Unimaginable Love

Unimaginable Love

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-04
Oleh:  Pascal JiaOn going
Bahasa: English
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat. 4 Ulasan-ulasan
63Bab
4.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

After locking her heart to any man, Helena Boucher meets the famous conglomerate owner, Charles Donald. She has no option but to be his cook for a month in order to pay the debt of a pauper who she met upon she and Charles's second meeting. While living with the obnoxious guy, she bumps into her old time secret crush, Davis Wayne who she had come to search for along with realizing her dream in the city of New York and unaware of his true identity they became close friends as they were before and while seeing them both occasionally, the misconception that she is a slot flames up in Charles heart. Will Charles later find out that this is the woman who he can give his all too? Will Davis be accepted by Helena after he finds out that he really loves her? And will Helena,caught up in these two men clutches accept Charles who hurt her from the beginning of their first meeting or Davis who she considers the perfect guy but in reality has a connection in her family's misfortune? Follow the trio in their journey and as they make the greatest decisions of their lives.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Chapter 1

"Lap, sepatuku!" titah seorang pemuda yang baru saja keluar dari aula pesta dan dia menghampiri seorang gadis yang tadi berjalan di pinggiran kolam bernama Ziana.

Ziana tertegun, dia diam sesaat dan menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang selain dia yang berdiri di sana.

Dia datang untuk menghadiri pesta ulang tahun sahabatnya, namun dengan sadar diri menyingkir dari aula pesta, karena gaun yang dipakainya tidak sesuai dengan tema acara. Dia tidak mau membuat sahabatnya--Sandra merasa malu. Dia berniat ingin menemui dan memberikan Sandra hadiah saat acaranya nanti selesai. Jadi Ziana menunggu di samping rumah, di mana ada sebuah kolam dan taman di sana.

"Tuli? Cepat lakukan!" Aziel kembali memerintah, kali ini dengan menunjuk sepatunya dan memajukan kaki kanan di hadapan Ziana. Raut wajah lelaki itu bukan hanya tidak ramah, namun juga menyebalkan.

Tempat itu sepi, berbeda dengan aula pesta ulang tahun yang berada di rumah besar itu. Ziana sudah berusaha menyingkir dari keramaian karena sadar pesta ulang tahun sahabatnya sangat mewah dan dihadiri oleh banyak muda-mudi dengan pakaian yang mahal, berbanding terbalik dengan penampilan Ziana yang hanya memakai gaun sederhana, itu pun dia dapat dari meminjam teman.

"Bukan aku yang menumpahkan minuman itu, kenapa kamu memerintah?" protes Ziana, dia tidak tahu siapa lelaki di depannya, datang-datang langsung meminta Ziana membungkuk dan membersihkan sepatunya.

"Tapi kamu pelayan kan?"

Ziana tercengang dengan anggapan Aziel. Dia pun menatap Aziel dengan tatapan sengit kemudian. Gadis itu cukup berani untuk protes dan tidak mengindahkan perintah orang gila seperti Aziel.

"Kamu masih muda, harusnya tidak rabun! Bagaimana bisa kamu mengira aku pelayan? Bukan kah para pelayan itu memakai seragam!" Tunjuk Ziana ke jendela besar yang transparan dimana seorang pelayan terlihat di aula pesta, mereka memakai seragam pelayan khusus.

Aziel berdecih, dia tersenyum sinis dengan gadis miskin yang cukup berani. Dia kembali menelisik penampilan Ziana, gaun berwarna mencolok yang dipakainya sangat ketinggalan jaman.

"Yah, kalo kamu bukan pelayan, mungkin anak pelayan? Buktinya, hanya kamu yang datang ke sini memakai gaun lusuh, tidak tahu dresscode?" Aziel tersenyum mencibir dengan mengangkat sebelah alisnya. Ekspresinya sangat menyebalkan.

Kekehan tawa dan pertanyaan dari Aziel terdengar merendahkan dan mengusik, Ziana dibuat makin geregetan. Namun dia tahu bermasalah dengan anak orang kaya bukan sesuatu yang baik. Ketimbang melayaninya, Ziana memilih balik badan dan hendak menjauh.

"Tunggu, kamu sungguh tidak mau membantuku membersihkan sepatuku? Aku bisa membayarmu mahal, apalagi jika kamu mengelapnya dengan gaun jelekmu itu!"

Ziana mengepalkan tangannya, sebagai anak yatim piatu dari panti asuhan dia sering mendengar penghinaan tapi harusnya bukan dari orang rendom seperti pemuda itu, yang kenal saja tidak sudah berani merendahkan!

"Maaf aku tidak berminat! Aku datang ke sini untuk memenuhi undangan Sandra dan ayahnya!" Ziana tak acuh, dia mengangkat kaki dan hendak melangkah.

Respon yang sangat menjengkelkan, Aziel tidak terima. Dia yang sudah kesal karena sepatunya kotor tertimpa minuman di aula pesta tadi, kini ditambah dengan sikap sok dari gadis miskin membuat emosinya makin meluap.

"Heh--" Aziel menegur, tangannya menarik pundak Ziana agar mau berbalik menghadapnya, namun tenaga yang terlalu kuat justru membuat langkah Ziana terhuyung dan kehilangan keseimbangan.

