Share

Rencana Honeymoon

Author: Dinary
last update Last Updated: 2024-08-02 09:13:46

Suara dering ponsel, memecah konsentrasi Kevin. Ia mengalihkan pandangan sejenak dari tumpukan dokumen di meja kerjanya dan menatap layar ponsel.

Melihat nama Mamanya, Kevin kemudian mengangkat telepon.

"Ada apa, Ma?" jawab Kevin dengan suara datar.

"Kevin, bagaimana kabarmu? Kalian sudah bersiap, bukan?" Suara lembut ibunya terdengar di seberang telepon, penuh perhatian seperti biasa.

Kevin menegakkan tubuhnya, merasakan bingung dengan pertanyaan itu.

"Bersiap?" tanyanya penuh kebingungan.

"Apa kamu sudah mempersiapkan semuanya untuk honeymoon?" tanya ibunya dengan nada ceria, seolah mengharapkan kabar baik.

Honeymoon? Pikiran Kevin berputar cepat. Seingatnya belum ada lagi percakapan lanjutan mengenai hal itu antara dirinya dan Alexa.

"Honeymoon? Sejak kapan?" ucapnya kepada sang Ibu.

Ibunya terdiam sejenak, seolah terkejut dengan ketidaktahuannya.

"Mama dan Papa sudah memberikan tiketnya kepada Alexa. Kamu tidak tahu?" tanya sang Ibu dengan rasa penasaran.

Kevin menghela napas panjang. Dalam hati merasa kesal pada Alexa. Bagaimana bisa wanita itu tidak memberikan informasi seperti ini kepadanya.

"Aku masih sibuk. Nanti akan ku tanyakan lagi pada Alexa," ujar Kevin tidak ingin memperpanjang percakapan mengenai honeymoon.

"Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu. Perdulikan juga Alexa yang sedang mengandung dan gunakan kesempatan bulan madu untuk semakin dekat satu sama lain."

"Ya," jawab Kevin sebelum menutup telepon.

Kevin menghela napas berat. Melihat sudah pukul 9 malam, dirinya memutuskan untuk pulang dan bertanya pada Alexa.

"Berani sekali dia menyetujui bulan madu ini tanpa persetujuanku?" gumam Kevin dengan kesal.

***

Alexa mendengar suara mobil melintas di halaman rumah, disusul dengan suara pintu yang kemudian terbuka. Alexa bergegas turun untuk menyambut Kevin.

Namun, sebelum dirinya mengucapkan sepatah kata pun. Kevin sudah lebih dulu membungkamnya dengan tatapan dingin dan tajam.

Alexa begitu bingung, mengapa Kevin menatapnya seakan dirinya telah melakukan kesalahan besar. Bukankah seharusnya Alexa yang bersikap seperti itu setelah menyaksikan suaminya berpelukan dengan mantan kekasihnya sendiri di perusahaan? Namun, Alexa sadar bahwa dirinya tidak berhak untuk melakukan hal itu.

"Kau! Berani sekali menyetujui bulan madu tanpa persetujuanku," seru Kevin membuat Alexa tersentak kaget. Secara spontan, Alexa memegang perutnya seakan mencoba menenangkan bayinya agar tidak ikut kaget.

"Bukan seperti itu..Mama.." jawabnya terbata-bata, namun kembali di sela oleh Kevin.

"Jangan berpikir bahwa dengan bulan madu ini, hubungan kita bisa semakin dekat. Meskipun kita akan pergi bersama, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi,"

Mata Alexa terasa nanar mendengar ucapan itu dari Kevin.

"Dan jangan coba memanfaatkan orangtua ku untuk menuruti keinginanmu," tanpa menunggu penjelasan dari Alexa. Kevin melewati dirinya yang masih berdiri terpaku di pinggir tangga dan naik meninggalkannya untuk masuk ke kamarnya.

Alexa mencoba menahan air matanya agar tidak keluar. Dirinya sudah cukup menangis hari ini, terutama setelah melihat Kevin dan Nora. Alexa tidak ingin kesedihan ini mempengaruhi bayinya, karena dokter kandungan pun mengatakan bahwa ibu bayi harus merasa bahagia agar bayi yang dikandungnya juga ikut merasa bahagia dan tumbuh dengan sehat.

Oleh sebab itu, Alexa memaksakan sebuah senyuman. Sekali lagi menguatkan dirinya demi kandungannya. Alexa masih teringat betapa Kevin dulu adalah pria baik sehingga mampu membuatnya jatuh cinta, namun entah sejak kapan pria itu justru berubah. Kevin kini selalu menuduhnya dan tidak pernah memberikannya kesempatan untuk menjelaskan.

