Tiba - tiba telepon genggamku berdering kencang. Nada dering ini sudah lama banget tidak berbunyi. Nama dering yang tiap mau kuhapus atau kuganti selalu saja gagal karena aku sebenarnya masih gagal move on kata abg-abg jaman sekarang. Jadi mau kubuat jadi kenangan.
Tapi, kenapa hari ini dia berbunyi? Nada dering ini seketika mengembalikan aku ke masa lalu. Masa dimana rasanya ingin kubanting kembali telepon genggamku. Ini yang judulnya dilema. Berdering sekali... berdering dua kali... berdering tiga kali... cukup mengganggu untuk diangkat maupun tidak diangkat. Kutarik napas panjang dan..."halo."Sedatar itu, seakan - akan kata halo ini mewakili perasaanku yang merasa sangat terganggu dengan teleponnya."Hai Lingan. Sibuk?"Suara itu...kangen sekali rasanya dengar suara itu."Ada apa?"Tidak kugubris pertanyaan basa basinya."Aku mau ke Jakarta dalam waktu dekat"entah darimana dia akan datang ke jakarta tapi jujur sejujur-jujurnya, aku tertarik tapi aku tidak mau menunjukkan bahwa aku tertarik."Terus? Hubungannya dengan saya apa?"Suara di seberang telepon diam sejenak..hanya terdengar suara bolpen yang di pencet-pencet."Mmm... aku perlu ketemu sama kamu sebentar aja, ada yang perlu aku sampaikan"giliran aku yang diam, berpikir."Kapan?""Sekitar...mmm... awal bulan depan"kuingat-ingat awal bulan depan itu sepertinya akan jadi hari - hari sibukku. Bu bos menikah awal bulan depan."Saya gak punya banyak waktu untuk ketemu kamu awal bulan depan, karena ada banyak deadline di kantor. Lihat nanti aja deh. Ada lagi yang ingin diomongin? Saya telat mau meeting""ok kalau begitu nanti aku hubungi kamu lagi.""Bye.""Bye, Lingan"kututup telponku dan kutelepon sahabatku."Sa, ngapain lo? Bisa gw culik ya sekarang ya. Sekarang."Memang gak pernah gak urgent kalo aku ngajak Sasha ketemuan."Ono opo beeebb..."Sasha dengan suara cemprengnya sambil nyeruput es teh manis di depannya."Alvaomega telp gw tadi sebelum gw telp lo"sasha melotot menatapku, tapi mulutnya tetap nyeruput es teh manisnya sampai habis kering. Alvaomega julukan yang diberikan Sasha untuk dia, artinya pertama dan terakhir aku digituin sama laki-alaki brengsek kayak dia."Ngomong apaan?""Dia mau ke jakarta Sas...gw harus gimana?""Ya temuin dong beebb...napa? Takut sakit hati lagi apa takut diajak kawin lagi?"Sambil ketawa Sasha kedip-kedip melihatku."Sialan lo! Beneran ini... gw harus gimana?""Ya lo maunya gimana?"Eh ni anak ini ditanyain malah balik nanya, aku gemes sendiri sama sahabatku ini."Maksud gw, lo mau nemuin dia apa gak? Perasaan lo gimana saat dia telpon?"Aku berpikir keras."Mmm.... gimana ya? Gak bisa gw jelasin sa, rasanya tu kayak gw pengen tapi gw gak pengen dan gw berusaha nolak tapi gw gak mau nolak, makanya gw hanya bisa bilang liat nanti""hmmm.. cukup diplomatis ibu Lingan..."kami berdua terdiam. Tiba - tiba Sasha nyeletuk"ya udahlah, temuin aja. Anggep aja lo ketemu teman lama, nothing ever happens between you and him before, just listening. Katanya ada yang mau dia sampaikan kan?"Aku mengangguk bego."ya udah, just listen to him, that's it."Aku menarik napas panjang."Ya udah deh".Hari-hari cepat sekali rasanya berlalu. Pekerjaan yang makin menggila dengan adanya target baru dari kantor pusat di Inggris ditambah lagi dengan pernikahan bu bos yang banyak tambahan ini itu menjelang hari H. Jam kerjaku berubah, sampai kantor lebih pagi dan pulang lebih malam. Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku ke salon langganan.Mama meneleponku,"Lingan, lagi di kantor?" "Iya mam, gimana?" "Enggak... nanti bisa telepon mama? Ada hal yang ini mama tanyakan.."" mmm..ok mam, nanti aku telepon ya..""ok deh.. mama tunggu ya.. dadagh...""dah mama."Aku terdiam sejenak saat telepon ditutup. Tumben mama minta ditelepon, kelihatannya kok penting sekali ya.. ada apa ya? Pikiranku kembali muter-muter kayak gasing. "Lingan... "bu bos memanggil,"iya bu..""kamu weekend ini kemana ya? Ada acara gak?"Duuhh mau apa lagi sih ibu bos satu ini? Jangan sampe dia ngajak meeting, soalnya aku udah booking perawatan di salon dan s
