Satu setengah bulan sudah berlalu sejak bu bos bilang dia dilamar. Hari H semakin dekat, persiapan pernikahannya sudah sekitar 85 persen. Tinggal beberapa hal kecil yang harus diselesaikan, tapi aku sudah lebih tenang karena semua on track, sesuai schedule. Hanya ada sa,tu yang mengganjal, siapa nama calon suami bu bos. Sampai hari ini nama dan sosok iyu masih dirahasiakan oleh bu bos. Sok misterus banget. Emang siapa calon suaminya? Presiden amerika? Hahahaha kutertawa dalam hati. Sekarang aku punya lebih banyak waktu untuk ngopi dan mengecek beberapa pekerjaan yang entah sudah kutinggalkan berapa lama. Kupanggil sekretarisku ke ruangan untuk minta beberapa update pekerjaan. Seperti biasa dia datang dengan membawa laptop dan beberapa berkas yang diperlukan.
Tak terasa sudah waktunya makan siang. Cepat sekali rasanya hari berlalu, ternyata banyak sekali pekerjaan yang kutinggalkan. Untungnya aku punya body system yang handal."Kamu makan siang dimana?"Aku bertanya pada sekretarisku."Paling beli nasi padang di depan bu"hmm.. kubayangkan nasi padang pakai bumbu rendang dan ayam baladonya, enak banget kayaknya."Saya juga mau deh, bungkus satu ya""oke bu."Kubaca kembali berkas yang dibawa sekretarisku tadi. Gagal konsen, karena sudah lapar sekali kayaknya aku. Aku memutuskan akan ke pantry di bawah sebentar, siapa tahu ada gorengan dan lainnya yang bisa aku cemilin dulu sambil nunggu nasi padang tercinta.Dalam perjalanan ke pantry, aku mendengar sayup - sayup orang marah-marah sambil sedikit terisak."Itu bukannya suara bu bos?"Aku menggumam sambil menebak. Makin dekat ruangan bu bos, suaranya makin kencang. Ternyata benar suara bu bos.Ada apa ya? Jiwa kepo ku bergetar kencang, ingin tau lebih banyak. Dan tiba-tiba aku mendengar namaku disebut bu bos. Kenapa ada namaku yang disebut oleh bu bos?"Kamu keterlaluan!! Lingan itu staffku! staff kepercayaanku. Aku gak mungkin gak melibatkan dia di persiapan pernikahan kita! Apa ini hanya alasan kamu aja sampe kamu aja gak pernah ikut repot ngurusin pernikahan kita, kamu hanya perintah ini itu dari jauh, tapi gak pernah menyempatkan diri untuk hadir barang sehari atau dua hari. Kamu benar - benar mau nikah sama aku apa tidak?? Jangan sampai setelah menikah nanti kamu gak peduli sama keluarga kita!"Obrolan itu berakhir dengan suara sesuatu dibanting dan entah pecah atau apa yang pasti berserakan. Aku menutup mulutku rapat-rapat dengan tanganku sambil melotot. Jantungku berdebar kencang sekali, jangan sampai ketahuan aku ada disini. Pikiranku kalut sekali, kenapa orang yang ditelepon bu bos tidak mau aku mengurus pernikahan mereka? Pelan-pelan aku balik badan ingin kembali ke ruanganku, tiba - tiba namaku dipanggil."LINGAN!!!"Aku seketika berhenti bergerak. Mati aku, ketahuan bu bos aku gak sengaja nguping deh sekarang."mau kemana?""Ke ruangan bu, tadi mau ke pantry tapi dompet saya ketinggalan"jawabku dengan suara bergetar."Kamu sudah makan?"Otakku berputar cepat, gimana caranya aku tidak makan siang sama dia. Aku kaget dan belum pandai basa basinapalagi ditambah dengan situasi awkward barusan."Belum bu, cuman lagi nunggu Dista sekretaris saya, mau makan sambil lanjut meeting, banyak update kerjaan dari dia.""Oh gitu ya? Ya udah deh saya makan keluar aja deh...."matanya sembab, entah karena belum make up atau habis menangis.Jangan bilang bu bos batal nikah. Ku tersenyum sendiri