Share

Nasi padang - 6

Satu setengah bulan sudah berlalu sejak bu bos bilang dia dilamar. Hari H semakin dekat, persiapan pernikahannya sudah sekitar 85 persen. Tinggal beberapa hal kecil yang harus diselesaikan, tapi aku sudah lebih tenang karena semua on track, sesuai schedule. Hanya ada sa,tu yang mengganjal, siapa nama calon suami bu bos. Sampai hari ini nama dan sosok iyu masih dirahasiakan oleh bu bos. Sok misterus banget. Emang siapa calon suaminya? Presiden amerika? Hahahaha kutertawa dalam hati. Sekarang aku punya lebih banyak waktu untuk ngopi dan mengecek beberapa pekerjaan yang entah sudah kutinggalkan berapa lama. Kupanggil sekretarisku ke ruangan untuk minta beberapa update pekerjaan. Seperti biasa dia datang dengan membawa laptop dan beberapa berkas yang diperlukan.

Tak terasa sudah waktunya makan siang. Cepat sekali rasanya hari berlalu, ternyata banyak sekali pekerjaan yang kutinggalkan. Untungnya aku punya body system yang handal.

"Kamu makan siang dimana?"

Aku bertanya pada sekretarisku.

"Paling beli nasi padang di depan bu"

hmm.. kubayangkan nasi padang pakai bumbu rendang dan ayam baladonya, enak banget kayaknya.

"Saya juga mau deh, bungkus satu ya"

"oke bu."

Kubaca kembali berkas yang dibawa sekretarisku tadi. Gagal konsen, karena sudah lapar sekali kayaknya aku. Aku memutuskan akan ke pantry di bawah sebentar, siapa tahu ada gorengan dan lainnya yang bisa aku cemilin dulu sambil nunggu nasi padang tercinta.

Dalam perjalanan ke pantry, aku mendengar sayup - sayup orang marah-marah sambil sedikit terisak.

"Itu bukannya suara bu bos?"

Aku menggumam sambil menebak. Makin dekat ruangan bu bos, suaranya makin kencang. Ternyata benar suara bu bos.

Ada apa ya? Jiwa kepo ku bergetar kencang, ingin tau lebih banyak. Dan tiba-tiba aku mendengar namaku disebut bu bos. Kenapa ada namaku yang disebut oleh bu bos?

"Kamu keterlaluan!! Lingan itu staffku! staff kepercayaanku. Aku gak mungkin gak melibatkan dia di persiapan pernikahan kita! Apa ini hanya alasan kamu aja sampe kamu aja gak pernah ikut repot ngurusin pernikahan kita, kamu hanya perintah ini itu dari jauh, tapi gak pernah menyempatkan diri untuk hadir barang sehari atau dua hari. Kamu benar - benar mau nikah sama aku apa tidak?? Jangan sampai setelah menikah nanti kamu gak peduli sama keluarga kita!"

Obrolan itu berakhir dengan suara sesuatu dibanting dan entah pecah atau apa yang pasti berserakan. Aku menutup mulutku rapat-rapat dengan tanganku sambil melotot. Jantungku berdebar kencang sekali, jangan sampai ketahuan aku ada disini. Pikiranku kalut sekali, kenapa orang yang ditelepon bu bos tidak mau aku mengurus pernikahan mereka? Pelan-pelan aku balik badan ingin kembali ke ruanganku, tiba - tiba namaku dipanggil.

"LINGAN!!!"

Aku seketika berhenti bergerak. Mati aku, ketahuan bu bos aku gak sengaja nguping deh sekarang.

"mau kemana?"

"Ke ruangan bu, tadi mau ke pantry tapi dompet saya ketinggalan"

jawabku dengan suara bergetar.

"Kamu sudah makan?"

Otakku berputar cepat, gimana caranya aku tidak makan siang sama dia. Aku kaget dan belum pandai basa basinapalagi ditambah dengan situasi awkward barusan.

"Belum bu, cuman lagi nunggu Dista sekretaris saya, mau makan sambil lanjut meeting, banyak update kerjaan dari dia."

"Oh gitu ya? Ya udah deh saya makan keluar aja deh...."

matanya sembab, entah karena belum make up atau habis menangis.

Jangan bilang bu bos batal nikah. Ku tersenyum sendiri membayangkan bu bos batal nikah hanya karena calon suaminya tidak pernah sekalipun muncul di persiapan pernikahan mereka. Memang sih kata bu bos calon suaminya itu menyerahkan setiap proses persiapan pernikahan mereka ke bu bos. Alhasil dia yang pusing sendiri, dan setelahnya ada aku yang ikutan pusing karena bu bos melimpahkan semuanya urusan printilan ke aku.

Jadi makin penasaran siapa calon suami bu bos?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status