Gelap, hanya gelap yang menyelimuti. Berpaling dari kenyataan yang harus diterima. Berusaha berpikir secara nalar mengukuhkan pendapat konyolnya, bahwa yang ia lihat hanya ilusi. Halusinasi saja, karena tak mungkin seorang manusia memiliki sebuah sayap. Itu semua hanya mitos dan legenda yang belum pasti kebenarannya Itu semua hanyalah cerita-cerita fantasi yang kerap ia saksikan dalam komik maupun anime favoritnya. Begitulah pemikiran itu bergejolak dalam benaknya. Sampai perlahan kelopak mata gadis itu bergerak, dan perlahan terbuka dengan pelan. "Kamu sudah sadar?" tanya Elang khawatir. Mata Kalina langsung mendelik, belum sempat Kalina membuka mulut, Elang sudah mendaratkan kecupan pada bibir mungil gadis itu. Wajahnya kembali memerah, jantungnya berdetak sangat cepat seperti parade drum band. "Kalau kamu berteriak bukan cuma kecupan yang kamu terima. Tapi aku akan melahap habis bibir mungilmu itu,!" ancam Elang memperingatkan. Kalina bergerak reflex membekap mulutn
'What the ….' Otak Kalina benar-benar diajak jalan-jalan pada pagi hari melihat pemandangan aduhai sungguh sayang untuk dilewatkan. Pemuda itu berdiri dengan handuk melilit di pinggangnya. Rambut dan badan basah karena baru mandi. Terlihat otot-otot lengannya menonjol di lengannya, ditambah dada bidang menampakkan roti sobek yang dikagumi para cewek-cewek pecinta opa-opa tampan dan cowok dua dimensi. Kalina masih melongo. 'Aku ingin menyentuhnya,' bisik Kalina. Tangan nakal itu terulur dan oh ya ampun jari telunjuk Kalina kini sudah sampai menyentuh otot-otot perut itu. Sekali menyentuh, 'Ah bukan mimpi,' keluh Kalina. Dia menyentuh lagi kali ini telapak tangannya meraba. 'Oh, ini sungguh luar biasa, aku bisa merasakan …." Pikiran Kalina buyar saat pemuda tersebut mengangkat badannya, berdiri tegak. "Sudah puas?" tanya Elang. Kalina menatap pemuda itu dengan gugup, "Oh, anu itu tubuhmu luar biasa," celetuk Kalina yang langsung menutup mulut, mata membuka le
Flashback jaman old, Kerajaan Nigella. Beberapa kawanan siluman muda sedang berburu di sebuah hutan tidak jauh dari istana. Mereka berlarian melompat menaiki sebuah bukit yang lebih tinggi agar mempermudah mengawasi calon mangsa. "Kalian lihat gadis dari klan peramal yang sedang berlatih memanah di dekat air terjun itu? Dia manis sekali," ucap Arsen —sang raja— mengawasi dengan girang. "Wah … wah … wah ... Sang Raja muda kita sedang jatuh cinta rupanya," kelakar Lamont, siluman serigala yang berwajah kalem dengan mata tajam. "Sepertinya dia akan kenyang tanpa makan malam hanya dengan menatap gadis itu," ujar Gavin, siluman elang (yang dipanggil Elang). "Rajaku, kenapa Anda lebih menyukai manusia, suatu saat mereka akan menua dan mati. Harusnya kita perbanyak keturunan dengan menikahi sesama bangsa siluman," kritik Elard, siluman harimau. Siluman yang populer di kalangan bangsa siluman dan manusia, walau berperilaku dingin wajah tampannya itu cukup membuat p
Atas perintah raja rapat dilaksanakan malam itu juga di aula istana. Anggota kerajaan duduk melingkar (seperti rapat meja bundar) dengan bangsa siluman berada di dekat pintu masuk aula. Para tetua berdiri di sebelah kiri dan untuk ketua setiap klan duduk di kursi yang disiapkan di depan meja bundar dengan bangsa manusia berdiri di belakangnya. "Aku tidak akan berlama-lama, aku akan langsung mengutarakan pendapatku sekarang juga." Arsen berkata lantang. "Aku akan menikah dengan putri klan siluman harimau dan menjadikannya ratu, tapi dengan sebuah syarat." Sang Raja menghentikan ucapnya. Setelah itu aku akan mengangkat seorang selir dari klan manusia peramal," lanjutnya. Aula berubah menjadi riuh tidak terkendali mereka sangat terkejut mendengar keputusan sang raja. "Tapi Nak, tidak ada tradisi selir dalam Kerajaan Nigella kita sejak dulu, apalagi menikahi bangsa manusia … itu melawan tradisi," keluh Sang Ratu —ibunda raja—. "Ibunda bukankah dengan menjadikan
