama seperti dulu, Nevalion. Selalu mencoba menyembunyikan sesuatu." Pikir Cyra.Ia menyesap anggur di tangannya, membiarkan rasa asam-manis mengalir di tenggorokannya. Keesokan paginya, Cyra terbangun lebih awal dari biasanya. Nevalion masih terlelap, napasnya teratur. Sejenak, Cyra hanya mena

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 39

    Nevalion terkejut mendengar pertanyaan Cyra, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Kami… kami dulu satu sekolah," jawabnya, suaranya terdengar stabil meski hatinya bergetar. "Katty pergi ke luar negeri setelah lulus. Kami kehilangan kontak sejak saat itu." Cyra mengangguk, tampak menerima penjelasan itu. "Oh, jadi kamu sudah lama tidak bertemu? mungkinkah, teman yang Nona Katty maksud itu kamu?" Namun, tanpa Cyra sadari, kata-katanya justru semakin menambah ketegangan di antara Nevalion dan Katty. Katty menyandarkan punggungnya ke kursi, menyeringai kecil. "Ya, itu benar, Nona." "Tapi aku tidak hanya datang untuk mengenang masa lalu. Aku ingin tahu apa yang terjadi denganmu, Nevalion. Sebab aku dengar, dia sudah menikah. Aku minta maaf jika kedatanganku, mengganggu kalian." Nevalion merasakan beban di dadanya semakin berat. Ia tahu bahwa setiap kata yang diucapkan Katty bisa mengungkap kebohongannya. "Aku baik-baik saja," jawabnya cepat, berusaha menutup topik yang terlalu dalam.

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 38

    Suasana yang dingin akibat hujan turun, membuat kediaman Cyra terasa lembab. Sinar dari lampu, tak mampu menerangi perasaan Nevalion saat ini. Kemunculan Katty yang mendadak, berhasil membuat jantungnya seperti jatuh ke dalam perut. "Anda siapa, Nona?" tanya Cyra heran, ia mengamati pakaian Katty yang basah. "Maaf, mengganggu malam-malam, Nona. Tapi, saya tidak punya tempat berteduh. Saya sedang mencari alamat rumah teman saya, hanya saja ia tak mau memberitahu saya dimana rumahnya." Sahut Katty, ia mencuri pandang ke arah Nevalion yang sedang duduk di kursi meja makan. Cyra mengangguk, meski rasa curiga menggelayuti pikirannya. "Ah, jadi begitu, kalau anda mau silakan masuk. Anda bisa menghangatkan diri di sini sebelum pulang," ujarnya sambil membuka pintu lebar-lebar, memberi jalan bagi Katty. Katty melangkah masuk, tatapannya tertuju pada foto-foto keluarga Cyra. Setiap foto menggambarkan kebahagiaan yang seolah tak pernah pudar, namun di sudut hati Katty, ada rasa getir meliha

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 37

    Raizan mengulurkan payungnya, melindungi Cyra dari tetesan hujan yang semakin deras. “Kamu kenapa ada di sini, Ra? hujan-hujanan lagi." Cyra terdiam sejenak, melihat ke dalam mata Raizan yang penuh perhatian. Ia merasa ada kehangatan dalam tatapan itu, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan dari keluarganya. “Aku… aku tidak tahu harus bagaimana. Semuanya terasa begitu berat, Pak.” Ucapnya, suaranya terdengar bergetar. “Bicaralah padaku,” Raizan menarik lengan Cyra lembut agar lebih dekat dengannya. “Kadang, berbagi beban dapat meringankan rasa sakit. Apa yang sebenarnya terjadi?” Cyra menghela napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. “Aku merasa terasingkan. Keluargaku tidak mempercayai aku, mereka semua menganggap ku sebagai masalah. Seolah aku tidak ada artinya bagi mereka.” Raizan mengangguk, mendengarkan dengan seksama. “Keluarga terkadang bisa sangat sulit di pahami. Tapi ingat, itu tidak menentukan siapa dirimu. Kamu memiliki nilai yang jauh lebih besar dari

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 36

    Hujan turun deras di luar, suara tetesan air menghentak atap rumah. Di dalam ruang tamu yang remang-remang, Cyra berdiri tegar, meski hatinya bergetar. Di hadapannya, kedua orang tuanya duduk dengan wajah dingin, sementara Nera, adik kandungnya masih menatapnya sengit. “Cyra,” suara mamahnya terdengar seperti pisau yang baru keluar dari tempatnya. “Kamu tahu, hubungan Nera dan Kaivan selalu berada di bawah bayang-bayangmu! Kami tidak percaya bahwa kamu lah yang mempengaruhi Kaivan untuk berselingkuh.” Cyra menggelengkan kepala, menahan air mata. Rasa sesak di dadanya kian menjadi, ia datang ke rumah semata-mata untuk memenuhi permintaan Nera. Tapi, nyatanya kedatangannya hanya di jadikan samsak kemarahan mereka bertiga yang menyandang gelar keluarga. “Tapi itu yang kalian percayai, kan? kalian lebih memilih mengambil kesimpulan sendiri, dari pada mempercayai aku. Ini semua salah paham yang menyakitkan, Mah." Ayahnya, yang biasanya memiliki belas kasih meski sedikit kini terlihat

