Share

Chapter 7

Author: Zeya
last update Huling Na-update: 2024-08-02 09:07:51

Beberapa saat telah berlalu, kini Cyra serta suaminya sudah berada di dalam kamar. Selepas ijab kabul, mereka tidak mengadakan resepsi. Semua sudah di atur sedemikian rupa oleh kedua orang tua Cyra, mereka enggan mengeluarkan uang lebih banyak untuk biaya pernikahan putri sulungnya.

Cyra sedang sibuk melepas satu persatu kancing di kebaya miliknya, hingga kesibukan gadis itu terhenti saat ia mendengar suara panggilan dari Nevalion.

"Cyra." Suara berat mendayu di telinga gadis itu.

Cyra menoleh, "Ada apa, Mas?"

"Kamu tahu, kan ini hanya pernikahan atas dasar balas budi?" cetus Nevalion.

"Ya, aku tahu. Memangnya kenapa?"

Cyra bertanya seperti itu karena ia memang tak paham maksud Nevalion, pemuda itu tidak secara langsung mengutarakan keinginannya.

"Kamu jangan mengharapkan apa pun dariku, apa lagi menginginkan cinta di dalam pernikahan kita. Hal itu tidak mungkin terjadi," Nevalion menghela nafas berat, ia kembali melanjutkan perkataannya.

"Satu lagi, jangan mengasihani ku yang saat ini tidak bisa berjalan. Aku tidak butuh belas kasih darimu!" imbuh Nevalion.

Cyra mengangguk patuh, "Baiklah, aku akan mengingatnya. Terima kasih sudah memberitahukan hal ini padaku, Mas."

Nevalion tercengang mendengar jawaban santai, dari gadis yang baru saja menyandang status menjadi istrinya. Entah mengapa Nevalion tidak merasakan aura permusuhan dari Cyra, nada bicara dan tatapan gadis itu nampak biasa-biasa saja.

Ia terlalu fokus pada pemikirannya sendiri, hingga Cyra menyentuh lengan Nevalion dan membuat pemuda itu terkejut.

"Astaga." Ucap Nevalion sembari mengelus dadanya.

Cyra merasa tak enak, ia menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Maaf, aku membuatmu terkejut, Mas. Tapi aku ingin minta tolong lepaskan ikatan di bagian belakang korsetku." Pinta Cyra kikuk.

"Berbalik lah, aku akan membantumu." Sahut pemuda itu.

Cyra menurut, ia berbalik dan membiarkan Nevalion melepas tali korset di punggungnya. Cyra merasakan tindakan Nevalion cukup kasar, seolah ia sedang melepas tali pada benda keras.

Setelah semua talinya lepas, Cyra mengucapkan terima kasih. Ia memegang bagian depan korsetnya dan berlalu menuju kamar mandi, tubuhnya sangat tidak nyaman setelah berkeringat seharian.

Kepergian Cyra di perhatikan oleh sang suami tanpa gadis itu sadari, terbesit di benak Nevalion sebuah pertanyaan mengapa gadis itu tidak menunjukan rasa jengkel atau pun sedih atas pernikahan paksa ini.

Seolah gadis itu sudah pasrah, ia heran meski kondisinya lumpuh. Tapi Cyra tidak memperlihatkan jarak di antara mereka berdua, ia tak pernah menduga bahwa Cyra adalah pengganti Nera. Gadis yang bulan lalu di nyatakan akan menikah dengannya.

"Mungkinkah, dia mencoba menyembunyikan perasaan tidak sukanya dariku?" gumam Nevalion curiga.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Cyra baru saja membasuh wajahnya. Make up yang tadi bertengger di wajah gadis itu sudah hilang, Cyra menatap pantulan dirinya di cermin.

"Sekarang semua baru di mulai, apa aku bisa berperan sebagai istri yang baik?" ujarnya pada diri sendiri.

Tetesan air keran masih membasahi wajah gadis tersebut, sesaat Cyra termenung ia mengingat kembali rangkaian situasi yang membuatnya berada di posisi sekarang.

"Lucu, aku sempat berharap papah dan mamah akan menggandengku menuju pelaminan haha. Ternyata itu hanya impian kosong, harusnya aku tidak perlu merasa sedih seperti sekarang, kan?"

Ia menyeka kedua matanya yang basah, Cyra mendongak ke atas, ia menarik nafas panjang lalu kembali membasuh wajahnya.

Setelah itu ia bergegas mandi, sebab malam semakin larut. Dan besok ia harus pindah ke rumah sang suami, rumah yang akan ia tinggali selama menjadi istri dari Nevalion Azegara.

