Tuan MudaPart17 "Tuan muda, anda harus ke kota Yuzong! Kakek sedang menunggu kedatangan anda," ucap Don Lee. "Tidak! Aku akan tetap di sini, menunggu kesembuhan istriku," tolak Jeremy Mose tegas. Sebab kondisi Esmeralda kini dalam keadaan koma dengan luka dalam serius. "Ini penting! Tuan." "Kau tidak tuli kan?" Don Lee akhirnya pun mengalah, dan memberitahukan kepada Jhon Mose, bahwa undangannya ke kota Yuzong di tolak sang cucu. Perasaan Jhon Mose tentu saja sangat kecewa, dan lelaki tua itu kini merasa egonya sedang terluka. Melihat kondisi Esmeralda yang terbaring koma, membuat hati Jeremy Mose semakin sakit dan sesak. Senyum tawa dan bahagia, kata pujian dan semangat, tidak lagi bisa dia nikmati. Berkali-kali Jeremy Mose mengepalkan tinju, dan berharap bisa segera menemukan persembunyiaan Jack Catwalk sesegera mungkin. "Apakah kau sudah menemukan jejak manusia srigala itu?" tanya Jeremy pada Don Lee, ketika mereka duduk di kantin rumah sakit. "Jordan Catwalk menolak ber
Tuan MudaBab18 Harga diri Jack kini terluka, dia seakan merasa kerdil dengan ejekkan Jeremy Mose. Lelaki itu merasa tidaj terima hingga emosinya kini melambung tinggi. Dengan bringas dan tanpa bisa dicegah lagi oleh Jordan Catwalk. Jack meraih tubuh Esmeralda dari atas brankar dan membanting tubuh wanita itu dengan kekuatan penuh. "Anakku ...." Amelia Tones dan James Wade histeris, melihat semua itu. Jeremy tercengang hingga tidak mampu lagi berkata-kata. Tubuh Esmeralda mengeluarkan banyak darah dan Jack berubah menjadi manusia srigala, hingga kembali menganiaya tubuh Esmeralda dengan ganas dan tanpa ampun. Jordan Catwalk beserta Diana Catwalk pun mundur, melihat Jack yang tengah mengamuk membabi buta. "Hentikan bajingan lemah! Lawanmu aku, bukan wanitaku." Jeremy meraung penuh emosi. Tangan lelaki itu mengepal kuat, mengeluarkan tenaganya sekuat mungkin untuk melepaskan diri dari ikatan yang membuatnya tidak bisa leluasa bertindak. Bahkan, wanitanya dibanting dengan kasar d
Tuan MudaBab19 "Bawa kedua orang tua lemah ini kembali ke rumah mereka. Dan mayat kedua benalu ini, buang ke aliran sungai di jembatan Predator!" titah Jhon Mose pada anak buahnya. Don Lee melepaskan Jeremy yang masih nampak syok. Lelaki itu bergegas berlari menghambur ke tubuh kaki Esmeralda. Jeremy terisak, disusul Amelia dan James Wade. "Menjauh dari putriku," teriak Amelia histeris. "Jika bukan karena keangkuhanmu itu, anakku tidak akan menjadi korban kebiadapan manusia hewan itu," hardiknya sengit mendorong kasar tubuh Jeremy, agar menjauh dari tubuh Esmeralda. Namun Jeremy begitu erat memeluk tubuh dingin terbujur kaku itu. "Menjauhlah dari Tuanku, atau kamu mau bernasib sama seperti mereka?" ancam Don Lee, sembari mendorong kasar tubuh Amelia, hingga wanita itu tersungkur jauh ke belakang. James meneteskan air mata tanpa suara. Lelaki itu bangkit membantu istrinya yang nampak syok dengan ancaman Don Lee. Jeremy tidak perduli, laki-laki itu hanya fokus memeluk dan meratapi
Tuan MudaBab20 Nama Jeremy Mose melambung tinggi, kebencian dan kemarahan Lili semakin besar, ketika wanita itu mengetahui kematian Jordan Catwalk dan anaknya. Diana Catwalk tersenyum getir memandangi foto ayahnya. Ponsel lelaki itu kini berada di tangan Diana Catwalk. Misi pembalasan dendam yang Diana Catwalk rencanakan pun mulai rampung. Menghubungi Lili menggunakan ponsel mendiang ayahnya dan mengadakan pertemuan secara rahasia. "Apa? Suamiku mati di tangan Jeremy Mose?" Lili terkejut, mendengar penuturan Diana Catwalk. "Benar! Sayang sekali kakakku sudah mati. Andai dia masih hidup, dialah saksi dari kekejaman sosok Jeremy Mose. Hati Lili diselimuti kegelapan, pikirannya semakin jahat, untuk melakukan pembalasan kejam, atas kematian suaminya yang di sembunyikan Jeremy Mose. "Akan kubunuh dia dengan tanganku sendiri," desis Lili. Wanita itu melajukan mobilnya, menuju kota Monarki seorang diri. Hatinya kini di penuhi amarah, dengan dada berdebar kencang, Lili menggenggam se