Alexa menghela nafas berat.

"Bisakah aku berharap Kevin akan kembali seperti dulu lagi?"

***

Pagi harinya, Alexa bangun lebih awal dari biasanya. Ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan lengkap, berharap bisa membuka percakapan dengan Kevin tentang honeymoon yang telah disetujui oleh orangtuanya. Dengan hati-hati, ia menyiapkan nasi goreng kesukaan Kevin dan menata meja makan dengan rapi.

Ketika Kevin turun ke ruang makan, Alexa sudah siap dengan senyuman meskipun hatinya masih terasa berat. Kevin duduk di meja makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Alexa bisa merasakan dinginnya sikap suaminya itu.

"Kevin, aku ingin bicara soal honeymoon," ucap Alexa dengan hati-hati. Ia menatap Kevin yang hanya mengangguk tanpa mengangkat pandangannya dari piring.

"Tiket sudah disiapkan oleh Mama dan Papa, kita akan berangkat minggu depan," lanjutnya.

Kevin mengunyah makanannya perlahan sebelum akhirnya menjawab dengan nada datar, "Aku masih sibuk. Kita lihat nanti."

Kevin menghela napas panjang, menatap Alexa dengan pandangan yang sulit diartikan. "Jangan berharap terlalu banyak, Alexa. Aku setuju untuk pergi, tapi jangan berharap semuanya akan berubah."

Alexa merasakan dadanya sesak, namun ia mencoba tersenyum. "Terima kasih, Kevin."

Setelah sarapan, Kevin segera beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Alexa menatap punggung suaminya yang menjauh, merasa ada jarak yang semakin lebar di antara mereka. Namun, ia tidak ingin menyerah. Alexa percaya bahwa di dalam hatinya, Kevin masih pria yang penuh cinta untuk Keluarga.

Dengan semangat yang baru, Alexa mulai merencanakan persiapan honeymoon mereka, berharap perjalanan itu akan menjadi awal yang baru bagi hubungan mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Ahkir Ending

    Setelah kejadian malam itu, Gina dan Kevin merasa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Bukan dalam bentuk jarak, tetapi sebaliknya—perasaan saling pengertian dan kedekatan yang lebih mendalam. Gina, yang semula dibelenggu oleh kecurigaan dan rasa cemburu, kini merasa lega. Kevin, di sisi lain, merasakan beban yang terangkat karena tidak lagi harus menyembunyikan rencana kejutan untuk ulang tahun istrinya.Beberapa hari kemudian, ulang tahun Gina tiba. Kevin sudah merencanakan acara kejutan kecil di rumah mereka. Sejak insiden di mana Gina mengetahui tentang kalung berlian itu, Kevin berusaha memberikan lebih banyak perhatian. Ia pulang lebih awal, membantu di rumah, dan sering kali memastikan mereka memiliki waktu berkualitas bersama, meski hanya sekadar menonton film atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka. Gina pun mulai merasa lebih tenang dan percaya pada Kevin, berusaha membuang jauh-jauh rasa cemburu yang sempat mengganggunya.Malam ulang tahun Gina dimulai d

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Di Balik Keraguan Gina

    Beberapa hari kemudian, Gina merencanakan untuk mengikuti Kevin. Ia telah mengumpulkan cukup keberanian, dan perasaan curiga yang membebani pikirannya semakin sulit diabaikan. Malam itu, Gina mengatur alarm di ponselnya dengan pelan, lalu menunggu saat Kevin pulang terlambat seperti biasanya. Ketika Kevin akhirnya tiba di rumah, ia tampak lelah seperti biasa, menjelaskan bahwa rapat berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.Gina berusaha menahan diri, pura-pura tersenyum dan memberikan pelukan hangat. Namun, pikirannya sudah penuh dengan rencana. Ia bertekad untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar "proyek kerja" antara Kevin dan Karla.Keesokan harinya, Gina mengamati Kevin dengan cermat saat ia bersiap-siap pergi ke kantor. Sesaat setelah Kevin keluar dari rumah, Gina segera menyusul, memastikan jaraknya cukup jauh sehingga Kevin tidak akan menyadari bahwa ia sedang diikuti. Jantungnya berdebar kencang sepanjang perjalanan. Gina mencoba menenangkan diri, me