Beberapa saat kemudian, Cyra keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan piyama berwarna biru. Rambut hitam gadis itu masih terlilit handuk.

"Mas, kamu mau mandi sekarang?" tanya Cyra sopan.

Nevalion mengangguk, ia melepas kemeja yang sejak tadi melekat di tubuhnya. Sontak pemuda itu tercengang ketika mendapati sang istri tengah menatap lekat, pada tubuhnya.

"Kenapa kamu menatapku sampai seperti itu, Ra?"

"Ah, maaf kalo kamu tidak nyaman. Soalnya aku baru pertama kali melihat otot di perutmu. Ternyata jauh berbeda dengan yang aku lihat di vidio tok tok." Sahut Cyra polos.

Nevalion menggeleng pelan, "Kamu mesum juga rupanya."

"Bukan mesum, hanya saja sayang kalau aku melewatkan kesempatan seperti ini, kan." Jawab gadis itu pede.

Jawaban Cyra, membuat pemuda itu tersenyum simpul. Ia mendorong kursi roda menuju pintu kamar mandi, saat ia hendak masuk ia kesulitan mengangkat kursi rodanya.

Melihat hal itu, Cyra segera membantunya. Ia mendorong kursi roda tersebut hingga masuk ke dalam kamar mandi itu.

"Mau aku bantu mandi sekalian, Mas?" tawar Cyra.

Sontak Nevalion langsung menggeleng, "Aku bisa sendiri, tapi tolong ambilkan aku kursi."

"Baiklah, jika butuh sesuatu yang lain panggil saja. Aku ada di luar." Ujar Cyra, ia membawakan kursi plastik lalu membantu Nevalion duduk di sana. Setelahnya ia bergegas pergi tak lupa menutup pintu.

"Bisa-bisanya dia menawarkan hal seperti itu, dia sangat tidak waspada." Gumam Nevalion tak habis pikir.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Bab 40

    Malam semakin larut, tetapi Cyra masih terjaga. Nevalion yang sudah tertidur di sampingnya tampak tenang, seolah-olah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, Cyra tahu hatinya tidak bisa dibohongi. Ada sesuatu dalam tatapan Katty tadi yang membuatnya gelisah, seolah wanita itu memiliki kuasa atas Nevalion atau mungkin atas masa lalunya.Cyra menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tidak ingin berprasangka buruk, tetapi firasatnya mengatakan bahwa pertemuan tadi bukan sekadar kebetulan biasa.Sementara itu, di tempat lain, Katty berdiri di depan jendela kamarnya, menatap hujan yang mulai reda. Ia tersenyum tipis, mengingat ekspresi tegang di wajah Nevalion tadi."Kau masih sama seperti dulu, Nevalion. Selalu mencoba menyembunyikan sesuatu." Pikir Cyra.Ia menyesap anggur di tangannya, membiarkan rasa asam-manis mengalir di tenggorokannya. Keesokan paginya, Cyra terbangun lebih awal dari biasanya. Nevalion masih terlelap, napasnya teratur. Sejenak, Cyra hanya mena

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 39

    Nevalion terkejut mendengar pertanyaan Cyra, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Kami… kami dulu satu sekolah," jawabnya, suaranya terdengar stabil meski hatinya bergetar. "Katty pergi ke luar negeri setelah lulus. Kami kehilangan kontak sejak saat itu." Cyra mengangguk, tampak menerima penjelasan itu. "Oh, jadi kamu sudah lama tidak bertemu? mungkinkah, teman yang Nona Katty maksud itu kamu?" Namun, tanpa Cyra sadari, kata-katanya justru semakin menambah ketegangan di antara Nevalion dan Katty. Katty menyandarkan punggungnya ke kursi, menyeringai kecil. "Ya, itu benar, Nona." "Tapi aku tidak hanya datang untuk mengenang masa lalu. Aku ingin tahu apa yang terjadi denganmu, Nevalion. Sebab aku dengar, dia sudah menikah. Aku minta maaf jika kedatanganku, mengganggu kalian." Nevalion merasakan beban di dadanya semakin berat. Ia tahu bahwa setiap kata yang diucapkan Katty bisa mengungkap kebohongannya. "Aku baik-baik saja," jawabnya cepat, berusaha menutup topik yang terlalu dalam.