Byuuurrr!

Tubuh Ziana tercebur saat Aziel melepas tangannya dari gaun yang sobek di bagian pundak.

Ziana tidak bisa berenang, gadis itu pun gelagapan. Bukannya menolong, Aziel justru tertawa puas. Dia bahkan sengaja tidak melakukan apa pun, menikmati suara kecipak air dengan teriakkan minta tolong yang teredam.

"Kamu tidak bisa berenang? Mau kubantu? Memohonlah dulu!" ucapnya angkuh.

Suara minta tolong Ziana tidak terdengar oleh orang-orang di aula yang sedang asyik menikmati musik dan menyanyikan lagu ulang tahun. Namun apa yang Aziel lakukan terlihat jelas oleh sang tuan rumah yang berdiri di balkon dan melihat ke arah kolam renang di bawah.

Lelaki matang itu sejak tadi melihatnya, namun tak acuh, menganggap adegan di bawah hanya permainan anak muda. Tapi saat melihat gadis yang tercebur tidak lagi muncul ke permukaan membuatnya mengernyit dan memahami situasinya.

Arhan pun bergegas turun, dia berjalan melewati aula pesta dengan langkah yang tegap dan aura yang karismatik, sontak menjadi sorotan, namun wajah dinginnya membuat muda-mudi itu tidak berani menyapa dan hanya bergeser memberi jalan.

Sandra yang sedang berdiri di depan kue ulang tahun menoleh ke arah ayahnya itu, namun Arhan hanya memberi isyarat untuk Sandra melanjutkan acaranya kembali.

Sandra tersenyum dan mengangguk, dia tidak mencegah ayahnya yang berjalan keluar. Dia tahu ayahnya bukan seseorang yang suka keramaian, meski diizinkan menggelar acara pesta ulang tahun bukan berarti Arhan akan mengikuti acara, Sandra bisa memaklumi sifat ayahnya.

"Keributan apa ini?" tegur Arhan pada Aziel yang seketika menghentikan tawanya. Pemuda itu menelan ludah saat melihat Arhan berdiri tak jauh darinya dan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. "Apa kamu ingin mengacaukan pesta ulang tahun Sandra?"

Arhan melangkah, setiap hantakan kakinya terdengar lambat dan menakutkan di telinga Aziel yang kini nyalinya menciut. Arhan bukan orang lain, dia adalah adik dari ibu Aziel, jelas saja Aziel tahu betul bagaimana sifat dan temperamen pamannya.

"Apa kamu berniat membunuh seseorang?" cecar Arhan lagi, dia melirik ke arah kolam yang masih beriak, dia tidak memerintah namun auranya yang dominan dan mengintimidasi cukup membuat Aziel sadar apa kesalahannya.

"Paman Arhan? Ti--tidak, aku hanya--" Aziel ingin berkilah tapi lidahnya terasa kelu.

Pemuda itu hendak menceburkan diri untuk menolong Ziana karena takut mendapat teguran lebih keras dari Arhan, namun yang tidak dia sangka Arhan jauh lebih gesit masuk ke kolam lalu mengangkat tubuh Ziana yang sudah lemas dan hampir jatuh ke dasar.

Saat berhasil naik, Ziana tak sadarkan diri. Arhan yang membantunya memberikan pertolongan pertama. Sementara Aziel berdiri kaku, setelah ini dia pasti akan mendapat masalah. Dia tahu adik ibunya itu bukan seseorang yang bisa disinggung apalagi direpotkan dengan hal seperti ini.

"Paman, apa dia mati?" Aziel ketakutan ketika Arhan memompa tangannya di dada Ziana untuk melakukan CPR juga memberi napas buatan, tapi Ziana tak kunjung merespon, yang ada wajahnya semakin pias.

Jangan sampai Ziana mati, bisa-bisa pamannya akan menjebloskan Aziel ke penjara sebagai hukuman!

Arhan tidak mendengarkan ocehan Aziel yang ketakutan, dia fokus pada Ziana yang bibirnya membiru dan terus memberikan pertolongan sebisanya sampai harapan itu kembali.

Uhuuuk! Uhuuuk!

Ziana terbatuk, dia berhasil diselamatkan dan muntah banyak air.

Sekarang Arhan kembali menatap keponakannya itu dengan raut wajah yang kaku, meski tidak setegang tadi namun tetap saja menakutkan. Tidak ada kelegaan di wajah itu meski sudah berhasil menyelamatkan seseorang.

"Anak bodoh! Apa kamu tak punya nurani, hah? Siapa yang mengajarimu menjadi iblis? Kamu puas menindas seseorang dengan cara yang berbahaya seperti itu?" Arhan memincingkan matanya ke arah Aziel.

Terlihat jelas amarah di wajah tegas Arhan, mungkin karena Arhan membayang jika gadis yang diperlakukan tak baik itu adalah putrinya, dia pasti tidak terima, tidak peduli yang melakukannya keponakan sendiri, Aziel tetap harus mendapat pelajaran!

Plak!

