Alexa sangat mencintai Kevin dan merasa bersyukur karena akhirnya dapat menikah dengan cinta pertamanya itu. Namun, sebaliknya Kevin justru membenci Alexa dan menganggapnya gadis licik karena telah menjebaknya dan membuatnya putus dari kekasihnya. Pernikahan Alexa terasa seperti berada di neraka. Sampai akhirnya ia memilih untuk menyerah dan meminta cerai setelah mengalami keguguran akibat Kevin yang lebih perduli pada Nora, mantan kekasihnya. Sayangnya, Kevin justru menolak untuk bercerai dari Alexa! Akankah Kevin mulai mencintai Alexa atau memang dia memiliki rencana tersembunyi!
View More"Aku hamil dan ini adalah anakmu."
Alexa tampak gugup, tangannya gemetar memegang testpack yang menunjukan garis dua menandakan dirinya positif. Di depannya, tampak seorang pria dengan tubuh tegap menunjukkan raut wajah kesal setelah mendengar ucapan Alexa. Pria itu adalah Kevin, seorang CEO perusahaan raksasa di kota Jakarta yang juga adalah anak dari rekan bisnis ayah Alexa. Selain itu, Kevin adalah cinta pertama Alexa. Kevin menggeleng dengan keras. Merasa muak dengan jebakan yang dimainkan oleh perempuan licik di hadapannya ini. "Tidak! Kamu hanya mencari cara untuk masuk ke dalam keluargaku!" Alexa tidak kuasa menahan air mata yang mulai menetes sambil meremas perutnya. Alexa mengakui dirinya begitu bodoh, karena terlena dengan rayuan Kevin saat pria itu sedang dikuasai oleh obat perangsang sehingga menyerahkan tubuhnya begitu saja. Alexa tidak menyangka bahwa hubungan satu malam itu, akan langsung membuahkan. Dirinya juga berusaha untuk menyembunyikan kehamilan ini pada awalnya. Namun, ayah Alexa akhirnya mengetahuinya dan memaksa Alexa untuk segera meminta pertanggungjawaban dari Kevin, jika tidak maka Alexa akan dipaksa untuk menguggurkan bayi itu supaya tidak mencemarkan nama baik keluarga. Alexa tidak mau mengugurkan bayinya. Maka, ia memutuskan untuk mengakuinya pada Kevin. Meskipun, Alexa sudah dapat menduga bahwa pria itu akan menolaknya. Namun, mendengar perkataan pedas dan sikap Kevin yang begitu dingin terhadapnya bahkan menuduhnya, membuat hati Alexa begitu sakit. “Harusnya kamu tahu, aku sedang dalam pengaruh obat. Harusnya kau bisa menolakku dengan tegas!” Mata Kevin berkilat marah, tidak memperdulikan Alexa yang semakin terisak mendengar perkataannya. “Apa jangan-jangan, kamu yang sengaja menjebakku?” tidak tahan mendengar semua tuduhan Kevin. Alexa bangkit berdiri dan berjalan ke luar meninggalkan Kevin yang masih nampak kesal di ruangannya. *** Awalnya, Alexa berpikir untuk kabur dari keluarganya dan merawat bayinya sendirian. Namun, siapa sangka ayahnya telah menyebarkan berita kehamilannya pada orangtua Kevin dan mengancam mereka untuk segera tanggung jawab atau nama baik perusahaan Kevin akan rusak. Alexa sadar bahwa ayahnya sengaja bersikap seperti itu, lantaran perusahaan mereka sedang di ambang kebangkrutan dan kehamilan Alexa dianggap sebagai batu loncatan untuk bisa mendapatkan investasi tambahan dari perusahaan Kevin. Sehingga akhirnya kedua keluarga memutuskan untuk segera menikahkan Kevin dan Alexa. Kevin merasa terperangkap, namun tidak bisa melawan kehendak keluarganya. Hari pernikahan itu akhirnya tiba, diselenggarakan dengan megah di sebuah gedung mewah di pusat kota. Tamu undangan mulai berdatangan sejak pagi, membawa hadiah dan ucapan selamat. Gedung itu dihias dengan indah, dipenuhi bunga-bunga mawar putih dan merah, menciptakan suasana yang elegan namun penuh tekanan bagi Kevin. Namun, berbanding terbalik dengan segala kemegahan itu. Kevin justru nampak kecewa dan menghela napas panjang. Pasalnya, dia tidak menginginkan pernikahan ini. Kevin telah memiliki kekasih, yaitu Nora. Dan karena pernikahan ini, hubungan mereka harus kandas. Sejak dulu Nora selalu