Kicauan burung bersahut-sahutan terdengar nyaring, desiran air sungai mengalir deras di tengah hutan belantara itu. "Hei, sadarlah," cicit Gavin —siluman elang— mengguncang-guncang tubuh gadis yang ambruk di pangkuannya, panik. "Sekar!" Terdengar suara teriakan parau secara tiba-tiba. Siluman elang itu terkejut bukan kepalang tubuhnya hampir ambruk membentur bebatuan tepi sungai. Seorang nenek tua renta yang jalan terbungkuk dengan sebilah kayu di tangan menopang tubuh renta itu berjalan mendekati. "Apa yang terjadi pada cucuku?" tanya si nenek. "Saya tidak tau, tiba-tiba dia pingsan setelah …." Gavin bingung serta enggan melanjutkan ucapannya akan terdengar berkilah. "Apa tadi dia melihat masa depanmu, Cah Bagus?" tanya sang nenek mengerutkan kening dan menyipitkan mata. Siluman elang itu ternganga dan kembali memandangi gadis di pangkuannya. "Ikutlah denganku tidak baik berbicara di sini. Aku akan menjelaskannya nanti," lanjut sang nenek mengamati s
"Kedua orang tua Sekar diseret pergi. Karena penasaran aku mengendap-endap keluar dari persembunyian dan mengikuti mereka," lanjut nenek Sekar bercerita. "Akhirnya mereka berhenti di sebuah air terjun." Sang Nenek memukul-mukul dada, ingatan mengenaskan tersebut muncul kembali dalam benak. Sungguh peristiwa menyakitkan sepanjang hidup, rasa nyeri masih terasa sangat. "Lalu?" Gavin nampak tidak sabar. "Mereka melempar tubuh anak dan menantuku ke sebuah lingkaran berapi." Sang nenek menangis berteriak. Dia mengepalkan kedua tangan, tatapan benci terlihat jelas pada kobaran api di tungku. "Mantra dirapalkan dengan cepat. Anak dan menantuku dibakar hidup-hidup oleh mereka, aku masih sangat jelas mendengar teriakan kesakitan mereka berdua begitu pilu dan menyayat hati. Tubuhku melemas aku terduduk membekap mulutku sendiri, agar tangisan seorang ibu ini tidak terdengar oleh mereka." Nenek Sekar memejamkan mata, lelehan air bening mengucur deras membasahi pipi re
Satu minggu kemudian, tengah malam. Gavin mengatur sebuah siasat, berpura-pura mengajak Elard, si siluman harimau untuk mengikuti Lamont —siluman serigala— berkeliling hutan berburu mangsa. Siluman elang berusaha menggiring kedua sahabatnya ke bukit waktu pertama kali sang raja memperlihatkan gadis pujaannya. "Senang sekali malam-malam ada yang menemaniku," kelakar Lamont dengan wujud serigala. "Sekali-kali kami juga ingin menikmati malam seperti kawananmu," tukas Gavin menyembunyikan niat sebenarnya. "Tunggu kenapa di air terjun sana banyak manusia berkumpul? Apa yang akan mereka lakukan?" tanya Elard, dia yang juga masih berwujud hewan harimau mengitari tempat Gavin dan Lamont berdiri kedua temannya itu sudah dalam wujud manusia. "Aku tidak tau, mau coba mendekat?“ tanya Lamont mengajak karena dia pun sama penasarannya. Gavin tersenyum, rencananya berhasil membuat kedua sahabatnya penasaran. 'Bagus, ayo kita mendekat,' bisik siluman elang dal
Jaman Now Siang itu Kalina membawa sepiring nasi beserta lauk untuk disantap berdua dengan Elang . Bukan karena di rumah tidak ada piring lain, tapi ia berbuat demikian agar tidak ketahuan para pembantu jika di dalam kamar bersembunyi cowok alias siluman super ganteng. "Kita makan sepiring berdua ya, kalau aku bawa banyak piring takutnya pembantu curiga," jelas Kalina, meletakkan nampan berisi nasi dan sebotol besar air mineral di atas meja balkon kamarnya. "Itu saja sudah cukup." Elang tersenyum manis. 'Wajahnya putih mulus, bibirnya sexy. Ternyata jika siang rambut Elang terlihat sedikit pirang. Benar-benar cowok tiga dimensi yang cantik. Idaman para wanita pencinta opa-opa. Rasanya enggak bakalan bosan melihat.' Hati Kalina meleleh. Kring … kring … kring …. Bunyi ponsel menghancurkan imajinasi Kalina. "Halo Ma … Pa …," sapa Kalina mengangkat panggilan. "Iya Kalina gak apa-apa, ada pangeran tampan, maksud Kalina ada orang baik hati yang menyelamatkan