Arhan memarahi Aziel dengan mengeplak kepalanya memakai jas yang tadi dia tanggalkan, lalu Arhan kembali membungkuk untuk menyelimuti punggung Ziana dengan jas itu.

"Ma--maaf, Paman... aku, aku hanya sedang bercanda!" Aziel memohon seperti pecundang. Di hadapan pamannya, keangkuhan Aziel bukanlah apa-apa.

"Bercanda?" Tatapan Arhan menajam, saat dia mengangkat tangannya, Aziel yang mengira akan dapat bogem buru-buru merunduk membuat Arhan berdecih. Tangannya yang mengawang di udara hanya meremas angin kemudian turun dan beralik menunjuk wajah Aziel. "Kamu, temui Paman di rumah Nenek besok!"

Arhan cukup tegas ingin memberi Aziel hukuman tapi tidak sampai hati membuat wajah keponakannya babak belur. Sebagai pria dewasa, tentu Arhan harus bersikap bijak.

Ziana masih diam, dia syok, otaknya belum bisa mencerna apa pun sampai matanya bertemu tatap dengan manik tajam Arhan yang membuatnya menegang dan tersadar. Ziana sampai tersedak lagi, dia menarik kakinya yang gemetar lalu mengusap dadanya yang tersentak.

"Kamu bisa berdiri?" Arhan mendekat dengan berkacak pinggang, dia hanya bertanya dan tidak berniat menolong lebih, namun reaksi Ziana yang hendak berdiri lalu terjatuh lagi karena kakinya gemetar membuatnya iba.

"Apa gunanya kaki kurusmu jika hanya terendam sebentar langsung lemas--" Ucapan Arhan terdengar seperti cibiran, namun gerakannya yang tanggap membopong Ziana sama sekali tidak terduga.

Ziana kaget tapi tidak memberontak, selain tidak punya alasan menolak bantuan Arhan, dia juga sangat canggung dan sungkan berada dalam dekapan lelaki dewasa, bergesekan dengan dada bidang lelaki yang bertubuh atletis membuatnya hanya bisa menunduk dan meringkuk. Sungguh ini pertama kalinya Ziana dibopong seseorang apalagi dengan tubuh basah kuyup.

Usia Arhan mungkin tidak muda lagi, namun badannya masih kekar dan gagah. Wajahnya pun terbilang tidak menua, di usianya yang menginjak kepala empat. Dia seorang duda, dan dulu terpaksa menikah muda karena 'kecelakaan'.

Arhan berjalan masuk lewat pintu lain agar tidak mengganggu acara putrinya yang masih berlangsung.

"Kamu bisa menginap malam ini, Sandra pasti akan sangat khawatir jika tahu keadaan sahabatnya begini--" kata Arhan yang membuat Ziana tertegun tak percaya. Dia menurunkan Ziana di kamar tamu.

Rupanya lelaki dewasa yang selama ini terlihat dingin dan tidak peduli pada orang selain putrinya itu cukup baik bahkan perhatian--dia mengenali Ziana! Padahal Ziana kira Arhan tidak tahu siapa gadis berpenampilan lusuh dan bernasib menyedihkan ini.

Entah kenapa Ziana merasa berdebar saat tahu jika ternyata Arhan mengenalinya! Lelaki yang di matanya sangat dingin dan angkuh, kini punya kesan yang berbeda, ada kebaikan juga ketegasan seorang lelaki yang membuat hati wanita merasa aman dan nyaman.

"Kenapa? Matamu bisa kelilipan kalau tidak berkedip," tegur Arhan mengernyitkan keningnya saat menatap manik bening milik Ziana.

Ziana gelagapan, kali ini bukan karena tercebur ke kolam melainkan gugup terpergok sedang menatap lelaki dewasa itu dengan tatapan kagum!

"Ti--tidak...." Ziana menggeleng panik, pipinya yang dingin karena air kini justru terasa menghangat.

"Kamu bisa ganti baju, saya akan suruh pelayan membawa baju ganti," imbuh Arhan tetap bersikap biasa dan tidak menanggapi lebih sikap Ziana yang seperti anak-anak sedang heran.

Ziana mengangguk sungkan, dia juga tidak nyaman dengan tubuhnya yang kuyup dan dingin, rasanya ingin menggigil.

"Te--terima kasih, Pak Arhan--" ucap Ziana membungkuk.

Arhan hendak berpaling, namun gerakan Ziana menarik perhatiannya.

"Tunggu... kenapa belakang gaunmu memerah, itu darah! Apa kamu terluka?" Arhan menunjuk bagian pantat Ziana yang seketika membuat wajah gadis itu merona--malu!

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

Komen

user avatar
Franklin Ires
The writer's simple writing style is exceptional. so much loving this book ...️...️...️. Has nice plot. Keep up the good job!!
2022-08-28 05:01:20
0
user avatar
Queenebunoluwa15
Wow, the book is So Amazing 💕💞😍.
2021-06-13 22:52:18
1
user avatar
Ifveen
Loving it❤
2021-06-03 01:35:04
2
user avatar
Yozora Hikari
A simple love story, but with a full of promises, good luck... ^^
2021-05-29 23:44:06
2
63 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status