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 38

    Suasana yang dingin akibat hujan turun, membuat kediaman Cyra terasa lembab. Sinar dari lampu, tak mampu menerangi perasaan Nevalion saat ini. Kemunculan Katty yang mendadak, berhasil membuat jantungnya seperti jatuh ke dalam perut. "Anda siapa, Nona?" tanya Cyra heran, ia mengamati pakaian Katty yang basah. "Maaf, mengganggu malam-malam, Nona. Tapi, saya tidak punya tempat berteduh. Saya sedang mencari alamat rumah teman saya, hanya saja ia tak mau memberitahu saya dimana rumahnya." Sahut Katty, ia mencuri pandang ke arah Nevalion yang sedang duduk di kursi meja makan. Cyra mengangguk, meski rasa curiga menggelayuti pikirannya. "Ah, jadi begitu, kalau anda mau silakan masuk. Anda bisa menghangatkan diri di sini sebelum pulang," ujarnya sambil membuka pintu lebar-lebar, memberi jalan bagi Katty. Katty melangkah masuk, tatapannya tertuju pada foto-foto keluarga Cyra. Setiap foto menggambarkan kebahagiaan yang seolah tak pernah pudar, namun di sudut hati Katty, ada rasa getir meliha

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 37

    Raizan mengulurkan payungnya, melindungi Cyra dari tetesan hujan yang semakin deras. “Kamu kenapa ada di sini, Ra? hujan-hujanan lagi." Cyra terdiam sejenak, melihat ke dalam mata Raizan yang penuh perhatian. Ia merasa ada kehangatan dalam tatapan itu, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan dari keluarganya. “Aku… aku tidak tahu harus bagaimana. Semuanya terasa begitu berat, Pak.” Ucapnya, suaranya terdengar bergetar. “Bicaralah padaku,” Raizan menarik lengan Cyra lembut agar lebih dekat dengannya. “Kadang, berbagi beban dapat meringankan rasa sakit. Apa yang sebenarnya terjadi?” Cyra menghela napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. “Aku merasa terasingkan. Keluargaku tidak mempercayai aku, mereka semua menganggap ku sebagai masalah. Seolah aku tidak ada artinya bagi mereka.” Raizan mengangguk, mendengarkan dengan seksama. “Keluarga terkadang bisa sangat sulit di pahami. Tapi ingat, itu tidak menentukan siapa dirimu. Kamu memiliki nilai yang jauh lebih besar dari

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 36

    Hujan turun deras di luar, suara tetesan air menghentak atap rumah. Di dalam ruang tamu yang remang-remang, Cyra berdiri tegar, meski hatinya bergetar. Di hadapannya, kedua orang tuanya duduk dengan wajah dingin, sementara Nera, adik kandungnya masih menatapnya sengit. “Cyra,” suara mamahnya terdengar seperti pisau yang baru keluar dari tempatnya. “Kamu tahu, hubungan Nera dan Kaivan selalu berada di bawah bayang-bayangmu! Kami tidak percaya bahwa kamu lah yang mempengaruhi Kaivan untuk berselingkuh.” Cyra menggelengkan kepala, menahan air mata. Rasa sesak di dadanya kian menjadi, ia datang ke rumah semata-mata untuk memenuhi permintaan Nera. Tapi, nyatanya kedatangannya hanya di jadikan samsak kemarahan mereka bertiga yang menyandang gelar keluarga. “Tapi itu yang kalian percayai, kan? kalian lebih memilih mengambil kesimpulan sendiri, dari pada mempercayai aku. Ini semua salah paham yang menyakitkan, Mah." Ayahnya, yang biasanya memiliki belas kasih meski sedikit kini terlihat

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 35

    Cyra melangkah masuk ke rumah orangtuanya, merasakan hangatnya udara di dalam yang kontras dengan dinginnya sikap yang menyambutnya. Belum sepenuhnya ia menutup pintu, ketika ia mendengar suara mamahnya menyengat telinga.“Cyra! apa yang kamu lakukan di sini?” Mamahnya berdiri dengan tangan terlipat, wajahnya tampak tegang. Cyra mengerutkan dahi, kebingungan melingkupi pikirannya. “Aku di minta ke sini sama Nera, katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan denganku.”“Mana mungkin Nera mengundangmu, kamu pasti hanya ingin merusak hidup adikmu, kan?” Papahnya menyela, suaranya penuh kemarahan. “Kami tahu kamu mempengaruhi Kaivan! kamu membuatnya terus berselingkuh!”Jantung Cyra berdegup kencang. Tuduhan itu menghantamnya seperti petir di siang bolong. “Apa? tidak, itu tidak benar! aku tidak pernah—”“Bohong!” Mamahnya memotong dengan suara tinggi. “Adikmu sudah cukup menderita karena semua ini. Dan kamu masih saja berpura-pura tidak tahu apa-apa?”Air mata mulai menggenang di pe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status