Aku terlahir dari keluarga yang berantakan. Mommy pergi meninggalkan ayahku karena seseorang bernama Ethan. Ia juga memaksaku untuk ikut bersamanya tanpa meminta persetujuan dariku. Ayahku tidak pernah ada untukku ketika aku membutuhkannya. Aku semakin benci dan muak terhadap mommy setelah ia memberitahuku akan segera menikah dengan Ethan. Hidupku kembali terasa lebih baik setelah aku bertemu dengan seorang pria tampan rupawan bernama Ardian. Aku sangat mencintai Ardian sampai berani memberikan kehormatanku. Namun, sebuah kenyataan yang baru kuketahui membuatku ingin menghilang dari bumi ini. Ternyata, selama ini Ardian hanya memanfaatkanku. Aku menangkap basah Ardian tengah berselingkuh di belakangku. Aku dikhianati oleh orang-orang yang kusayangi. Semuanya bertambah buruk, ketika aku mengetahui bahwa aku hamil. Seketika itu juga hidupku merasa hancur. Apa yang harus kulakukan sekarang? Mempertahan janin di dalam kandungan ini atau mengugurkannya saja?
Voir plusHari ini aku tengah bersantai setelah beberapa hari sibuk mengurus acara pernikahan mommy. Aku juga bisa menenangkan hatiku untuk sesaat setelah apa yang kulihat beberapa hari yang lalu. Kejadian di mana aku hanya bisa membeku dan mematung melihat perselingkuhan diantara Ardian dan seorang wanita yang tidak aku kenal. Aku tebak wanita itu lebih tua dariku dan juga Ardian. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi Ardian ketika aku memergokinya tengah berselingkuh. Sambil menahan tangis dan menahan semua emosiku aku hanya bisa menatap tajam ke arah Ardian dan juga wanita itu secara bergantian.
Bagaimana aku tidak marah, setelah begitu merindukan Ardian karena kesibukanku dan tak bisa bertemu selama beberapa hari, aku berniat memberikan sebuah kejutan kecil dengan datang ke rumahnya. Ketika aku membuka pintu, senyuman yang merekah di wajahku langsung hilang seketika. Di sana, Ardian tengah duduk di sofa ruang tamu dengan seorang wanita di atasnya.
“Kiran?” Ardian buru-buru mendorong tubuh wanita itu dari pangkuannya. Ia segera bangkit berdiri untuk menghampiriku.
“Ardian, kau tega sekali berselingkuh di belakangku!” Aku menatap tajam Ardian sambil mengepalkan tangan, mencoba menahan emosiku.
“Kiran, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu. Apa yang kau lihat tidak seperti yang kau pikirkan,” ucap Ardian mencoba menjelaskan kepadaku dengan raut wajah yang gelisah.
Aku mendorong tubuh Ardian kuat-kuat, membuat pria yang aku cintai itu mundur beberapa langkah. “Kita putus!”
Detik berikutnya, aku meninggalkan Ardian tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Aku tidak peduli dengan Ardian yang terus saja memanggilku dari kejauhan. Aku terus melangkahkan kaki dengan yakin seraya menyeka air mataku dengan kasar. Saat itu hatiku begitu hancur seperti ada banyak duri tajam yang menancap di dalamnya sampai membuat dadaku terasa sesak.
“Kiran, ada seseorang yang ingin menemuimu di luar,” ucap Mommy setelah membuka pintuku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Suara kencang Mommy membuyarkan lamunan burukku tentang Ardian saat ia tertangkap basah berselingkuh beberapa hari yang lalu.
“Katakan saja aku tidak ada, Mom. Aku sedang tidak ingin menemui siapa pun untuk sekarang,” balasku dengan nada pelan dan juga malas.
“Mommy sudah mengatakan jika kau akan turun sebentar lagi.”
Aku langsung menoleh ke arah mommy dan menatapnya dengan sinis. Ia hanya menggerakkan bahunya dan menyuruhku untuk segera turun dan menemui orang yang ingin bertemu denganku itu. Dengan perasaan malas dicampur kesal, aku keluar dari kamar tanpa berbicara dengan mommy yang masih berdiri di ambang pintu.
Aku menuruni tangga dengan malas seraya melihat ke arah orang yang duduk di sofa menungguku. Aku langsung tersenyum miring setelah melihat siapa yang datang.
“Sedang apa kau di sini?” tanyaku setelah berada di ujung tangga.
Ardian langsung menoleh ke arahku dan berdiri dari duduknya. “Kiran, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.”
“Semuanya sudah jelas! Kita tidak memiliki hubungan apa pun lagi dan tidak ada yang perlu dibicarakan!” Suaraku meninggi dan bernada tegas.
Aku benar-benar muak dan jijik melihat seorang pengkhianat yang berani datang ke sini setelah apa yang sudah ia perbuat padaku.
“Kiran, sebaiknya kau mendengarkan lebih dulu apa yang ingin aku sampaikan. Apa salahnya jika aku ingin berbicara empat mata denganmu?”
Aku terdiam sejenak, mencoba berpikir untuk membiarkan Ardian memberi penjelasan. Namun, apa salahnya jika aku mendengarkannya lebih dahulu. Anggap saja jika ini semua adalah perpisahan antara aku dan Ardian. Memang, aku berencana untuk ikut bersama mommy dan ayah tiriku keluar kota beberapa hari lagi. Aku menarik napasku dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar.
“Baiklah,” jawabku akhirnya memberi keputusan setelah beberapa menit menimbang-nimbang.
***
Ardian membawaku ke sebuah cafe yang terletak tidak terlalu jauh dari kediamanku. Ia juga memesankan minuman dan juga beberapa makanan untukku.
“Jadi ... apa yang ingin kau katakan kepadaku, Ardian? Aku tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang denganmu di sini,” ucapku langsung tanpa basa-basi lagi.
Meski wajah Ardian bisa dibilang cukup tampan—membuatku sampai tergila-gila padanya—aku cukup menyesal memberikan semua yang Ardian inginkan, termasuk sesuatu yang selama ini aku jaga. Aku tidak menyangka, jika pria yang duduk di depanku ini bukan lagi kekasihku. Ardian, dia hanyalah seorang pria brengsek yang berani mengkhianatiku setelah aku memberikan tubuhku. Jika teringat dengan semua yang sudah terjadi, aku benar-benar ingin menangis. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Waktu yang sudah terjadi tidak akan pernah terulang. Aku menangis sampai histeris pun tidak akan pernah merubah keadaan. Yang bisa aku lakukan sekarang, hanyalah mencoba berdamai dengan diriku maupun masa laluku.
“Kiran, aku tahu jika apa yang aku lakukan itu salah. Aku tidak tahu apa yang berada di pikiranku sampai aku berani mengkhianati wanita yang aku cintai. Kiran, aku mohon kepadamu dengan setulus hatiku yang paling dalam untuk memaafkanku. Tidak, aku memang tidak pantas untuk kau maafkan. Tetapi, Kiran, aku benar-benar mencintaimu. Aku ingin kita sama-sama membangun kembali hubungan kita. Aku berjanji untuk memperbaiki kesalahanku yang sudah aku perbuat padamu.”
Ardian meraih tanganku dan menggenggam dengan erat. Namun, dengan cepat aku langsung menepis tangan Ardian, lalu menatap sinis ke arah pria yang sudah mengkhianatiku itu seraya tersenyum kecut setelah mendengar permintaan Ardian yang tidak tahu malu itu.
“Ardian, aku sudah memaafkanmu. Tetapi pengkhianatanmu kepadaku tidak pernah bisa aku lupakan. Bagaimana bisa kau tidak tahu malu memintaku untuk memperbaiki hubungan yang tidak bisa lagi utuh seperti dulu?” Aku memalingkan wajahku ke arah lain.
Aku tak sanggup melihat wajah Ardian yang menatapku dengan sendu. Aku tidak mau lagi tergoda dengan wajah tampannya. Hatiku terlalu sakit untuk menjalani semua ini. Lebih baik, aku kehilangan Ardian di sisiku daripada bayangan pengkhianatan Ardian terus saja membayang-bayangiku jika aku kembali menerimanya.
Ardian cukup tertegun dengan apa yang kukatakan padanya. Ia membenarkan duduknya seraya menatapku dengan ekspresi kecewa. “Kiran, tidak bisakah kau memikirkannya lebih dulu sebelum kau mengatakan semuanya seperti ini? Kau baru saja membuatku kecewa.”
Spontan aku langsung menoleh dengan menatapnya nanar. “Kau lebih membuatku kecewa, Ardian! Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan memberikan apa pun yang kau mau. Dengan mudahnya kau berkhianat dan merusak kepercayaanku padamu. Dan, betapa tidak tahu malunya dirimu berkata seperti itu kepadaku!”
Emosiku tiba-tiba saja meluap seketika. Suaraku meninggi membuat orang-orang melihat ke arah kami berdua. Namun, aku tidak peduli dengan pandangan orang-orang itu. Aku beranjak dari kursiku, berniat meninggalkan Ardian. Aku tidak mau emosiku meluap-luap tanpa bisa kukendalikan dan membuatku terlihat bodoh di mata orang lain.
“Kiran,” panggil Ardian, membuatku terpaksa menghentikan langkahku. “Lalu bagaimana dengan nasib tabungan bersama kita? Aku juga memiliki hak untuk mendapatkan uangku kembali.”
"Sampai berjumpa lagi," ucapku kemudian kepada Olivia.Olivia menganggukkan kepalanya, lalu berjalan pergi bersama teman-temannya. Ethan datang menghampiriku dan melihatku dengan tatapan berkerut."Kenapa kau tidak ikut bersama mereka?" tanya Ethan sambil mengerutkan keningnya."Aku tidak mau kau menunggu terlalu lama hanya memperhatikan dari kejauhan," jawabku sambil menghela napasnya panjang tanpa melihat ke arah Ethan dan terus memperhatikan Olivia yang sudah mulai menjauh bersama teman-temannya."Kau bisa pergi tanpa mengkhawatirkanku," ucap Ethan lagi.Aku menggelengkan kepalaku lagi. "Olivia akan pergi untuk melihat hadiah yang diberikan oleh ayah untuknya. Aku tidak mungkin datang karena Ayah pasti langsung mengenaliku. Kita bisa melihatnya dari kejauhan saja."***Benar saja, di depan hotel Olivia dan teman-temannya menunggu kedatangan ayah. Aku dan Ethan memantau mereka dari kejauhan, meski begitu aku masih bisa mendengar pem
“Dan dengan siapa kau datang ke sini?” tanya Sherly lagi padahal aku belum menjawab pertanyaan dari Kayla. Ah, itu ... bagaimana aku harus menjawabnya? “Ah, itu … aku datang untuk—” Drrt … drrt … drrt Ponsel Olivia tiba-tiba saja bergetar membuatku merasa lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan barusan. “Sebentar, aku harus menjawab teleponnya. Ini dari Ayahku,” ucap Olivia saambil tersenyum ke arahku, lalu mulai mengangkat telepon dari Ayah itu. Aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan nanar ketika Olivia tersenyum mengangkat telepon dari ayah. Sementara aku tidak pernah menerima telepon darinya. Jangankan untuk tersenyum seperti itu, menanyakan kabar saja ayah tidak pernah. Ayah malah memintaku untuk pergi karena tidak ingin aku dekat-dekat dengan keluarganya yang baru. Hah, Ayah benar-benar tega padaku! Aku tidak akan pernah melakukan semua yang ayah inginkan padaku. Aku akan terus memperjuangkan hakku, jika aku adalah ana
