Dalam lamunanku, samar aku mendengar gumaman Freeze. "Kuharap kau baik-baik saja, Vaea."
Aku menoleh, mengernyitkan dahi menatap Freeze yang masih menatap Grand Mall dengan sedikit kosong.
"Ikut aku." Freeze melepaskan pelukannya dan menggandeng tanganku erat. Dia membawaku berjalan mengikutinya."Kita mau ke mana, Free - uhuk uhuk!" Aku menghentikan langkahku, melepaskan genggaman tangan Freeze dan menekan dadaku kuat kuat. Rasa nyeri di dadaku semakin menjadi dan kini menjalar ke perutku.
Tak berselang lama setelah kepergian Freeze, bola mataku telah bisa kugerakkan, dengan perlahan aku membuka kelopak mata.Pemandangan pertama yang kulihat adalah langit-langit yang berwarna putih. Setelah menyesuaikan cahaya lampu yang masuk dalam retina mata, aku beringsut bangun. Pandanganku pun menyapu seisi ruangan tersebut.
Tubuhku reflek bergerak menghindar tatkala merasa seseorang menyentuh bahuku. Aku sudah melompat dan menerjang pada sosok pria asing yang kini berdiri di depanku. Dengan mudahnya, dia menangkis segala seranganku.Setelah mengambil jarak beberapa langkah ke belakang, aku bisa menatap sosok pria itu lekat-lekat. Alisku terangkat naik tanda tertarik, meskipun posisi tubuhku masih dalam kuda-kuda siaga. Sedangkan pria itu menatapku datar. Siapa dia? Apakah teman Freeze?
Baru saja aku menghela napas lega tapi sesaat kemudian mataku fokus kembali menatap layar LED di depanku."Sial!" umpatku saat melihat Freeze ternyata telah berhasil mengejar Xion dan Ly. Di sana, Freeze menghadang Xion dengan gaya angkuhnya. Ia menodong Xion denganhandgunsembari menyeringai lebar. Matanya tampak berkilat marah karena sempat beberapa detik kehilangan targetnya.
WARNING!! Terdapat sedikit adegan dewasa, dibawah umur bisa jauh-jauh dari part ini. Muehehehe ...Happy reading guys!!
Turun dari mobilsportmerah milik Freeze, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat di mana kini aku berdiri. Deretan mobil mewah, mobilsportmaupunvolentkeluaran terbaru tampak berjejer rapi sesuai jenis dan kualifikasi masing-masing. Orang-orang baik pria maupun wanita tampak tersebar di segala penjuru ruangan tersebut, sibuk memperhatikan desain, keindahan, kemewahan bahkan mencoba menaiki mobil-mobil tersebut dengan rasa bangga dan sorot mata tertarik.
"Vasco," aku memanggil nama pria yang kini duduk di sampingku – di kursi kemudi. Saat ini kami sudah duduk di dalam mobil yang Vasco sebut sebagaiRoadfast V. V diambil dari huruf depannya sendiri."Kau yakin?" tanyaku sekali lagi. Ia menatapku dengan senyuman miring penuh arti."Aku tahu yang paling kau butuhkan dan inginkan saa
"Naikkan kecepatan, Vasco.""Aku tahu, V." Vasco menambah laju kecepatanRoadfast V. Mobil tersebut melesat dengan cepat, menyalip mobil-mobil lain yang diikuti dengan teriakan klakson di sana sini. Adrenalinku makin terpacu hebat karena jalanan kini tampak kabur saking cepatnya laju kendaraan yang kunaiki ini.