Home / Romansa / Trik Cinta Mr. James / 4. Pelayan khusus James

Share

4. Pelayan khusus James

Author: NR Isthifa
last update Last Updated: 2023-07-06 18:40:16

Makan malam kali ini Dylan terang-terangan membicarakan ahli waris dan posisi Dirut kepada James. 

Mendengar hal itu membuat James tercengang.

"Posisi Dirut untukku? Apa kau yakin Ayah? Sepertinya aku tidak sebaik itu untuk di andalkan, lagi pula aku tidak banyak tahu soal bisnis dan mengelola perusahaan, bukannya kalian tahu, masa kecilku kuhabiskan bersama nenek! Bukan dengan kalian," ucap James sambil mengunyah sirloinnya. 

Dia secara langsung menyindir kedua orangtuanya. Dylan dan Vanda hanya terdiam mendengar ocehan James.  

"Bagaimana dengan pendapat Ibu? Apa aku pantas menduduki posisi Dirut?" tanya James melanjutkan.

"Kenapa kau tanya begitu padaku?  Tentu saja aku setuju kau menduduki posisi itu, kau anak yang tertua di sini, siapa lagi yang harus di andalkan?" papar Vanda yang sedikit gelisah. Namun berusaha menutupinya.

James mengangguk sembari tersenyum tipis. 

"Baiklah kalau begitu, aku akan terima tawaran Ayah, lalu kapan penobatan itu akan dilaksanakan?" tanya James yang sudah tidak sabar.

"Haruskah ada acara penobatan?" tanya Dylan.

"Menurutku itu harus!" jawab James.

"Dengarkan Ayah! Kau bisa langsung menempati posisi itu dan mulai belajar mengelola perusahaan terlebih dahulu," jelas Dylan berusaha membujuk James.

"Acara penobatan?" sergah James lagi dengan pertanyaan.

"Acara itu juga akan kuadakan James, hanya saja kita tunggu waktu sampai semuanya reda, kau paham?" jelas Dylan dengan sabar.

"Ya aku paham Ayah," balas James.

"Kau ini kenapa bersikeras sekali untuk acara penobatan?" tanya Vanda dengan sinis.

"Aku ingin semua orang tahu bahwa akulah Dirut dan pewaris State Group yang baru," jelas James dengan bangga. Dia menangkap wajah penuh kekesalan itu pada Ibunya.

"Huhhh! Percaya diri sekali," ucap Vanda pelan hampir tak terdengar.

***

"Tuan besar dan Nyonya sudah terbang ke Amerika tuan muda," papar Ford.

"Lalu? Apa peduliku?" ucap James acuh tak acuh.

Ford terkesiap mendengar jawaban James.

"A-aku hanya memberitahu saja tuan," jawab Ford.

"Aku mau pergi!" kata James.

"Kemana? Apa perlu kuantar?" tanya Ford.

"Tidak perlu! Aku ingin mengemudi sendiri, lebih baik kau mengerjakan yang lain saja, hari ini hari terakhirku untuk bebas, aku ingin menikmati sisa waktu bebasku sendirian, oke?" ucap James.

"Ah baiklah tuan."

"Mana kuncinya?"

Ford memberikan kunci mobil pada James.

Pria itu keluar dari Constone sendirian. Melajukan mobilnya menuju diskotik di pusat kota. Kesendirian tak bisa membuatnya mati kutu. Dari dulu James sudah berdamai dengan rasa sepinya. Dia percaya tidak ada manusia yang benar-benar tulus untuk orang lain. Mereka mempunyai tujuannya masing-masing. Individualisme itu nyata baginya.

James duduk sembari memesan segelas wiski. Tak cukup puas, dia pun terus meminta wiski setiap kali gelasnya kosong. 

Tak lama halusinasi mulai berdatangan, kepala terasa ringan seperti mau melayang. James bergumam sendiri sambil menikmati alunan musiknya.

"Hahaha akhirnya hari kemenanganku telah tiba," ucap James dengan tawa lemah.

"Hey pria tampan, kau mabuk ya? Mau aku temani tidak?" tanya seorang wanita malam yang tiba-tiba mendekatinya. Bukan hanya seorang tapi ada 4 orang.

"Pria ini benar mabuk, dia bisa jadi sasaran empuk kita."

"Lihat pakaiannya, sepertinya dia pria kaya."

"Wajahnya menurutku tidak asing sih, mirip pewaris State Group."

"Iya benar, yang namanya Juan itu kan."

"Hai tampan! Bagaimana kalau kita pergi ke hotel saja?" tanya salah satu dari mereka.

"Heh aku juga mau!"

"Dia itu bagianku!"

"Enak saja, aku dulu yang menyapanya!"