Tuan Muda Bab21 William mencoba mengirim proposal kerjasama ke Grup Perusahaan Raksasa. "Kenapa wajahmu lesu?" tanya William, ketika Abraham asistennya, telah kembali dari Grup Perusahaan Raksasa. "Ditolak," bisiknya, meraih kursi dan duduk di seberang Wiliam. "Alasannya?" tanya William, masih tenang. “Tidak ada alasan, setelah menerima telepon, Miss Diana Catwalk menyatakan penolakan dari Miss Lili. "Mereka bahkan tidak menyentuh file ini sama sekali," lanjut Abraham, memijit pelipisnya. Benar kata Afkar Savire, mereka sulit didekati, apalagi diraba. "Ini seperti sebuah tantangan," gumam William, memeras otaknya. "Penolakan sama saja dengan penghinaan. Kamu, cari tahu sekutu mereka," kata William. "Um, baiklah, William," jawab Abraham. Sudah menjadi kebiasaannya, untuk menyebut nama William, saat mereka berdua saja. Abraham dan William sangat dekat, seperti dengan Afkar Savire. Pria jangkung berkulit hitam itu bangkit dari tempat duduknya. Dia meninggalkan ruangan, denga
Tuan Muda Bab22 Lili membuka kamar mandi, setelah lelah melayani lelaki tua itu. Dia menghela napas berat, dan memercikkan air ke kepalanya. "Sudah berapa lama aku seperti ini? Menjadi boneka lelaki tua itu, betapa tidak bahagianya hidup," kata Lili sambil memejamkan mata, menikmati dinginnya air yang mengalir ke tubuhnya. "Kamu harus menghancurkan kekuatan Alberto Mose di kota Yuzong. Atau, aku akan menghancurkan kekuatanmu di kota Monarki ini." Ancaman lelaki tua itu kembali membuat tubuhnya bergetar hebat. Kemarahan yang membuncah di dadanya, dia tidak bisa menahannya. Lili menangis di bak mandi, menenggelamkan dirinya. Kehidupan yang tampak kuat, memiliki segalanya dan tampak hebat, tetapi penuh tekanan. Lili kembali teringat perjanjian yang telah dibuatnya dengan lelaki tua itu dan Alberto Mose. "Dia telah mati." Welas memeriksa napas dan nadi Jhon Mose. "Kekuasaan akan dipegang penuh Alberto Mose. Sebab Roberto Mose dan Jeremy Mose yang merupakan pewaris, sama- sama te
Bab 23 Lili berbaring di bawah sinar matahari sore.Sangat indah baginya, bisa berbaring dengan tenang, menatap langit yang indah. "Mau jus?" tanya William, dengan segelas jus jeruk di tangannya. Lili tersenyum tipis, dia duduk, dan mengambil segelas jus. "Terima kasih," katanya, meneguk jusnya. "Haus?" ejek William, saat Lili meneguk minumannya. "Ah, tidak juga," kata Lili santai. "Hanya jus yang rasanya berbeda, karena diminum dalam keadaan pikiran tenang." Wiliam hanya tersenyum. Sejak pertemuan manis itu, Lili mulai lebih banyak menghabiskan waktu di pantai. Sesekali, William akan menemuinya. Dan mulai hari ini, mereka sudah dekat. "Aku melihatmu bersamanya," teriak Aluna Welas yang rupanya tahu tentang pertemuan Lili dan William. Tentu saja Aluna tahu semua itu, karena tujuannya adalah untuk memata-matai Lili, dan untuk menemukan kelemahan wanita yang dia anggap saingannya. "Wanita itu punya gundik lelaki tua," kata Aluna. Manik-manik kebiruan wanita itu, sekarang suda
Bab24 Percikan kebahagiaan, seperti bintang yang indah, menghiasi mata Lili. Sudah lama sekali ia merindukan perasaan ini. "Aku, seperti melihat seseorang di matanya. Mata itu, seperti mata laki-laki yang sangat aku sukai di masa lalu dan sekaligus aku benci," kata Lili sambil berlinang air mata. "Sekaligus dibenci? Sepertinya berat," jawab Aluna menanggapi. "Aku tidak peduli dengan ceritamu. Yang aku inginkan adalah kamu menjauh dari calon suamiku. Sebelum aku mengupas kehidupan kelammu. Jadi aku pastikan, karier dan nama baikmu hancur," kata Aluna dalam hati. . Wanita cantik ini menatap Lili dengan tatapan penuh kebencian. Padahal Lili baik dan menyukai Aluna. Namun, Aluna, bertahan dengan tujuan aslinya, menghancurkan karir dan kehidupan Lili. Sayangnya, Diana Catwalk masih setia berada di samping wanita tersebut. "Baiklah Aluna, aku akan pergi menemuinya hari ini. Dia mengirim pesan untukku, dan meminta untuk kembali bertemu," kata Lili lagi sambil tersenyum. "Dia manis seka