Home / Fantasi / Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia / BAB 4: Mulai Sekarang, Panggil Aku Teo Andersen

Share

BAB 4: Mulai Sekarang, Panggil Aku Teo Andersen

Author: Geanna Kim
last update Last Updated: 2024-12-09 21:15:26

Mata Eric terbelalak kaget.

Teo tersenyum jengah.

Penampilan orang itu tampak berwibawa dengan topi baret dan kumis tipis di bawah hidung. Sosoknya yang elegan terlihat seperti seniman, kritikus, dan sineas berbakat. Namun, siapa sangka orang itu memesan wanita untuk dipermainkan.

“Jangan bergurau, Tuan Teo. Kau membuat kami kehilangan harapan,” kata Bara yang kemudian terkekeh keras.

“Tidak. Saya benar-benar serius. Saya membatalkan perjanjian kita.”

Gideon mengusap tatanan rambutnya yang sangat rapi. Entah berapa jam ia menghabiskan waktu di salon mewah bersama penata rias khusus hanya untuk merapikan rambutnya. Satu hal yang jelas, ia tampak kecewa.

“Jangan main-main, Teo. Bawakan Nona Julia ke sini. Kau tidak ingin acara ini hancur, kan? Jika tidak ingin, segera bawakan wanita itu ke hadapan kami,” gertak Gideon.

“Saya tidak bisa melakukannya,” sanggah Teo masih dalam posisi berdiri dan menjaga jarak dari tiga orang busuk ini. “Dunia hiburan tidak seharusnya menyimpan sisi gelap seperti ini.”

Gideon yang tampak jauh lebih muda dari dua orang lainnya mulai tersenyum. Awalnya ia hanya memasang raut wajah serius sembari meminum wine. Kali ini, ia meletakkan gelas wine di meja dan beralih memandang Teo.

“Kau ingin izin klub yang kau banggakan itu dicabut?” tanya Gideon dengan tenang.

Ia adalah putra dari Menteri Perindustrian di Eldorisia. Bagaimanapun juga, untuk menyukseskan bisnis klub malam  milik Teo, izin bisnis itu tak boleh lepas dari tangannya.

Selain itu, sebenarnya, adanya campur tangan Gideon juga sangat menguntungkan Teo. Ia tak perlu repot-repot menyembunyikan pengiriman barang-barang terlarang dari luar negeri untuk bisnisnya. Semua itu telah diatur oleh Gideon bersama ayahnya, sang menteri.

Teo terdiam sejenak.

Bara adalah pemilik label rekaman yang besar, salah satu pesaing Teo, yang kali ini akan berinvestasi untuk klub malam miliknya. Tentu itu adalah hal bagus. Bagaimanapun juga, ketika pesaing mulai terpikat, tentu akan menguntungkan, bukan?

Sementara itu, Eric adalah putra sulung dari salah satu 4 keluarga besar di Eldorisia. Meskipun terkadang penampilannya terkesan kuno dan ketinggalan zaman, tetapi ia sebenarnya sangat mengikuti perkembangan dunia hiburan. Yang paling utama adalah, ia akan melakukan apapun yang bisa membuatnya mendapatkan artis-artis wanita yang sangat cantik.

“Cabut saja, dan setelah itu kalian mungkin akan kesulitan mendapat wanita-wanita kesukaan kalian dan barang-barang ilegal itu,” ucap Teo dengan tegas.

Sebelumnya, beberapa berkas perjanjian mereka memang telah Aaron pelajari dengan teliti. Kebetulan, semua itu tersimpan di studio pribadi Teo. Itulah mengapa Aaron tahu tentang kebusukan tiga orang dengan status besar itu.

“Kau ….” Bara menggeram dengan wajah penuh amarah.

Bagaimana bisa Teo yang sebelumnya berkali-kali memohon dan membujuk mereka untuk ikut menyukseskan bisnisnya kini malah bersikap sebaliknya.

“Mungkin jika apa yang ada di belakang bisnis ini terungkap ke publik, karirku sebagai artis memang akan tamat, tapi itu tentu hanya berpengaruh pada diriku sendiri.” Teo menatap ketiga orang itu dengan tajam. “Tapi saat kalian ikut terseret, nama baik kalian dan keluarga kalian, bahkan nama baik negara ini, mungkin akan benar-benar hancur.”

Wajah ketiga pria itu dipenuhi amarah. Mata mereka menyalakan kilatan untuk segera menghabisi Teo.

“Apa jadinya jika orang-orang besar, bahkan orang pemerintahan yang telah dipercaya oleh rakyat justru mengalirkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi, terlebih untuk menyewa wanita dan membeli barang ilegal.” Teo sekali lagi berbicara dengan tenang, tetapi terdengar cukup mengintimidasi.

“Apa kau mengancam kami?” tanya Bara yang tampak sedikit terpancing.

“Tidak juga. Aku hanya mengatakan kemungkinan yang sepertinya akan segera terjadi,” jawab Teo.