memberitahunya bahwa Alexa adalah gadis licik bermuka dua dan selalu berusaha untuk mendapatkan dirinya. Awalnya Kevin tidak begitu mempercayai perkataan Nora, karena baginya Alexa hanyalah gadis polos dan lemah lembut. Namun, kejadian kali ini mau tidak mau membuat Kevin mulai mempercayai perkataan Nora dan membenci Alexa. Di ruangan lain, Alexa menatap cermin dengan perasaan gugup. Gaun pengantinnya yang berwarna putih bersih menjuntai indah, dihiasi renda-renda halus. Namun, wajahnya justru terlihat sedih. Meski ia memang pernah berharap untuk bisa menikah dengan Kevin, tapi bukan seperti ini. Dirinya ingin menikah dengan perasaan saling mencintai, bukan hanya karena sebuah paksaan. Alexa meremas tangannya yang berkeringat, berharap semuanya akan baik-baik saja demi anak yang dikandungnya sebelum akhirnya melangkah ke luar karena acara akan segera dimulai. Upacara pernikahan dimulai dengan khidmat. Cincin pernikahan dipasang di jari masing-masing, simbol dari ikatan yang kini mengikat mereka. Meski terlihat indah dan berkilau, bagi Kevin cincin itu terasa seperti belenggu. Ketika saatnya tiba bagi pengantin untuk saling berciuman, Kevin mendekatkan wajahnya pada wajah Alexa. Namun, rupanya Kevin justru berbisik kecil di telinga Alexa. "Aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai istriku. Jangan pernah berharap lebih."Setelah kejadian malam itu, Gina dan Kevin merasa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Bukan dalam bentuk jarak, tetapi sebaliknya—perasaan saling pengertian dan kedekatan yang lebih mendalam. Gina, yang semula dibelenggu oleh kecurigaan dan rasa cemburu, kini merasa lega. Kevin, di sisi lain, merasakan beban yang terangkat karena tidak lagi harus menyembunyikan rencana kejutan untuk ulang tahun istrinya.Beberapa hari kemudian, ulang tahun Gina tiba. Kevin sudah merencanakan acara kejutan kecil di rumah mereka. Sejak insiden di mana Gina mengetahui tentang kalung berlian itu, Kevin berusaha memberikan lebih banyak perhatian. Ia pulang lebih awal, membantu di rumah, dan sering kali memastikan mereka memiliki waktu berkualitas bersama, meski hanya sekadar menonton film atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka. Gina pun mulai merasa lebih tenang dan percaya pada Kevin, berusaha membuang jauh-jauh rasa cemburu yang sempat mengganggunya.Malam ulang tahun Gina dimulai d
Beberapa hari kemudian, Gina merencanakan untuk mengikuti Kevin. Ia telah mengumpulkan cukup keberanian, dan perasaan curiga yang membebani pikirannya semakin sulit diabaikan. Malam itu, Gina mengatur alarm di ponselnya dengan pelan, lalu menunggu saat Kevin pulang terlambat seperti biasanya. Ketika Kevin akhirnya tiba di rumah, ia tampak lelah seperti biasa, menjelaskan bahwa rapat berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.Gina berusaha menahan diri, pura-pura tersenyum dan memberikan pelukan hangat. Namun, pikirannya sudah penuh dengan rencana. Ia bertekad untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar "proyek kerja" antara Kevin dan Karla.Keesokan harinya, Gina mengamati Kevin dengan cermat saat ia bersiap-siap pergi ke kantor. Sesaat setelah Kevin keluar dari rumah, Gina segera menyusul, memastikan jaraknya cukup jauh sehingga Kevin tidak akan menyadari bahwa ia sedang diikuti. Jantungnya berdebar kencang sepanjang perjalanan. Gina mencoba menenangkan diri, me
Malam itu, meski Kevin sudah berusaha meyakinkannya, Gina masih tak bisa sepenuhnya mengusir rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Setelah Kevin tertidur di sampingnya, Gina terjaga dalam kegelapan, pikirannya terus memutar ulang percakapan mereka. Hatinya gelisah. Sesuatu di balik senyum ramah Karla dan reaksi Kevin yang canggung saat melihatnya di kafe tidak bisa ia abaikan.Beberapa hari berlalu, dan Gina mulai memperhatikan perubahan kecil dalam perilaku Kevin. Ia menjadi lebih sering pulang terlambat, selalu dengan alasan pekerjaan atau rapat mendadak. Setiap kali Gina mencoba mengajak Kevin berbicara tentang perasaannya, Kevin akan menjawabnya dengan nada lembut namun penuh penjelasan logis, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, semakin banyak Kevin beralasan, semakin Gina merasa dirinya diabaikan.Suatu malam, ketika Kevin kembali terlambat lagi, Gina memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tidak bisa lagi duduk diam dan menunggu sesuatu terjadi. Setelah anak-anak ti
Gina tidak langsung mendekati Kevin dan Karla. Ia berdiri dari kejauhan, memperhatikan suaminya tertawa lepas dengan wanita lain—wanita dari masa lalunya. Hati Gina berdebar keras, sementara pikirannya dipenuhi berbagai pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, sebagai seorang istri, Kevin selalu jujur padanya, dan Gina berusaha untuk mempercayai suaminya. Tapi melihat kedekatan Kevin dengan Karla membuat hatinya tak tenang. Gina menggenggam erat tasnya, mencoba meredam emosi yang mulai naik.Saat Gina akan berbalik pergi, tanpa disadari, tatapan Kevin tertuju padanya. Wajahnya berubah seketika—senyum yang tadi mengembang kini tergantikan oleh keterkejutan. Karla, yang menyadari perubahan ekspresi Kevin, mengikuti arah pandangannya dan juga melihat Gina."Hei, Gina?" sapa Kevin dengan nada ragu. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gina berusaha tersenyum meski hatinya tak menentu. "Aku hanya mampir sebentar untuk mengejutkanmu, mungkin kita bisa makan siang bersama," katanya pelan, mencoba terde
Kehidupan Kevin dan Gina setelah liburan di desa berjalan kembali ke ritme kota besar. Kevin tenggelam dalam pekerjaannya sebagai eksekutif di perusahaan besar, sementara Gina sibuk mengurus Keiva dan Keanu serta menjalankan bisnis kecil yang ia mulai dari rumah. Mereka masih sering mengenang momen indah di desa, dan meski topik tentang anak ketiga jarang dibicarakan lagi, Kevin tidak pernah benar-benar melupakannya.Suatu sore, saat Gina sedang menyiapkan makan malam, Kevin tiba-tiba menerima telepon dari perusahaannya. Ada proyek besar yang memerlukan perhatiannya, dan rapat mendadak dijadwalkan. "Gina, aku harus ke kantor sebentar, ada rapat penting yang harus kuhadiri," katanya sambil mengambil jasnya."Rapat lagi?" tanya Gina sedikit kecewa, tapi ia tahu pekerjaan Kevin memang selalu menuntut. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu larut ya."Kevin tersenyum dan mencium keningnya sebelum berangkat. "Aku akan segera pulang. Aku janji."Di kantor, Kevin disambut dengan atmosfer yang
Kevin dan Gina memutuskan untuk menghabiskan liburan mereka bersama kedua anak mereka, Keiva dan Keanu, di sebuah desa kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Desa itu terletak di kaki gunung, dengan pemandangan yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk melepas penat, bersantai, dan menikmati kebersamaan sebagai keluarga. Hari pertama di desa dimulai dengan sarapan yang sederhana namun lezat. Gina memasak roti panggang dengan selai buatan sendiri, sementara Kevin sibuk membantu Keiva dan Keanu bersiap-siap untuk berjalan-jalan. Keiva, yang kini berusia lima tahun, sangat antusias untuk menjelajahi desa dan melihat hewan-hewan di peternakan terdekat. Keanu, yang baru berusia satu tahun, juga tampak senang meskipun ia belum mengerti banyak tentang petualangan yang menunggu. Pagi itu, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga liar. Kevin menggandeng tangan Keiva, sementara Gina menggendong Keanu yang terus tertawa melihat ku
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments