Share

Chapter 5

Penulis: Zeya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-28 11:30:00

Sinar matahari mulai menyusup ke dalam kamar seorang gadis, yang masih berada di bawah selimut tebal. Namun wajah gadis itu terlihat pucat, keringat dingin terus keluar dari kening dan tubuhnya menggigil.

Sesaat kemudian, ia terlonjak kaget saat pintu terbuka secara kasar. Cyra menoleh, ia melihat Margaret sudah berada di depan pintu.

"Bangun, Ra! Kamu tidak ke kantor?" tanya Margaret dingin.

"Aku udah izin hari ini tidak masuk, Mah. Aku tidak enak badan." Sahut Cyra lemah.

Margaret mendekat, ia melihat wajah putri sulungnya yang di selimuti keringat. Melihat itu, hati mungilnya tergerak ia meraih tisu di samping ranjang lalu menyeka keringat di kening Cyra. Sontak tubuh gadis itu langsung membeku, ia tak menyangka ibunya akan bertindak demikian.

"Kamu tahu sendiri, kamu tidak bisa terkena air hujan! Kenapa kemarin kamu main hujan-hujanan, Ra?"

Meski nada bicara Margaret masih judes, namun Cyra merasa senang sebab baru kali ini Margaret mau menyentuhnya.

"Maaf, Mah. Aku selalu merepotkan kalian." Sesal Cyra.

"Sudahlah, nanti Mamah panggil dokter ke sini. Jangan lupa makan, nanti bibi bawa bubur buat kamu."

"Makasih, Mah." Sahut Cyra di selingi senyum tipis.

Setidaknya hari ini ia tidak mendapat cacian dari Margaret, Cyra menarik selimut hingga menutupi leher dan kembali memejamkan kedua matanya.

Melihat itu, Margaret segera pergi menuju dapur dan meminta pembantunya menyiapkan bubur untuk Cyra.

Sementara itu, Nera baru saja tiba di rumahnya. Ia terkejut melihat suasana rumah yang sepi, hingga ia melihat Margaret sedang duduk di sofa sembari membaca majalah di tangannya. Nera menghampiri Margaret, dan menanyakan keberadaan semua orang di rumah itu.

"Mah, kemana semua orang? kenapa rumah sangat sepi?" Tanya Nera, ia duduk di samping Margaret.

"Papah sudah berangkat ke kantor, dan kakakmu ada di kamar. Dia demam." Sahut Margaret menjelaskan.

Seketika kedua alis Nera menyatu, ia heran sebab kemarin kakaknya masih terlihat sehat dan baik-baik saja.

"Sejak kapan kakak sakit?"

"Tadi pagi, semalam dia kehujanan." Margaret meletakan majalah di meja, lalu menatap lekat ke arah Nera.

"Kamu sendiri dari mana, kenapa baru pulang sekarang?"

Nera menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia berusaha mengalihkan pembicaraan tersebut. Nera belum siap mengatakan kejadian semalam pada sang mamah.

"Aku habis dari rumah teman, kemarin aku udah izin sama Mamah kok. Terus tadi mampir ke apartemen Kaivan dulu, jadi lama." Jawab Nera panjang lebar.

Margaret mengangguk singkat, mereka berdua mengobrol selama beberapa menit hingga kedatangan seorang dokter membuat ibu dan anak itu mengehentikan obrolan mereka.

Margaret pamit pada putri keduanya untuk mengantar dokter ke kamar Cyra, melihat mamahnya sedikit berubah membuat Nera cemas. Ia takut jika kasih sayang Margaret akan terbagi dengan kakaknya.

"Ini tidak bisa di biarkan, kakak tidak boleh mendapat kasih sayang dari mamah dan papah!" gumam Nera, ia menggigit kuku-kuku di jarinya.

Kebiasaan itu terjadi setiap kali ia merasa cemas serta kalut, dan kini ia merasa posisi putri kesayangan bagi keluarga tersebut sedang terombang ambing. Meski Nera menjadi anak kesayangan, tapi ia sangat tidak suka jika Cyra hidup nyaman.

Perasaan iri selalu menyelimuti batin gadis itu, ia menginginkan semua yang selalu membuat Cyra tersenyum, termasuk Kaivan yang berhasil ia rebut.

Ia melangkah menuju tangga, Nera mulai menaiki anak tangga satu persatu menuju pintu bercat putih yang terdapat gantungan pintu berisi inisal sang pemilik kamar tersebut.

Perlahan Nera membuka pintu, ia melihat ke arah ranjang berukuran sedang. Di sana ada Cyra dengan wajah pucat, dan bibir kering.

"Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Margaret.

"Nona Cyra hanya demam biasa, saya sudah memberikan obat penurun panas sebentar lagi pasti dia akan membaik." Jawab sang dokter sopan.