“Apa yang kau inginkan Teo? Tempo hari kau mengemis pada kami untuk melancarkan bisnismu dengan memberikan Julia pada kami, tapi sekarang kau mengingkari janjimu dan malah mengancam kami.” Eric mengendus dingin. 

“Kau hanya artis kecil yang tak memiliki kekuatan di negara ini. Apa kau lupa siapa ayahku? Meskipun kami terseret, ayahku tak akan tinggal diam. Kau bahkan sudah tahu kalau presiden negara ini juga bukan orang yang sebaik itu, tentu saja dia juga tak akan tinggal diam jika menterinya terkena berita buruk.” Gideon tersenyum remeh.

“Orang kecil tidak usah banyak gaya!” Bara melempar asbak marmer yang ada di meja ke arah Teo.

Untungnya, Teo berhasil menghindar.

“Apa kau lupa bahwa aku bisa membuat karirmu lebih dari hancur, bahkan hidupmu juga bisa tamat sekarang juga?” Eric berjalan mendekati Teo. Kesabarannya benar-benar telah mencapai batas.

Eric menendang kaki Teo dengan cukup keras. “Cepat berikan Julia pada kami

Teo meringis pelan. Namun, ia tetap terlihat cukup tenang.

“Sebelumnya, aku sudah cukup sabar dengan omong kosongmu itu.” Gideon yang sedari tadi duduk, akhirnya kini berdiri dan berjalan mendekati Teo.

Gideon mengulurkan tangannya, menarik kerah kemeja Teo, dan menatapnya dengan tajam. “Sekarang, sepertinya kesabaran memang bukan hal bisa diberikan untukmu, Teo.”

Gideon melempar tubuh Teo hingga menabrak dinding ruangan. Dengan tubuh kekar itu, tentu bukan sesuatu yang berat untuk membuat Teo babak belur.

Punggung Teo membentur tembok cukup keras hingga membuatnya merasa nyeri yang cukup dalam. Belum sempat ia bangkit, Gideon kembali menghajarnya.

Gideon melayangkan kakinya untuk menendang perut Teo hingga membuat empunya kembali meringin kesakitan.

“Ini adalah balasan untuk orang yang berani mempermainkan kami,” ucap Gideon dengan suara begitu tajam dan dingin. “Kalau kau memang tak ingin memberikan Julia, maka kau yang harus menerima akibatnya.”

Beberapa kali Gideon melayangkan pukulan kepada Teo. Sedangkan Eric dan Bara tertawa puas melihat adegan itu. Sesekali, Bara juga melempar cacian kepada Teo.

Setelah beberapa saat, mereka menghentikan aksi bejat itu.

Teo bangkit dengan tubuh yang babak belur. Bahkan, penampilannya sudah tak karuan. Ia tersenyum kecil ke arah tiga orang itu sambil mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.

Teo mengeluarkan ponselnya, membuka salah satu aplikasi media sosial dan mengunggah sesuatu di sana.

Teo memutar sebuah rekaman suara yang berisi sepotong percakapan mereka beberapa menit yang lalu, termasuk suara dari pukulan-pukulan yang dilayangkan kepada Teo. Dan semua itu telah Teo unggah menggunakan sebuah akun anonim di media sosial.

“Dalam hitungan menit, nama kalian akan menjadi pembicaraan hangat di media sosial.” Teo tersenyum sinis.

“Mulai saat ini, aku, Teo Andersen, tidak akan pernah takut dengan orang seperti kalian.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
helpi
mantep aaron smngt
goodnovel comment avatar
ninis
baguss lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 87: Teo Akhirnya Pulih

    Di ruang interogasi yang sunyi, Samuel duduk terdiam, tangan diborgol ke meja besi yang dingin. Ia merasa seluruh tubuhnya berat, seolah dunia ini sudah jatuh padanya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kacau. Tidak ada lagi Jake yang bisa diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar yang jelas.Pintu ruang interogasi terbuka, dan Aarav masuk dengan wajah serius. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di seberang Samuel, memandangnya tajam. Samuel menatapnya, mencoba membaca ekspresi di wajah pria itu. Tapi Aarav hanya diam, menyusun kata-kata."Aku tahu kau merasa terjebak, Samuel," akhirnya Aarav berkata, suara tenang namun penuh penekanan. "Tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menghindari hukuman yang lebih berat."Samuel menggigit bibir bawahnya, tak tahu harus berkata apa. Selama ini, ia selalu berusaha untuk bisa mengontrol segalanya, tapi kini ia berada dalam situasi yang benar-benar di luar kendalinya.Aarav melanjutkan, "Kau tahu bahwa Jake bukan orang yang bisa kau percayai. Ka

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 86: Penyelamatan Tak Terduga