membayangkan bu bos batal nikah hanya karena calon suaminya tidak pernah sekalipun muncul di persiapan pernikahan mereka. Memang sih kata bu bos calon suaminya itu menyerahkan setiap proses persiapan pernikahan mereka ke bu bos. Alhasil dia yang pusing sendiri, dan setelahnya ada aku yang ikutan pusing karena bu bos melimpahkan semuanya urusan printilan ke aku.Jadi makin penasaran siapa calon suami bu bos?Good morning sunshine! Happy birthday to me! Aku bangun dari tempat tidur, menggeliat seperti anak kucing dua menit, kemudian aku turun dari tempat tidur membuka tirai di kamarku lebar - lebar agar matahari di hari ulang tahunku ini bisa masuk ke dalam kamar sesuka hatinya menerangi jiwa dan ragaku. Aku menggeleng sambil tersenyum sambil berjalan ke arah pantry. Kopi pahit atau manis untuk pagi ini? Kuseduh kopi manis yang tersedia di mini bar di kamarku sambil bergumam sendirian, "mari minum kopi manis, agar harimu bertambah manis hari ini..." kemudian aku tertawa geli sendiri atas kata - kataku yang lebay kekinian. Menghirup wangi kopi sambil menatap indahnya lautan biru yang ada di depan mataku dari kamar sungguh suatu situasi yang langka untukku. Kutarik napas panjang. Aku bersyukur masih bisa punya kekuatan untuk kembali lagi ke tempat ini, pulau ini, hotel ini berdiri dengan pemandangan diluar jendela yang sama dengan waktu itu, sendirian, merayakan ulang tahunku. "Ter
Hell-O Bali! Pagi ini pesawatku landing dengan mulus di Bandar Udara International I Gusti Ngurah Rai. Saat aku keluar dari pesawat, aroma angin laut dan aroma khas bali ini langsung tercium di hidungku.. lembab, segar dan hangat jadi satu rasanya. Aku selalu mencintai pulau yang sangat indah ini. Tetapi sejak adanya memori yang tidak menyenangkan itu, tidak pernah terbayang lagi olehku kalau aku akan kuat kembali lagi ke pulau ini, sendirian. Tapi, disinilah aku. Merayakan ulang tahunku besok. Sopir yang menjemput aku di terminal kedatangan sudah mengangkat papan nama bertuliskan namaku dengan tinggi. Kadek tertulis di papan nama di dadanya. Beliau menyapaku dengan sangat sopan. "Selamat datang kembali di Bali, Ibu Lingan.....bagaimana perjalanannya dari Jakarta?" "Terima kasih Pak Kadek...baik pak, untung cerah ya....perjalanan ke Bali selalu baik pak.. bagaimana kondisi Bali sekarang pak?""Baik ibu, sudah mulai ramai.. karena ini sudah masuk high season disini" beliau k
Minggu depan adalah ulang tahunku. Sudah dua tahun aku melewati ulang tahun sendirian di apartmentku dengan hanya ditemani lilin, bukan lilin ulang tahun tapi lilin untuk mati lampu itu. Kebayang kan. Ibuku pun entah kenapa di setiap hari ulang tahunku selalu saja ada kegiatan di luar kota dan ditambah lagi aku tidak punya kekasih hati lagi sejak saat itu, jadi, yah.. aku lewati ulang tahun sendirian, again... and again.. dan sepertinya tahun ini juga akan sama, sendirian lagi. Aku sudah mengajukan cuti untuk hari Kamis minggu depan. Kebetulan hari ulang tahunku hari Jumat, jadi aku bisa escape sebentar untuk waktu yang lumayan lama untukku. Aku menatap laptopku dalam - dalam mencari destinasi tujuan mana yang kira - kira bisa kupilih untuk menghabiskan long weekend ini, sendiri. "Singapore?" aku menggumam dan menggeleng sendiri. "Let's find another destination" aku menggumam lagi sambil menarik napas panjang sambil terus scroll layar komputerku."Dalam negeri kali yaaaa...."
Kriiiinggg..... kriiiiingggg telepon di ruangan kerjaku beteriak seperti membangunkan aku dari mimpi. Weekend kemarin di Singapore rasanya kok kurang ya untuk aku bisa berdua saja dengan Alonzo. "Sadar Lingan! sadar! dia udah jadi suami bosmu sendiri yang sedang hamil anak pertama mereka!" kutepuk pipiku sendiri agar segera kembali ke bumi. "Siang, dengan Lingan disini. Dengan siapa?""Lingan...... kok lama? tolong bawa dokumen meeting minggu lalu ke ruangan saya, saya mau lihat""Baik bu"bergegas ku mengambil dokumen meeting di meja sekretarisku dan segera meluncur ke ruangan bu bos. "Pagi bu..""Pagi. Have a seat please.." bu bos menyuruhku duduk tanpa menatapku. eh, tumben bu bos seformal ini. Dia gak akan seformal ini kalo gak ada sesuatu yang dirasa cukup mengganggu. "Yang ini segera saja dieksekusi agar tidak terlalu lama, nanti mereka berubah pikiran, Lingan""Noted bu. Saya eksekusi hari ini, prosesnya biasanya seminggu, jadi minggu depan harusnya sudah bisa selesai s
Singapore di weekend ini harusnya menjadi sempurna dengan tidak adanya gangguan apapun. Aku berharap bisa bebas keluar masuk toko di Orchard Road tanpa rasa was - was akan bertemu dengan orang lain yang bisa menyebabkan keresahan. Kenapa harus ketemu dia di sini di hotel ini dan kamarnya ada depan kamarku di lantai yang sama. Mimpi apa aku di pesawat saat tertidur kemarin. Malam ini mendadak tidak bisa tidur aku terjaga semalaman entah karena kebanyakan wine di pesawat atau karena pertemuan di lift tadi. Tidak tenang rasanya, kalau - kalau pintu kamarku di ketok atau telepon kamarku berbunyi dari kamar sebelah. Sekali lagi, aku tidak suka keadaan ini. Aku mau refreshing bukan sebaliknya. Aku membenamkan mukaku ke bantal sambil berteriak kencang sekencang - kencangnya. Hari Sabtu. Harusnya hari ini Alonzo tidak ada kegiatan, karena ini sabtu. Eh ngapain aku mikirin dia? harusnya aku fokus ke agendaku hari ini. Gym sebentar, mandi sarapan kemudian jalan - jalan dan berkulineran. Ok,
Kadang - kadang aku masih suka menghabiskan waktu saat weekend dengan terbang keluar kota bukan untuk ngapain tapi hanya untuk mencari waktu sendiri ku sambil melihat awan dari jendela pesawat selama beberapa menit atau beberapa jam, menikmati suasananya yang tiada duanya. Kalo diinget - inget sudah lama juga aku tidka melakukan rutinitas itu karena kesibukan yang luar biasa.Masak harus tunggu resign dulu baru bisa pergi - pergi. “Ah kelamaan ah..” aku mengumam sendiri sambil mengecek email. Kursor di komputer lalu memilih salah satu aplikasi travel yang sering kupakai. Cek tanggal weekend ini, dan tujuan. “Oke, Singapore kayaknya oke. Dua malam” kembali aku menggumam sendiri sambil jari tanganku kutak katik pilih tanggal, pilih hotel, klik pembayaran dan “done! Yeessss…” aku tersenyum sendiri seperti melihat layar komputerku seperti melihat suatu pencapaian kerja terbaik tahun ini. Senyumku merekah. Ada semangat lebih untuk menyelesaikan pekerjaanku minggu ini.Senin..Selasa..Rabu