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Kedekatan Yang Berlebihan

    Malam itu, meski Kevin sudah berusaha meyakinkannya, Gina masih tak bisa sepenuhnya mengusir rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Setelah Kevin tertidur di sampingnya, Gina terjaga dalam kegelapan, pikirannya terus memutar ulang percakapan mereka. Hatinya gelisah. Sesuatu di balik senyum ramah Karla dan reaksi Kevin yang canggung saat melihatnya di kafe tidak bisa ia abaikan.Beberapa hari berlalu, dan Gina mulai memperhatikan perubahan kecil dalam perilaku Kevin. Ia menjadi lebih sering pulang terlambat, selalu dengan alasan pekerjaan atau rapat mendadak. Setiap kali Gina mencoba mengajak Kevin berbicara tentang perasaannya, Kevin akan menjawabnya dengan nada lembut namun penuh penjelasan logis, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, semakin banyak Kevin beralasan, semakin Gina merasa dirinya diabaikan.Suatu malam, ketika Kevin kembali terlambat lagi, Gina memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tidak bisa lagi duduk diam dan menunggu sesuatu terjadi. Setelah anak-anak ti

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Diantara Bayangan Masa Lalu

    Gina tidak langsung mendekati Kevin dan Karla. Ia berdiri dari kejauhan, memperhatikan suaminya tertawa lepas dengan wanita lain—wanita dari masa lalunya. Hati Gina berdebar keras, sementara pikirannya dipenuhi berbagai pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, sebagai seorang istri, Kevin selalu jujur padanya, dan Gina berusaha untuk mempercayai suaminya. Tapi melihat kedekatan Kevin dengan Karla membuat hatinya tak tenang. Gina menggenggam erat tasnya, mencoba meredam emosi yang mulai naik.Saat Gina akan berbalik pergi, tanpa disadari, tatapan Kevin tertuju padanya. Wajahnya berubah seketika—senyum yang tadi mengembang kini tergantikan oleh keterkejutan. Karla, yang menyadari perubahan ekspresi Kevin, mengikuti arah pandangannya dan juga melihat Gina."Hei, Gina?" sapa Kevin dengan nada ragu. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gina berusaha tersenyum meski hatinya tak menentu. "Aku hanya mampir sebentar untuk mengejutkanmu, mungkin kita bisa makan siang bersama," katanya pelan, mencoba terde

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Kecemasan Gina

    Kehidupan Kevin dan Gina setelah liburan di desa berjalan kembali ke ritme kota besar. Kevin tenggelam dalam pekerjaannya sebagai eksekutif di perusahaan besar, sementara Gina sibuk mengurus Keiva dan Keanu serta menjalankan bisnis kecil yang ia mulai dari rumah. Mereka masih sering mengenang momen indah di desa, dan meski topik tentang anak ketiga jarang dibicarakan lagi, Kevin tidak pernah benar-benar melupakannya.Suatu sore, saat Gina sedang menyiapkan makan malam, Kevin tiba-tiba menerima telepon dari perusahaannya. Ada proyek besar yang memerlukan perhatiannya, dan rapat mendadak dijadwalkan. "Gina, aku harus ke kantor sebentar, ada rapat penting yang harus kuhadiri," katanya sambil mengambil jasnya."Rapat lagi?" tanya Gina sedikit kecewa, tapi ia tahu pekerjaan Kevin memang selalu menuntut. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu larut ya."Kevin tersenyum dan mencium keningnya sebelum berangkat. "Aku akan segera pulang. Aku janji."Di kantor, Kevin disambut dengan atmosfer yang

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Keinginan Kevin Kepada Gina

    Kevin dan Gina memutuskan untuk menghabiskan liburan mereka bersama kedua anak mereka, Keiva dan Keanu, di sebuah desa kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Desa itu terletak di kaki gunung, dengan pemandangan yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk melepas penat, bersantai, dan menikmati kebersamaan sebagai keluarga. Hari pertama di desa dimulai dengan sarapan yang sederhana namun lezat. Gina memasak roti panggang dengan selai buatan sendiri, sementara Kevin sibuk membantu Keiva dan Keanu bersiap-siap untuk berjalan-jalan. Keiva, yang kini berusia lima tahun, sangat antusias untuk menjelajahi desa dan melihat hewan-hewan di peternakan terdekat. Keanu, yang baru berusia satu tahun, juga tampak senang meskipun ia belum mengerti banyak tentang petualangan yang menunggu. Pagi itu, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga liar. Kevin menggandeng tangan Keiva, sementara Gina menggendong Keanu yang terus tertawa melihat ku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status