    Samuel merasakan udara dingin yang menusuk tulang ketika mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah vila mewah di tengah hutan. Kepalanya masih pening setelah melarikan diri dari kantor polisi, dan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin ia berhasil kabur secepat ini? Siapa yang mengatur semua ini?Pintu mobil terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar menariknya keluar. "Masuk," perintah pria itu dengan suara berat.Samuel mengatur napasnya dan melangkah ke dalam vila. Interiornya mewah, dengan dinding kayu berukir dan lampu gantung kristal yang menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Namun, semua kemewahan itu tak mengalihkan perhatiannya dari sosok pria yang duduk dengan santai di kursi kulit berwarna hitam di tengah ruangan.Jake Arthur.Samuel terbelalak. "Jake?!"Jake tersenyum kecil. "Senang melihatmu lagi, Sam. Sudah lama sekali, ya?"Samuel tetap berdiri kaku, matanya tak lepas dari pria yang seharusnya masih berada di balik jeruji besi. "Bagaimana... bagaimana

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 85: Melarikan Diri

    Samuel duduk di kursi interogasi dengan tangan terborgol di depan meja baja dingin. Wajahnya tegang, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Aarav dan Nick berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Pengacara Samuel duduk di sampingnya, sesekali berbisik dan menyuruhnya diam."Samuel, kita tahu semua permainanmu," Aarav memulai, suaranya penuh tekanan. "Kami sudah melacak rekeningmu, melihat transaksi mencurigakan, dan menghubungkan semua titik. Uang yang kamu dapatkan dari eksploitasi artis itu? Kami akan mengembalikannya ke pemiliknya."Samuel menggertakkan giginya, jelas tidak senang dengan kenyataan itu. "Kamu tidak bisa begitu saja menyita uangku! Aku bekerja keras untuk itu!"Nick tertawa sinis. "Kerja keras? Maksudmu, memanfaatkan orang lain, memperlakukan mereka seperti barang dagangan, dan meraup keuntungan dari penderitaan mereka? Itu bukan kerja keras, itu kejahatan."Samuel menatap Nick dengan penuh kebencian. "Kau pikir kau lebih baik dariku, Rayson? Aku tahu siapa kau. Mant

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 84: Interogasi yang Rumit

    Aarav duduk di seberang Samuel di ruang interogasi yang remang-remang. Tangannya bertaut di atas meja, ekspresi wajahnya dingin namun penuh kewaspadaan. Di sampingnya, seorang petugas mencatat setiap kata yang diucapkan. Sementara itu, Samuel duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah-olah ia tidak merasa terancam sama sekali."Samuel," Aarav memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "Kami sudah punya cukup bukti yang mengarah kepadamu dalam kasus percobaan pembunuhan Teo. Mobil yang digunakan dalam tabrakan itu ditemukan di rumahmu. Jejak lumpur di mobilmu sama persis dengan lumpur di lokasi kecelakaan. Apa kau masih mau menyangkal?"Samuel mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mobil itu memang ada di rumahku, tapi siapa pun bisa menggunakannya. Bisa saja ada orang lain yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku."Aarav terkekeh sinis. "Itu alasan yang buruk. Kami juga menemukan rekaman CCTV di kafe tempat kau mampir sebelum ke

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 83: Bantuan dari Julia

    Julia duduk di tepi tempat tidur rumah sakit Teo, tangannya masih gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Nick berdiri di dekat jendela, matanya mengamati langit yang mulai gelap. Aarav, yang baru kembali dari penyelidikannya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.“Samuel bukan orang baik, Aarav,” kata Julia tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik.Aarav mengalihkan perhatiannya kepadanya. “Apa maksudmu?”Julia menghela napas, menatap Teo yang masih terbaring lemah di tempat tidur. “Dia terlibat dalam eksploitasi artis. Aku tahu karena aku hampir menjadi korbannya.”Nick dan Aarav saling bertukar pandang. Nick akhirnya mendekat dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Julia?”Julia menelan ludah, mengingat kembali pengalaman buruk itu. “Dulu, sebelum aku mencapai puncak karierku, ada satu masa ketika aku diajak menghadiri acara eksklusif yang diselenggarakan oleh orang-orang berpengaruh di industri hiburan. Aku diberi tahu bahwa acara itu bisa membantuku mendapatkan lebih banyak p

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 82: Tersangka Utama

    Julia bergegas memasuki rumah sakit dengan wajah panik. Napasnya tersengal-sengal setelah berlari dari tempat parkir. Ia hampir tidak bisa percaya ketika Nick menelepon dan memberitahunya bahwa Teo mengalami kecelakaan parah dan harus menjalani operasi akibat pendarahan di otak. Julia menggenggam erat ponselnya, tangannya gemetar saat mencoba mencari tahu di mana Teo dirawat.Nick yang sudah menunggunya di lobi segera menghampiri Julia."Julia... akhirnya kamu datang," kata Nick dengan suara lembut, berusaha menenangkan.Julia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Teo... bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"Nick menghela napas panjang. "Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi dia masih belum sadar. Kita hanya bisa menunggu."Julia merasa jantungnya mencelos. Ia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU di mana Teo dirawat. Melihat Teo terbaring dengan wajah pucat, selang infus menancap di lengannya, dan alat bantu m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status