Aku menangis sejadi-jadinya di mobil, sambil menuju entah kemana aku ini. kuinjak gas kencang, kalut sekali rasanya. Kutarik napas panjang berkali-berkali sambil berusaha menenangkan diriku. Aku berhenti di pinggir jalan dan ku telepon mama, "mam, aku gak bisa balik ke apartemen, mobilku mogok. Lagi dibawa ke bengkel sekarang. Mama pulang aja yah.. kunci aja pake kuncinya mama, aku udah bawa kunci. Maafin aku mam." Tidak lama masuk notifikasi sms ku masuk dari mama, "ok, mama paham.. mama bilang dia kamu bakal lama jadi gak usah ditunggu yah. Hati-hati nak.. kabarin mama kalo kamu udah pulang ya.." mamaku ini sebanarnya satu-satunya orang yang paling bisa paham hati anaknya. Dia tau aku pasti kaget dan sakit hati banget dengar dan ngadepin semuanya ini. malam ini aku tidur di hotel. Pikiranku kacau. Berkali-kali aku menyebut nama Tuhan. Kenapa aku dikasih di situasi ini, kenapa juga dia yang harus jadi calon pengantin pria yang tidak pernah muncul itu. Kenapa jug
Setelah kejadian itu, butuh waktu beberapa hari untuk aku kembali pulih dan siap bekerja lagi, bertemu bu bos yang mungkin akan mengenalkan calon suaminya hari ini kepadaku. benar dugaanku. Pagi ini aku dandan seadanya, memakai baju yang diambilkan Sasha di apartemenku. Cukup nampak seperti baru sembuh dari sakit, cocok dengan alasanku tidak masuk kantor beberapa hari karena sakit. bu bos memanggilku ke ruangan begitu dia tau aku sudah kembali kerja. "Apa kabar Lingan? Sudah sehat? Saya khawatir kamu terlalu capek belakangan ini banyak yang harus kamu selesaikan." "Saya gak papa bu, sudah lebih baik, terima kasih." "Sukurlah. Oiya, sebentar siang kamu makan siang sama saya ya, saya mau mengenalkan kamu ke calon suami saya. Akhirnya sampai juga dia di Jakarta. Dia sudah di Jakarta dari minggu lalu, tapi katanya masih ada urusan yang harus diselesaikan makanya baru bisa saya kenalkan ke kamu hari ini, kebetulan juga kemarin kamu sakit dan baru hari ini ma
3 bulan sudah lewat setelah pernikahan akbar bu bos kemarin. Suasana di kantor sudah mulai kembali normal setelah bu bos kembali dari honeymoon keliling Indonesia dari sabang sampai merauke. Katanya sih mengikuti maunya suami bisa keliling Indonesia. Maunya suaminya itu ya maunya aku dulu, dulu…Kutarik napas panjang sambil menyeruput kopi favoritku sebelum memulai hari senin ini.Telepon di ruanganku berdering kencang “pagi” “pagi Lingan. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Ok bu” tumben banget jam segini udah sibuk. “Ada apa bu?” Bu bos lagi telepon, dia hanya kasih kode pakai matanya menyuruh aku duduk. Suasana ruangan ini gak sehangat biasanya. Ada apa ya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Selesai telepon, bu bos duduk di balik mejanya sambil melipat tangannya. “Lingan. Saya perlu bicara empat mata sama kamu” aku menelan ludah. Ada apa ini? Perasaanku mendadak tidak enak. “Gimana bu?” “Kamu pernah mau menikah?” Kembali petir di pagi hari yang waktu itu pe
Sejak pertemuan dengan bu bos terakhir yang menanyakan sejarah kelam percintaanku, aku sangat berusaha untuk tidak bertemu empat mata dengan bu bos. Aku takut tidak dapet jawaban lagi atas pertanyaan - pertanyaan ajaibnya yang bikin aku gak tenang. Rasanya hidupku sudah cukup tenang saat ini. Terima kasih untuk kantor pusat yang sudah menaikkan targetku makin mendekati langit, jadi mau gak mau aku harus kejar target biar aku dapet reward dan tabunganku cukup untuk masa depan nanti setelah aku resign. Yah, aku emang berencana resign dari kantor ini. Tapi nanti kalau tabunganku sudah kurasa cukup. Senin besok aku harus berangkat ke Singapore untuk bertemu bapak Permana. Pria ini seperti angin rasanya, datang dan pergi di hidupku tapi belum banyak kesan di dalamnya. Apa kubuat makin berkesan saja ya? Aku tersipu sambil menatap keluar jendela ruang kerjaku. Tok.. tok.. tok.. “permisi bu, ada tamu. Bisa saya persilahkan masuk?” Sekretarisku membuka pintu ruanganku sedikit. “Siapa?” “Mmm..
Aku memang berencana resign dari kantor kesayanganku ini setelah sudah 10 tahun berkarya. Kupikir, kalau aku terus berada di comfort zone, aku tidak akan bisa meningkatkan kemampuan diriku. Maunya sih sambil buka usaha juga yang nantinya akan jadi bekalku semasa tua.Mulai kubayangkan, aku duduk di beranda rumah dengan detail cat rumah putih kombinasi dengan batu bata merah seperti rumah - rumah yang ada di bali. Sambil menyeruput teh hangat bersama dengan suamiku sambil melihat cucu kami berlarian di taman rumah kami yang luas. Sebentar, kenapa harus bali sih? Huft.. kutarik napas panjang. Bubar jalan bayangan indahku bersama suamiku yang mukanya masih samar - samar alias belum tau siapa. Kapan aku bisa menghapus kenangan bali dari pikiranku? Semakin aku coba membuang kenangan itu jauh - jauh, semakin lekat di pikiranku. Susah sekali lepas rasanya. Kuletakkan kopi dengan segala kegiatan wajib pagiku di meja dan melanjutkan pekerjaanku yang menumpuk hari ini, sambil reminder ke diri s
Kadang - kadang aku masih suka menghabiskan waktu saat weekend dengan terbang keluar kota bukan untuk ngapain tapi hanya untuk mencari waktu sendiri ku sambil melihat awan dari jendela pesawat selama beberapa menit atau beberapa jam, menikmati suasananya yang tiada duanya. Kalo diinget - inget sudah lama juga aku tidka melakukan rutinitas itu karena kesibukan yang luar biasa.Masak harus tunggu resign dulu baru bisa pergi - pergi. “Ah kelamaan ah..” aku mengumam sendiri sambil mengecek email. Kursor di komputer lalu memilih salah satu aplikasi travel yang sering kupakai. Cek tanggal weekend ini, dan tujuan. “Oke, Singapore kayaknya oke. Dua malam” kembali aku menggumam sendiri sambil jari tanganku kutak katik pilih tanggal, pilih hotel, klik pembayaran dan “done! Yeessss…” aku tersenyum sendiri seperti melihat layar komputerku seperti melihat suatu pencapaian kerja terbaik tahun ini. Senyumku merekah. Ada semangat lebih untuk menyelesaikan pekerjaanku minggu ini.Senin..Selasa..Rabu
Singapore di weekend ini harusnya menjadi sempurna dengan tidak adanya gangguan apapun. Aku berharap bisa bebas keluar masuk toko di Orchard Road tanpa rasa was - was akan bertemu dengan orang lain yang bisa menyebabkan keresahan. Kenapa harus ketemu dia di sini di hotel ini dan kamarnya ada depan kamarku di lantai yang sama. Mimpi apa aku di pesawat saat tertidur kemarin. Malam ini mendadak tidak bisa tidur aku terjaga semalaman entah karena kebanyakan wine di pesawat atau karena pertemuan di lift tadi. Tidak tenang rasanya, kalau - kalau pintu kamarku di ketok atau telepon kamarku berbunyi dari kamar sebelah. Sekali lagi, aku tidak suka keadaan ini. Aku mau refreshing bukan sebaliknya. Aku membenamkan mukaku ke bantal sambil berteriak kencang sekencang - kencangnya. Hari Sabtu. Harusnya hari ini Alonzo tidak ada kegiatan, karena ini sabtu. Eh ngapain aku mikirin dia? harusnya aku fokus ke agendaku hari ini. Gym sebentar, mandi sarapan kemudian jalan - jalan dan berkulineran. Ok,