Margaret mengangguk, ia menunduk kembali menatap Cyra. Gadis itu masih terlelap, dan raut wajahnya masih saja pucat. Pandangan Margaret tertuju pada mangkok bubur di nakas, bubur itu masih utuh seperti belum di sentuh sama sekali.

Lamunan wanita paruh baya tersebut buyar, ketika mendengar dokter berpamitan. Margaret mengantar dokter itu keluar, ia membiarkan Cyra bersama Nera di sana.

"Kak, apa kamu tidur?"

Namun tidak ada jawaban dari Cyra, hal itu menandakan bahwa Cyra benar-benar sedang terlelap. Sesaat Nera menoleh ke arah pintu, ia memastikan bahwa Margaret belum datang kembali.

Nera mengguncang lengan Cyra cukup keras, hingga gadis itu terbangun dari tidur lelapnya. Ia menoleh ke samping kanan, seketika ia merubah raut wajahnya menjadi dingin.

"Ada apa kamu kesini, Ner?" nada bicara Cyra, sangat datar dan acuh. Tidak ada lagi sapaan hangat seperti biasanya.

"Aku cemas karena Kakak tiba-tiba sakit, apa kejadian kemarin sangat membuatmu terluka?"

Ia bertanya sembari tersenyum mengejek, seakan ia senang melihat keterpurukan Cyra saat ini. Namun Cyra tak menjawab, ia diam dan membuang wajah ke samping kiri. Ia tak ingin melihat wajah Nera, yang sedang menyepelekan perasaannya.

Melihat Cyra tak menanggapi ucapannya, Nera menjadi kesal ia meraih mangkok bubur di samping tempat tidur dan kembali melontarkan pertanyaan pada kakaknya.

"Kak, aku tidak suka jika Kakak mendapat perhatian kecil dari mamah. Apa Kakak tahu, aku sangat benci dengan sikap Kakak yang terlalu naif." Pancing Nera.

Cyra kembali menoleh, ia menaikan satu alisnya ke atas. "Naif? bukannya kamu yang seperti itu, Ner."

"Kamu bersikap lembut di depan, tapi bajingan di belakang!" imbuh Cyra.

Ia memperhatikan perubahan pada wajah Nera, kedua tangan adiknya nampak gemetar menahan amarah. Hingga sesaat kemudian, Nera menumpahkan mangkok bubur pada dirinya sendiri. Sontak Cyra langsung syok, bersamaan dengan itu muncul Margaret dari arah pintu yang berteriak lantang memanggil nama adiknya.

"NERA!" Margaret berlari menghampiri Nera, ia menutup mulutnya saat menyadari bubur di mangkok tadi sudah berpindah tempat pada tubuh putrinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 46

    Sekembalinya Cyra ke meja kerjanya, dia langsung di cecar pertanyaan oleh rekan kerjanya yang duduk di meja sebelahnya. Dari ekspresi wajah wanita itu, terlihat jelas bahwa Livia sangat penasaran apa yang terjadi di antara Cyra dan juga atasan mereka yang belakangan ini sering sekali merepotkan Cyra. "Ra, apa Pak Raizan menggodamu kali ini?" Tanya Livia. Cyra langsung menggeleng. "Tidak, dia hanya menyuruhku untuk membantunya memeriksa pekerjaan.""Apa?" Livia menggeser kursinya sedikit agar lebih dekat ke arah Cyra. "Kok bisa? Kamu bukan asistennya loh, kenapa Pak Raizan justru memintamu melakukan tugas asistennya?""Aku tidak tahu. Aku sendiri bingung dengan tingkah atasan kita."Livia tersenyum tipis, dia menyenggol lengan Cyra. "Jangan-jangan Pak Raizan suka sama kamu, Ra."Sontak Cyra langsung melotot. "Mana mungkin, jangan ngaco deh.""Bisa aja, kan? Toh kamu cantik, cerdas, manis. Cowok mana yang tidak suka sama kamu, Ra."Ocehan Livia membuat Cyra geleng-geleng kepala, dia

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 45

    Nevalion baru saja tiba di lobi perusahaannya ketika seorang wanita yang menjabat sebagai karyawan perusahaan itu muncul menghampirinya, Nina selaku ketua dari divisi pemasaran tampak cantik dengan pakaian kantornya yang membentuk lekukan tubuhnya. "Tuan Nevalion." Panggil Nina. Nevalion yang sedang duduk di kursi roda seketika menghentikan langkah, dia menaikan sebelah alisnya saat menyadari keberadaan wanita itu. "Ada apa?" Tanya Nevalion. "Emm ... Tidak ada, hanya ingin menyapa saja." Nevalion mengangguk. "Baik, saya permisi dulu." Nina menahan langkah Nevalion dengan senyum menggoda yang terselubung di balik profesionalitasnya. "Tuan Nevalion, sebentar," katanya lembut, tubuhnya sedikit condong ke depan, aroma parfum mahal yang dia gunakan langsung menyeruak di udara. "Ya?" Nevalion menatap datar, suaranya rendah namun tegas. Wanita itu memainkan ujung rambutnya sambil melangkah mendekat, sepatu hak tingginya beradu lembut dengan lantai marmer lobi. "Saya hanya i

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 44

    Sinar matahari menyusup melalui tirai jendela kamar milik Cyra dan juga Nevalion, perlahan Cyra membuka kelopak matanya. Dia mengerjapkan mata beberapa kali untuk menjernihkan penglihatannya, tatapan wanita itu tertuju pada langit-langit kamar tersebut. Cyra memiringkan kepalanya ke samping kanan, di sana Nevalion masih tertidur pulas. Kedua matanya memerah menahan tangis, sesak di dadanya semakin menghimpit setiap kali dia menatap wajah suaminya. "Kenapa kamu melakukannya, Mas. Aku pikir kamu berbeda, ternyata aku salah." Kata Cyra sendu. Hatinya pedih, masa depan yang dia rencanakan dengan Nevalion kini terasa samar dalam ingatannya. Dia tidak tahu mengapa saat ini perasaannya sangat kacau, sulit sekali untuknya menata kembali kepingan perasaan yang di hancurkan oleh Nevalion. Perlahan, Cyra beranjak dari ranjang kemudian menyingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Cyra beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya, hari ini dia berniat berangkat kerja lebih aw

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 43

    Nevalion merapikan pakaiannya ketika mendengar pintu rumah utama di buka, hari sudah menjelang malam ketika Cyra tiba di rumahnya. Pria itu kembali duduk di kursi roda layaknya orang lumpuh, dia membalikan arah kursi rodanya menuju ruang tamu. Saat pintu utama sudah tertutup rapat, Nevalion menunggu suara istrinya memanggil namanya. Namun, hingga beberapa menit berlalu tidak ada suara istrinya yang memanggil namanya seperti biasanya. Begitu Cyra melewati ruang tamu, wanita itu melihat ke arah Nevalion yang sedang menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya. "Hay, Mas." Sapa Cyra. Senyum terpaksa muncul di bibir wanita itu, dia berusaha mati-matian untuk tidak terlihat sedih saat bertatapan dengan wajah suaminya. "Kamu baru pulang? apa tadi lembur?" tanya Nevalion. Cyra mengangguk. "Iya, tadi banyak kerjaan sedikit." "Sudah makan?" "Sudah, aku makan di kantor tadi sama teman-teman." Cyra mengeratkan genggaman tangannya di tas selempangnya. "Aku cape, aku ke kama

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 42

    Cyra memandangi ponselnya untuk beberapa saat, meski dia memang ingin pulang dulu ke rumah tapi melihat isi pesan dari nomor tak di kenal membuatnya ragu dan bingung."Apa mungkin, Mas Neva kenapa-napa?" pikirnya.Mengenyahkan pikiran negatif itu, Cyra kembali melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang. Jarak rumahnya dari toko bunga cukup jauh, bisa memakan waktu sekitar setengah jam.Dalam perjalanan itu, pikirannya tak pernah lepas dari Nevalion. Tak bisa dia pungkiri, ada perasaan waspada dan takut jika firasatnya benar dan dia akan melihat sesuatu yang membuatnya kecewa.Mobil Cyra mulai memasuki komplek perumahan miliknya, dia menambah sedikit kecepatan mobilnya agar cepat sampai di depan rumahnya.Beberapa saat kemudian, dia tiba di depan rumahnya. Fokusnya langsung tertuju pada mobil BMW berwarna hitam yang ada di halaman rumahnya, mobil itu tampak tidak asing tapi Cyra belum bisa mengenalinya."Apa mungkin sedang ada tamu?" ujarnya seraya melepas sabuk pengaman dari tubuhnya.

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 41

    Cyra termenung di dalam mobilnya, keraguan perlahan muncul dalam hatinya terlebih saat dia mengingat kembali ucapan Katty tadi. Sebelumnya, tidak pernah terlintas di benaknya kalau Nevalion memiliki masa lalu sekelam itu. "Apa mungkin, alasan Mas Neva meninggalkan Katty karena dia lumpuh?" kata Cyra. Pertanyaan itu mendadak muncul, selama ini Nevalion jarang sekali menunjukan perasaannya. Bahkan dia sendiri tidak tahu apakah sekarang Nevalion memiliki perasaan padanya, atau tidak. Saat dia ingin berbicara dari hati ke hati, Nevalion selalu menghindar seakan dia enggan membahasa masalah tersebut. Cyra sadar hubungan mereka hanyalah sebatas pernikahan di atas kertas, tapi sejujurnya dia tidak ingin memiliki kegagalan dalam pernikahannya kali ini. Cyra menarik napas panjang, " Sebaiknya aku tidak perlu memikirkan hal ini, toh Mas Neva tidak berubah. Mingkin saja Katty mencoba membuatku meragukan suamiku sendiri." Dia melihat kondisi wajahnya dan membenarkan make up yang sedik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status