Aku terdiam mencerna semua perkataan Ethan padaku barusan. Aku ikut berpikir setelah mengerti apa yang Ethan maksud itu. ‘Sesuatu yang tidak terduga?’ hingga sebuah ide melintas di benakku, sepertinya aku mengerti apa yang dimaksud oleh Ethan barusan.“Ethan, aku mengerti maksudmu,” ucapku sambil tersenyum dan melihat ke arah Olivia dengan penuh rencana di pikiranku.“Apa itu?” tanya Ethan sambil melihatku dengan kening berkerut.“Lihat saja apa yang akan aku lakukan.”Aku melihat Olivia dengan penuh rencana di pikiranku. Terlihat Olivia yang tidak sadar jika aku sedang memperhatikannya. Ia sibuk melihat menu yang tersedia bersama teman-temannya. Hingga tiba-tiba Olivia bangkit dari duduknya, membuatku langsung berdiri dan berjalan bergegas menghampiri Olivia.BRAK!Aku sengaja menabrakkan tubuhku ke arah Olivia, membuatku terjatuh ke lantai. Di saat yang bersamaan, Olivia langsung melihat ke a
“Kau benar, apa yang harus kulakukan sekarang? Apa aku juga harus memakai pakaian olah raga untuk berlari di area pantai dan bertemu dengan Olivia?” tanyaku yang merasa panik sendiri.Ethan terkekeh melihat reaksiku. “Tenanglah, Kiran! Kita akan memakai cara lain agar bisa bertemu dengan Olivia, secara natural tentu saja.”“Bagaimana caranya?” tanyaku dengan kening berkerut karena penasaran dengan apa yang akan Ethan lakukan padaku.***Ethan membawaku ke sebuah cafe yang terletak di dekat pantai. Aku mengernyitkan alisku ketika Ethan membawaku ke tempat seperti itu.“Kenapa kita datang ke sini, Ethan?” tanyaku sambil melihat ke arah sekelilingku karena tidak ada Olivia atau pun teman-temannya di sana.Ethan hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku. Ia duduk di salah satu kursi kosong yang terletak di dekat jendela di mana bisa melihat pesisir pantai dari sana.“Aku pernah melih
Aku kembali tersenyum kecil seraya menghembuskan napasku dengan kasar. Aku kembali mengingat ketika ayah tidak menginginkan kehadiranku dan menyuruh aku untuk segera pergi. Aku mengalihkan pandanganku melihat lurus ke depan.“Sebenarnya, aku tidak baik-baik saja. Itulah kenapa, aku sedang berpikir untuk mencari cara agar aku bisa masuk ke keluarga Ayah,” ucapku dengan suara lirih tapi tegas.“A-pa?” pekik Ethan dengan nada suara terbata-bata. “Apa maksudmu, Kiran? Aku tidak mengerti.”“Selama bertahun-tahun, aku salah paham kepada Mommy dan menyalahkannya atas hancurnya keluargaku, tapi rupanya Ayah yang salah. Selama ini, Ayah hidup dengan baik dan bahagia bersama keluarga barunya. Aku berniat untuk membalaskan dendamku dan juga Mommy. Olivia harus tahu, jika ia memiliki saudari, dia bukanlah anak satu-satunya, seperti yang Ayah katakan saat pesta,” jelasku sambil menahan air mataku agar tidak terjatuh di depan Ar
Aku terbangun pagi-pagi sekali. Terlihat Ethan yang masih tertidur lelap karena semalam pulang larut malam dan mabuk berat. Beruntungnya, aku tidak terlalu mabuk, membuat kepalaku tidak terlalu pusing. Aku membersihkan wajahku, lalu membuat teh hangat karena cuaca pagi ini yang terasa begitu dingin. Aku keluar ke balkon kamar hanya memakai kemeja putih kebesaran dan celana hotpants. Aku berdiri di dekat pembatas sambil melihat ke arah bawah menikmati suasana pagi di sana. Hingga pandanganku tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik untuk dipandang.Dari atas sini, aku bisa melihat Olivia dan teman-temannya tengah berlari pagi. Aku juga melihat ayah menaiki mobil berwarna hitam, lalu pergi setelah melambaikan tangannya kepada Olivia. Aku tidak tahu kemana perginya ayah sepagi ini. Karena aku pun sudah lupa dengan aktivitas ayah setiap harinya.“Kiran,” panggil Ethan dari belakangku.Kemudian, aku bisa merasakan sentuhan lembut dari punggung, lalu ke
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires