Aku terbangun di sebuah danau yang terlihat begitu indah dan juga menenangkan. Banyak sekali bunga-bunga yang bermekaran di sekitarnya. Aku berdiri dengan pakaian serba putih di tubuhku. Aku tidak mengingat keberadaanku sekarang. Tidak ada siapa pun di tempat ini, selain aku seorang. Aku mengerutkan keningku karena tempat ini begitu asing. Aku tidak pernah ke tempat seindah ini sebelumnya.
“Kiran,” panggil seseorang yang tiba-tiba saja berada di sampingku sambil menepuk pundakku.
Aku menoleh, lalu membulatkan kedua bola mataku karena terkejut dengan siapa yang kulihat. Untuk beberapa detik aku hanya terdiam mematung, hingga akhirnya aku bisa kembali bergerak dengan air mata yang berderai.
“Mommy?!” Suaraku tercekat. Aku tidak bisa berkata-kata lagi karena begitu senang dan terharu bisa bertemu dengan mommy lagi. “Apa aku berada di surga?”
Mommy menggelengkan kepalanya, ia meraih tanganku lalu menarik tubuhku untuk memeluknya. “Tidak, Kiran. Ini bukan
"Apa yang terjadi?" tanyaku dengan suara yang bergumam. Aku mencoba mengingat-ingat kenapa aku bisa terbangun di rumah sakit. Hingga sekelebat bayangan terlihat di pikiranku ketika perutku terasa nyeri karena terbentur sudut meja yang cukup tajam. Kemudian, aku melihat ke arah perut yang ternyata sudah terlihat datar. "Bayiku?" tanyaku setelah tersadar jika perutku sudah rata. "Di mana bayiku, Ethan?" Ethan terdiam seraya menatapku sendu. "Maafkan aku, Kiran." "Apa maksudmu? Kenapa kau meminta maaf padaku? Apa yang terjadi kepada bayiku?" Tiba-tiba perasaanku tidak enak. Melihat ekspresi Ethan yang tidak biasa itu membuatku merasa yakin jika terjadi sesuatu kepada bayiku. "Maaf, Kiran, bayimu tidak tertolong," ucap Ethan dengan suara lirih. "Apa?" Suaraku tercekat, air mataku luluh begitu saja ketika mendengar bayiku tidak tertolong. Untuk beberapa saat aku hanya terdiam mematung dengan air mata yang terus mengalir, hatiku begi
"Aku tidak mau kau terluka jika harus turun-naik tangga setiap hari. Jadi, aku memindahkan kamarmu ke kamarku. Begitu pun dengan sebaliknya," jelas Ethan yang mengerti dengan raut wajahku. Aku hanya terdiam lalu kembali berjalan tanpa ingin menjawab pertanyaan sedikit pun dari pria itu. Entah kenapa, tetapi hatiku tiba-tiba saja membenci Ethan karena sudah membuat bayi di dalam kandunganku meninggal. Ethan mendudukkanku di atas ranjang dengan perlahan. "Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa memanggilku." "Aku tidak perlu bantuan apa pun dari pria pembunuh sepertimu," timpalku seraya menatap wajah Ethan dengan nanar. Aku tidak salah kan memanggilnya seperti itu? Untuk beberapa saat Ethan terdiam, ia membulatkan kedua bola matanya seraya menatapku tidak percaya. Tampaknya Ethan sedang mencerna perkataanku barusan. "Kiran, apa yang baru saja kau katakan?" tanya Ethan seolah yang aku katakan barusan adalah kesalahan, atau mungkin ia takut
Sementara, aku malah menangis di pelukan Ethan histeris. Aku memegang baju Ethan dengan erat dan terus saja menangis di dada bidang miliknya."Baiklah, keluarkan semua rasa sakitmu. Kau boleh menangis, atau menumpahkan semua emosimu, keluarkan semuanya agar kau bisa tenang," ucap Ethan dengan suara berbisik namun juga menenangkan.Ethan, aku tidak tahu bagaimana sebenarnya perasaanmu padaku? Kemarin-kemarin kau tidak peduli padaku sama sekali, seolah hidupku tidak ada artinya untukmu. Lalu sekarang, di saat aku sedang terpuruk seperti ini, kau datang seolah menjadi penyelamat. Kau melakukannya sebagai mantan Ayah tiriku atau Suamiku, Ethan?***Aku terbangun ketika sinar matahari masuk ke celah-celah jendelaku. Aku terbangun dan merasakan pusing, kepalaku terasa berat namun aku tetap terbangun. Aku melihat ke arah sekelilingku, ternyata aku berada di kamar Ethan yang sudah disulap menjadi kamarku. Aku lupa kapan aku tertidur, tapi aku bisa mengingat jika
Sebenarnya aku ingin pergi saja karena muak melihat wajah Ethan, tapi … perutku terasa lapar dan tidak mungkin menahannya. Akhirnya, aku duduk di kursi kosong itu dan membuat Ethan tersenyum karena senang.Ethan duduk di depanku sambil terus saja melemparkan sebuah senyuman padaku. Aku hanya membalasnya dengan tatapan jengah dan tidak terlalu memperdulikannya. Aku berniat untuk segera menghabiskan makanan ini lalu pergi ke kamar atau ke suatu tempat."Kiran, aku tahu apa yang kau rasakan setelah kehilangan bayi yang berada di dalam kandunganmu. Aku benar-benar merasa bersalah dengan semua yang terjadi. Aku tidak tahu akan berakhir seperti ini. Selama beberapa hari ini, aku menyesali semua perbuatanku padamu. Tapi Kiran, maukah kau memaafkanku dengan setulus hatimu?"Aku terdiam selama beberapa saat ketika .Ethan meminta maaf padaku. Haruskah aku memaafkannya? Pria yang sudah tega menghilangkan nyawa bayiku. Namun, setelah dipikir-pikir apa bedanya
Aku keluar dari kamar setelah selesai membersihkan diri dan memakai baju santai seperti biasa. Aku berjalan ke arah dapur setelah mencium wangi makanan di dalam sana. Seperti biasa, terlihat Ethan yang sedang memasak. Ethan tersenyum saat melihatku berada di ambang pintu. Namun, pakain Ethan yang sekarang dikenakannya sedikit berbeda. Biasanya, Ethan akan memakai baju setelan kantoran, tetapi sekarang Ethan memakai baju biasa. Padahal hari ini bukanlah hari minggu.“Ethan, apakah kau tidak akan berangkat kerja?” tanyaku sambil didik di salah satu kursi kosong menunggu masakan matang.“Ah, ini … aku tidak akan bekerja hari ini,” jawab Ethan sambil kembali melakukan aktivitasnya tanpa melihat ke arahku.“Kenapa? Apa yang akan kau lakukan?” tanyaku lagi yang merasa penasaran. Karena tidak biasanya Ethan seperti ini.“Apa yang akan aku lakukan?” tanya balik Ethan membeo ucapanku. “Coba kau tebak!&rd
“Hei, kata siapa aku gila kerja? Selama ini aku bekerja sewajarnya saja. Aku sudah merasa lelah, dan membutuhkan liburan. Aku berniat untuk membawamu pergi.”“Oh, ya? Kau akan pergi kemana?” tanyaku yang detik berikutnya kembali melahap makanan yang selalu lezat di lidahku.“Ke pantai, kau pasti mau ikut,” jawab Ethan.“Pantai?” tanyaku sambil melihat ke arah Ethan dengan suara yang begitu antusias.Ethan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lagi saat melihatku yang terlihat antusias. Namun, aku yang merasa gengsi untuk mengakui rasa senang itu langsung merubah ekspresiku lagi. Aku mengalihkan pandanganku sambil menundukkan kepalaku.“Pantai, ya?” Aku menur
Beberapa menit kemudian, Ethan keluar dari kamar sambil membawa koper milikku. Ethan benar-benar membereskan pakaianku, tapi apa saja yang ia bawa. Jangan bilang … Ethan juga membawa pakaian dalamku? Dengan begitu, Ethan baru saja menyentuhnya, bukan? Ah, tidak! Pakaian dalamku ternoda karena sentuhan tangan Ethan yang mungkin saja nakal saat di dalam kamar.“Apa kau sedang memikirkan sesuatu, Kiran?" tanya Ethan yang berhasil membuatku menoleh ke arahnya.Aku langsung menggelengkan kepala kau dengan cepat. Bisa-bisanya Ethan tahu aku sedang memikirkan tangannya yang bisa saja memang nakal. “Tidak! aku sedang tidak memikirkan apa pun!” ucapku berbohong.“Baguslah, kalau begitu. Karena tatapanmu barusan, membuatku tau apa yang sedang kau pikirkan,” timpal Ethan sambil terkekeh.“Apa?!" Aku terpekik sambil membulatkan kedua bola mataku.Mana mungkin Ethan bisa membaca pikiranku. Aku yakin, jika ia baru saja
Ethan menoleh ke arahku. Detik berikutnya, ia terdiam melihatku dari ujung kepala sampai ujung kaki, membuatku kembali melihat pakaian yang aku kenakan."Wow …," ucap Ethan dengan suara yang bergumam, tetapi aku masih bisa mendengar suaranya dengan jelas."Kenapa? Apa kau terpesona, Ethan?" tanyaku sambil memakai kacamata hitam yang sejak tadi aku pegang. Aku tersenyum penuh, membuat Ethan langsung mengalihkan pandangannya. Aku pikir Ethan merasa malu karena ketahuan melihatku seperti itu. Ya, Ethan terpesona padaku barusan. Aku yakin itu!***Selama perjalanan menuju pantai tidak ada pembicaraan yang berarti diantara aku dan Ethan. Aku fokus melihat ke arah jendela sementara Ethan fokus menyetir mobilnya. Hingga aku tak sadar tertidur entah sejak kapan.“Hai, sayang,” ucap Ethan dengan dada yang terbuka sambil menggigit bunga mawar di sebuah ranjang yang berukuran king size. Aku berdiri dengan pakaian yang cukup minim di depan E