Share

Sibuk. - 5

Semua kejadian kemarin kembali mengingatkan aku dengan cerita lalu yang kuanggap sudah punah. Sakit jiwa rasanya kalo sampe harus kuingat lagi cerita itu hanya karena bu bos dilamar.

Hei Lingan! Sadar! Aku berteriak kepada pikiranku sendiri.

Pagi ini aku dipanggil kembali ke ruangan bu bos.

"Ada apa lagi?"

Aku bertanya ke sekretarisku,

"gak tau bu, tapi kelihatannya bu bos lagi happy banget"

"ya iyalah happy, kan dia baru aja dilamar..."

aku menarik napas panjang. Orang kurang kerjaan mana yang habis dilamar malah sedih.

Aku sampai di ruangan bu bos. Dia langsung memintaku duduk di sofa toscanya kemudian tersenyun manis menatapku.

"Lingan.... kamu sudah lebih dari 5 tahun kerja sama saya disini. Saya tau kamu sudah cukup mengenal saya.."

mau apa lagi ni dia batinku.

"Kamu mau ya jadi braidesmaid saya?"

Haduuuuu, kalo jadi braidesmaid, berarti aku bakalan sibuk ngurusin pernikahan bu bos, sedangkan aku gak mau berurusan dengan pernikahan dulu entah sampai kapan. Ibu assign saya buat ngurusin pernikahan anak presiden saya mau deh, tapi gak pernikahan ibu juga. Pikiranku kalang kabut. Alasan apa yang bisa aku kasih ke bu bos supaya aku tidak usah dilibatkan?

"Hmmm saya boleh pikir - pikir dulu bu? Kelihatannya proyek di Hongkong kemarin sudah memasuki tahap penandatanganan kontrak, dan ibu inget kan kalo ibu sudah assign saya untuk berangkat bulan depan? Persiapannya sepertinya agak banyak dan saya takut tidak fokus kalau saya banyak terlibat di kesibukan lainnya. Saya pasti bantu, tapi mungkin gak jadi braidemaid.. Gimana bu?"

Bu bos menaruh telunjuknya di dagunya yang lancip sambil berpikir, kemudian kata - kata yang paling aku benci diucapkan oleh dia

"ok, kalo gitu, saya pindahin aja sementara project leadernya ke Retno. Saya yakin kamu bisa lead dia untuk bisa menggantikan

kamu sementara disana kalau cuma sekedar tandatangan kontrak saja."

Aku mati kutu. Tidak ada alasan lainnya lagi, masak bilang mendadak diare biar gak terpilih jadi braidesmaid? Akhirnya hanya ada dua kata yang keluar dari mulutku

"ok bu."

"Naaaaaah, gitu dong, makasih yaa.." bu bos memelukku kencang.

Aku merasa seperti sedang berada dalam proses diikat pakai rantai kapal dan gak bisa kemana - mana lagi, aku harus berhadapan dengan pernikahan ini, suka atau tidak suka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status