Mereka berempat berebut James, menariknya kesana kemari.

"Hey! Lepaskan! Kalian siapa sih? Berisik sekali!" bentak James yang berlalu pergi. Namun ke 4 wanita itu mengekorinya.

"Ayolah tampan, pasti kamu butuh teman tidur kan?" goda mereka dengan menggelayut di tubuh James. Tubuh James seperti terpelanting kesana kemari.

Gusar, James menepis mereka dengan satu kali hentakan.

"Heh kalian pikir kalian siapa? Kalian itu tidak sama dengan gadis itu!" bentak James lagi sambil menunjuk kesal ke arah mereka.

"Gadis siapa?"

"Gadis siapa yang dia maksud?"

"Apa pacarnya?"

Mereka bingung dan bertanya satu sama lain, siapa gadis yang James maksud.

***

Sambil membersihkan debu-debu yang menempel di meja. Daisha mengamati foto-foto yang terpampang di ruang tengah yang megah itu. Matanya tertuju pada foto keluarga di mana Dylan, Vanda, Juan dan salah seorang bocah laki-laki asing yang berpose di dekat Dylan berfoto bersama di sebuah taman bermain.

Setiap kali melihat gambaran Juan, Daisha tiba-tiba saja merasakan sedih yang teramat dalam.

"Andai saja waktu itu aku tidak membiarkanmu pulang, pasti kecelakaan itu tidak akan terjadi," gumam Daisha lirih.

"Hey Daisha!" seru salah satu rekan pelayan Daisha memecah kesedihannya.

"Ya ampun kau lagi! Kenapa mengagetkanku terus?" tanya Daisha kesal.

"Hehehe maafkan aku Daisha, matamu berair, apa kamu menangis?" tanyanya. 

"Ah tak apa, ini hanya debu yang masuk!" elak Daisha.

"Oh begitu, kau dipanggil senior ke ruangannya tuh!" 

"Nyonya Merry?"

"Iya lalu siapa lagi?"

"Oh ok baiklah! Aku ke sana," ucap Daisha. 

Daisha segera pergi menemui Merry yang berada di ruang kepala pelayan. Ditemuinya Merry yang tengah berdiri memunggunginya  seperti sedang mengawasi sesuatu keluar Jendela.

"Kau mencariku nyonya Merry?" tanya Daisha.

"Betul, duduk sini!"

Dia pun duduk memenuhi perintah Merry. Dengan wajah yang sedikit tegang menunggu Merry berbicara.

"Aku hanya ingin memberitahu bahwa kamu sekarang sudah beralih tugas menjadi pelayan khusus tuan muda James," papar Merry.

"Apa?!" Daisha syok mendengar pemaparan Merry.

"Tuan muda sudah mengatakan padamu sebelumnya bukan?" tanya Merry tegas.

Akan tetapi Daisha hanya menggeleng. Tidak tahu pasti kapan pria itu mengatakannya tapi yang jelas Daisha tak sudi menjadi pelayan khususnya.

"Nyonya Merry aku tidak ingin jadi pelayan khusus tuan muda," papar Daisha.

"Kenapa?" tanya Merry tegas.

"Pokoknya aku tidak bisa nyonya!" tolak Daisha.

"Ini perintah! Tidak boleh ada penolakan!" kali ini Merry marah.

"Baru kali ini aku dapat bawahan yang tidak bisa diatur! Kurang ajar sekali kamu membantah perintahku!" bentak Merry, matanya melengos sinis.

Daisha menunduk takut, mencoba memasrahkan dirinya dan menerima perintah itu.

"Lalu apa yang harus aku lakukan saat menjadi pelayan khusus tuan James? Apakah itu rumit?" tanyanya sungkan hanya sekedar basa-basi saja, sebenarnya dia benar-benar tak sudi menjadi pelayan khusus James. Itu semakin menjerumuskan dirinya ke lubang neraka.

"Kau hanya harus melayani tuan James, menuruti perintahnya dan tidak boleh melawan!" jelas Merry.

Mendengarnya bagaikan penderitaan yang tiada akhir. Daisha termenung gelisah, apa yang harus dia persiapkan untuk menghadapi James dan amarahnya itu.

"Daisha! Jangan diam saja! Cepat pergi ke kamar tuan muda James! Ambil baju-baju kotornya dan bersihkan setiap sudut kamarnya!" bentak Merry.

Daisha terkejut mendapat bentakan dari Merry yang biasanya tak menampilkan emosinya itu. Sudah beberapa kali dia mendapat bentakan dari Merry. Padahal dia kira Merry adalah orang yang baik dan lembut.

"Ba-baik nyonya." 