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 35

    Cyra melangkah masuk ke rumah orangtuanya, merasakan hangatnya udara di dalam yang kontras dengan dinginnya sikap yang menyambutnya. Belum sepenuhnya ia menutup pintu, ketika ia mendengar suara mamahnya menyengat telinga.“Cyra! apa yang kamu lakukan di sini?” Mamahnya berdiri dengan tangan terlipat, wajahnya tampak tegang. Cyra mengerutkan dahi, kebingungan melingkupi pikirannya. “Aku di minta ke sini sama Nera, katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan denganku.”“Mana mungkin Nera mengundangmu, kamu pasti hanya ingin merusak hidup adikmu, kan?” Papahnya menyela, suaranya penuh kemarahan. “Kami tahu kamu mempengaruhi Kaivan! kamu membuatnya terus berselingkuh!”Jantung Cyra berdegup kencang. Tuduhan itu menghantamnya seperti petir di siang bolong. “Apa? tidak, itu tidak benar! aku tidak pernah—”“Bohong!” Mamahnya memotong dengan suara tinggi. “Adikmu sudah cukup menderita karena semua ini. Dan kamu masih saja berpura-pura tidak tahu apa-apa?”Air mata mulai menggenang di pe

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 34

    Nevalion duduk di meja kerjanya, di kelilingi oleh tumpukan buku dan catatan. Cahaya matahari sore yang lembut masuk melalui jendela, menciptakan suasana nyaman yang membuatnya bisa berkonsentrasi pada proyeknya. Tiba-tiba, bunyi notifikasi dari ponselnya memecah kesunyian. Dengan penasaran, ia melihat layar dan mendapati pesan dari mantan pacarnya, Katty. "Hai, Neva! apa kamu ada waktu? aku ingin bicara denganmu. Mungkin kita bisa bertemu di taman dekat rumahmu?" Perasaan campur aduk muncul dalam dirinya. Di satu sisi, ia merasa ragu untuk menjawab pesan itu. Terlebih saat ini ia sudah menikah, meski bukan karena cinta. Di sisi lain, kenangan masa lalu yang pahit juga kembali menghantui pikirannya. Sebelum sempat mengambil keputusan, suara pintu terbuka menggema di ruang kerjanya. Cyra, baru saja, melangkah masuk dengan senyum lebar dan membawa sekotak kue yang baru di belinya. "Mas Neva, aku bawa kue! kita harus merayakan keberhasilan operasimu." Serunya dengan antusias. Neva

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 33

    Setelah seminggu mengambil cuti untuk merawat suaminya yang baru saja operasi, Cyra kembali ke kantor dengan semangat baru. Ia berusaha untuk fokus dan menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai sekretaris Raizan, seorang direktur yang dikenal cerdas dan ambisius. Namun, saat Cyra melangkah masuk ke ruang kerjanya, ia merasakan tatapan Raizan berbeda dengan yang biasa ia lihat kemarin. Bosnya itu menatapnya dengan penuh perhatian.Raizan, yang biasanya serius dan fokus pada pekerjaannya, mulai memperhatikan Cyra lebih dari sebelumnya. Ia memperhatikan setiap detail kecil, mulai dari senyumnya yang cerah saat menjawab telepon, cara ia menata berkas-berkas di mejanya, dan bagaimana ia selalu siap membantu rekan-rekannya. Raizan merasa terpesona oleh dedikasi dan profesionalisme Cyra, meski selama seminggu ini ia libur namun Cyra tak terlihat kikuk atau pun ragu ketika kembali bekerja.Raizan berusaha untuk tetap profesional, ada momen-momen kecil di mana kedekatan mereka mulai terasa. Misalny

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 32

    Nera berdiri di pinggir taman, cahaya senja menciptakan bayangan panjang di tanah. Suasana tenang itu seolah menunggu sesuatu yang akan terjadi. Ia tengah menunggu kedatangan suaminya di sana, sampai sesaat kemudian Kaivan muncul langkahnya terlihat ragu, seolah berpikir dua kali sebelum mendekatinya. "Nera," Kaivan menyapa, akan tetapi nada suaranya tidak seceria biasanya. Nera menatapnya, mata mereka saling bertemu dan dalam sekejap seluruh dunia di sekitar mereka seakan sirna hanya menyisakan mereka berdua bersama hembusan angin. Nera merasakan hatinya masih terasa berat seperti ada sesuatu yang harus dia keluarkan agar bisa merasa lega. "Kaivan, kita perlu bicara." Kaivan mengangguk, wajahnya tampak keheranan. Tidak biasanya Nera memintanya bertemu di luar, kecuali saat mereka masih pacaran dulu. "Tentang apa?" ia bertanya dengan nada acuh. "Orang tuaku... mereka sudah tahu," Nera memulai, suaranya terdengar bergetar. "Mereka tahu tentang kamu dan... tentang perselingk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status