Daisha pasrah, tak ada pilihan lain. Dengan langkah gontai, dia terpaksa masuk ke kamar James. Dengan membawa keranjang baju di tangannya.

Tatkala pintu kamar itu dibuka. Pemandangan tak mengenakan nampak di depan mata.

"Kamar nya berantakan sekali!" keluh Daisha. Melihat baju-baju kotor berserakan di lantai membuat Daisha frustasi.

"Apa sebelumnya pelayan-pelayan itu tidak masuk kemari mengambil baju-baju kotor ini?! Aneh sekali! Kenapa banyak sekali baju kotor nya!" Gerundel Daisha sembari memunguti baju-baju yang berserakan di lantai itu. 

Daisha beralih memunguti baju yang berada di atas kasur. Dan mendapati James tertidur dengan pulas dengan kemeja yang acak-acakan.

"Astaga! Wajah yang buas itu! Ternyata terlihat lemah juga ya jika sedang tidur begitu," gumam Daisha lalu sekejap menyadarkan dirinya sendiri. Hampir saja dia membayangkan pria ini adalah Juan. Sebab wajah mereka yang sangat mirip dan sama-sama manis.

"Ah apa yang aku katakan! Dia tetap pria jahat yang otoriter! Jika dia terbangun pasti aku akan jadi santapan amarahnya! Lebih baik aku cepat-cepat membereskan ini!" ucap Daisha buru-buru memunguti baju-baju kotor itu.

Namun tangan besar James menarik tubuhnya ke dalam dekapan secara tiba-tiba. Akibatnya Daisha terjerembab beserta keranjangnya.

"Aaaa! Tu-tuan lepaskan!" 

Daisha memberontak mengerahkan perlawanan. Namun tenaga James lebih besar darinya. Dia tak akan mampu melepas dekapannya itu.

"Tuan tolong lepaskan!" ucap Daisha memohon.

"Pagi-pagi begini kenapa sudah menggerutu?" goda James dengan suara serak-serak seksinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Trik Cinta Mr. James   Pekerjaan lain

    Daisha sayup-sayup membuka matanya bersama kesadaran yang segera terkumpul. Mencoba mengingat kembali mengapa dirinya berada di kamar yang nampak asing tapi dia terlalu lelah untuk berpikir keras. Kemudian melihat ke arah jam dinding yang ada di depannya, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Dia segera beranjak dari kasur memunguti bajunya yang berserakan di lantai untuk menutupi tubuhnya yang polos.Tiba-tiba saja dia terlonjak tatkala tangan kekar memeluknya dari belakang. Dia menoleh ke belakang punggungnya, Daisha baru ingat kalau dia habis bermain ranjang dengan pria ini. James menyunggingkan senyumnya masih dengan mata yang terpejam. Tentu saja itu akal-akalan James hanya untuk mengerjainya.Daisha ingin kabur dan mencoba terlepas, namun James semakin menariknya ke dalam pelukannya."James! Lepaskan aku!" Daisha memohon tapi tubuhnya tak bertindak sama sekali. Dia hanya sedang menyembunyikan rasa malunya setelah melakukan pergumulan panas dengan James. Yang dilakukan James padanya sema

  • Trik Cinta Mr. James   Pemanasan

    "Sekarang kamu akan tinggal di sini!" ujar James. Seorang bawahannya membawa satu tas besar berisi baju-baju Daisha ke dalam kamar yang akan digunakannya untuk tidur. Setelah keluar dari rumah sakit dan melakukan pembayaran administrasi. James segera membawa Daisha ke apartemen miliknya dekat Constone Mansion dan menyuruh anak buahnya pergi ke panti asuhan mengambil baju-baju Daisha. Kamar apartemennya bersebelahan dengan kamar Ford. Daisha akan mendapatkan pengamanan 24 jam/7 oleh anak buah James. Dan bekerjasama dengan para petugas apartemen yang semuanya di bawah suruhannya, di sana mereka sama-sama mengawasi. James rasa melindungi Daisha di jarak dekat lebih efektif ketimbang membiarkan Daisha pergi sejauh-jauhnya. Belum tentu, Vanda ataupun orang jahat lainnya takkan mengusik Daisha. "Ini semua kelihatan sangat nyaman, terimakasih karena sudah memberiku tempat tinggal, aku sangat suka," ucap Daisha melihat-lihat seisi apartemen dengan pandangan berbinar. Kemudian dia berjala

  • Trik Cinta Mr. James   Tidur seranjang

    Tengah malam, Ford dan Henley berjaga di ruang tunggu. Sementara itu James di dalam menemani Daisha. Setelah menunggu berjam-jam, James akhirnya tertidur dengan kepala bersandar di sisi ranjang setelah menenangkan Daisha hingga tertidur pulas. Tangannya di atas sambil menggenggam tangan Daisha. Gadis itu dibiarkan istirahat setelah menangis seharian. Atas kejadian tersebut Daisha mengalami trauma yang cukup berat. Sejurus Daisha pun membuka mata. Dia gelagapan langsung mencari-cari keberadaan James. Ketika menoleh ke samping mendapati James sedang tertidur sambil memegang tangannya. Dia meneteskan air mata karena sedih sekaligus bahagia. "Ternyata kau ada di sini! Terimakasih James! Kau telah menyelamatkanku! Maafkan aku karena aku sempat berpikir tak ingin berhubungan lagi denganmu, kupikir dunia kita sangatlah jauh berbeda, kita tidak bisa bersatu!" gumam Daisha. Jari-jarinya mengusap lembut jari-jari besar yang menggenggamnya itu. Hingga membuat James terbangun. "Kau sudah bangu

  • Trik Cinta Mr. James   Melindungi Daisha

    Wanita tua itu yang mengaku sebagai Dahlia di depan para warga diseret masuk menuju mobil. Ford dan para bawahannya akan membawanya ke kantor polisi memberikan hukuman yang setimpal untuknya. Sedangkan James membawa Daisha ke rumah sakit menggunakan mobil yang lain."Sayang tenang ya, sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit," ujar James tidak tenang. Sendirinya tidak tenang tapi berusaha menenangkan Daisha. Dia tak tega melihat Daisha terus meringis kesakitan terbaring di kursi penumpang. James akan membawanya ke rumah sakit selain rumah sakit milik ayah dan ibunya. Dia tidak mau kejadian buruk menimpa Daisha lagi yang disebabkan oleh orang-orang suruhan Vanda.Setelah sampai di rumah sakit, James membuka pintu mobil dan membopong Daisha ke dalam. James berteriak-teriak, meminta dokter dan perawat bergegas membantunya."Kalian tidak lihat dia terluka!" bentak James kepada petugas yang datang. Mereka segera membantu James yang marah-marah. Meletakkan Daisha ke atas ranjang pasien

  • Trik Cinta Mr. James   Penyelamatan Daisha

    Daisha tersadar dengan tangan terikat di kursi. Matanya ditutup kencang dengan keadaan terpejam. Kakinya juga tak bisa bergerak karena terikat. Mulutnya disumpal kain hingga hanya erangan yang dia teriakan."Siapa kau? Lepaskan aku!" teriak Daisha dengan pelafalan tak jelas. "Diam kau! Jangan terus bergerak! Atau aku akan membunuhmu secepat mungkin!" bentak ibunya. Bukan, dia hanyalah wanita tua suruhan Vanda untuk membunuh Daisha."Demi uang aku harus membunuhmu, kalau tidak membunuhmu anakku yang akan mati," ucapnya dengan suara parau dan tangan gemetar.Daisha terperangah mendengar ucapan mengerikan itu. Terlebih dia mengenali suaranya. Daisha pun menangis ketakutan."Ternyata dia orang jahat, dia hanya mengaku-ngaku sebagai ibu kandungku! Bagaimana caranya aku bisa melarikan diri dari sini? Siapapun di luar, tolong selamatkan aku!" batin Daisha, dia mengguncangkan tubuhnya berusaha lepas.Sementara wanita tua tersebut mondar-mandir gelisah, sebenarnya dia sendiri tak punya tekad

  • Trik Cinta Mr. James   Surat dari James

    "Kau kenapa kak?" tanya Henley yang baru saja datang. Bingung melihat kakaknya mondar-mandir di balkon tidak jelas. Apalagi dilihat-lihat eskpresinya serius begitu. Membuat Henley bertanya-tanya saja. Namun James tak menggubrisnya, sibuk sendiri dengan pikirannya.Dibuat penasaran, Henley lebih mendekat kepada James, berjalan di belakangnya meniru tingkah James. Sama-sama mondar-mandir. James menggaruk kepala, Henley juga ikut menggaruk kepala. Yang satunya overthinking yang satunya lagi kebingungan.Putaran yang ke-20 kali Henley sudah agak jengah dan lelah. Henley merutuki dirinya sendiri karena telah meniru tingkah aneh James. Dia merasa bodoh. Henley gemas sendiri melihat James belum berhenti mondar-mandir. Agar kebingungan ini selesai dia bertanya lagi."Sedang memikirkan apa sih kak sampai mondar-mandir terus dari tadi?" "Hei kak! Jawab aku kenapa?!" timpal Henley lagi yang makin jengah karena tak digubris. Tiba-tiba James menghentikan langkahnya, lalu berpaling tegas menghadap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status