Share

Chapter 07 - Bad's News

Keesokan harinya, tepatnya ketika Valery memulai harinya menjadi seorang wanita.

Matahari sudah menunjukan dirinya, tapi sepertinya kedua yang berada diranjang itu tidak terusik oleh sinarnya yang sudah mengisi seluruh ruangan dengan cahaya hangatnya, keduanya masih sibuk bersembunyi dibalik selimut, sampai dering sebuah ponsel terdengar dan membangunkan Valery Arabelle.

“Akh!” saat Valery ingin mengetahui ponsel siapa yang berdering itu, tiba-tiba pinggangnya sangat sakit dan membuatnya sulit untuk bergerak, sampai dia kembali terhempas keranjang.

‘kenapa masih sangat sakit’ Tanya Valery pada dirinya, tadi malam dia dibuat lupa akan segala hal tentang sebuah kehidupan, kabut malam dan segala hal membuatnya terbuai pada sisi gelap malam, sampai dia tidak tahu itu akan membuat tubuhnya sakit.

"Apa masih sakit?" tanya Byran dengan suara yang begitu serak sangat khasnya ketika bangun tidur, saat mendengar teriakkan Valery sontak membuat Byran terbangun.

"tidak—aku hanya—," Mata Valery bergerak ragu, dia sangat gugup sampai dia tidak bisa melanjutkan kalimatnya, seharusnya dia segera beranjak dari sana bukan tertidur hingga pagi, bagaimana nasib adiknya?

"Itu wajar karena kemarin adalah pertama kalinya untukmu, itu akan membuatmu sedikit sulit berjalan dan bergerak, jadi hari ini biarkan dirimu istirahat,  aku yang akan kerumah sakit untuk mengurus semua urusan adikmu di rumah sakit, katakan dimana adikmu dirawat." Ucapnya, dia menarik tubuh Valery sampai masuk ke dalam pelukannya, aneh dia ingin sekali menggenggam Valery lebih lama, dia benar-benar ingin menjadikan gadis itu Secret girls

Tatapan tidak sengaja bertemu dan saat mereka sedang memandang satu sama lain, suara ponsel berdering membuat Valery mengalihkan pandanganya dan Valery mengambil ponselnya tidak jauh darinya, melihat panggilan dari Mei dari layar ponselnya.

Mei :‘Valery kamu berada dimana? Aku menelponmu dari tadi!’

"ada apa Mei?" tanya Valery, dia terduduk diranjang dengan selimut yang masih Membungkuk di tubuhnya yang hanya memakai kemeja kebesaran.

Mei :‘Valery kumohon jangan membenci dirimu sendiri, ini kabar Luna. saat malam hari dokter mengatakan jika dia sudah melewati masa kritisnya, dia juga sudah sadar dan ketika pagi hari Lun—Luna sudah tidak ada!’

"Luna—," saat itu juga ponselnya jatuh dari genggaman Valery, jantungnya berdetak sangat kencang dengan wajah yang begitu terkejut akan sebuah fakta yang menusuk hatinya.

"tidak, Luna!"

Valery menjerit dan dia berusaha bangun dari ranjang dan ingin segera pergi tapi tubuhnya sangat lemah dan membuatnya terjatuh di lantai, Valery memeluk erat tubuhnya dan merasa seluruh dunia hancur, airnya mulai membasahi lantai.

"Valery ada apa? tubuhmu masih sangat lemah, apa ini tentang adikmu?"Byran segera membantunya berdiri dan kembali penduduk Valery di tepi ranjang, berusaha memahami situasi apa yang terjadi pada gadis itu.

"katakan apa yang terjadi dengan adikmu? Tolong jangan menangis seperti itu," Byran bertanya, dia menghapus air mata di pipi Valery dan menutupi tubuhnya yang hanya memakai kemeja miliknya.

"Tuan! Katakan jika semua ini hanya mimpi, Luna tidak mungkin meninggalkan aku kan?" Valery mulai menangis dan menarik tangan Byran agar mengatakan jika yang dia ucapkan itu benar.

Byran awalnya terkejut dengan nama yang disebut oleh gadis itu, 'Luna' tapi dia mencoba menepisnya dan menganggapnya itu mungkin Luna yang berbeda, bukan Luna gadis yang memutuskan hubungan dengannya kemarin.

"Valery tenanglah, jika itu sudah menjadi takdirnya kita tidak bisa berbuat apa-apa," ucapnya, Byran menarik Valery agar dirinya bisa memeluk dan mencoba membuatnya untuk tidak sedih dengan menggosokkan tangannya di punggung  Valery.

“aku akan mengantarmu ke rumah sakit.” lanjut Byran setelah merasa Valery sedikit tenang.

Byran dan Valery segera bergegas menuju rumah sakit, saat mereka ingin berangkat Byran menerima panggilan dari Johan asistennya di kantornya.

"Valery tunggu di dalam mobilku dulu, aku harus menerima telpon sebentar," Kata Byran saat dia menutup pintu mobil setelah Valery masuk kedalam.

Johan: ‘Tuan anda menerima kiriman sebuah paket dari kekasih anda, katanya benda itu penting untuknya,’

"bisakah kamu mengantarkannya ke rumahku nanti atau letakkan saja di meja kantorku, aku punya urusan yang lebih penting sekarang,"

setelah mengucapkan semua itu, Byran langsung mematikan telepon secara sepihak, Byran langsung kembali ke dalam mobil miliknya, melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

Saat sampai dirumah sakit setelah menempuh jarak cukup jauh.

Valery berdiri depan mayat Luna yang sudah tertutup kain putih, hatinya sangat hancur bagai pecahkan gelas dan Valery tidak mempercayai semua ini akan yang terjadi begitu cepat, baru kemarin dia kehilangan hal berharga miliknya, kini sekarang dia kehilangan orang sangat dia sayang.

kenapa ujian datang padanya saat Valery telah melakukan sebuah pengorbanan yang sangat disesali! apakah ini semua balasan atas apa yang telah dia perbuat? Karena menggunakan cara kotor untuk mendapatkan uang.

Valery hanya bisa terdiam dan mencoba meyakini bahwa semua ini adalah mimpi, tapi setelah kain itu terbuka dan memperlihatkan wajah Luna, tangisan yang dia tahan akhirnya keluar, Valery melangkah lebih dekat Luna, menggenggam tangannya dan juga menyentuh wajahnya yang sudah begitu pucat dan sangat dingin.

"Tidak—Luna bangun! kamu tidak mungkin meninggalkan aku sendirian dan katakan saat ini kamu hanya tertidurkan Luna? kamu akan terbangun nantikan, Luna ini semua bohong!" Ucap Valery, dengan suara yang begitu terisak dan seluruhnya dia tumpahkan pada pelukan erat pada sangat adik.

"Luna bangun! jangan tinggalkan kakakmu, aku harus pergi kemana jika kamu meninggalkan aku sendirian? Luna bangun, aku disini, aku tidak akan meninggalkanmu!" lanjutnya, sekeras apapun Valery berteriak tidak akan membuat Luna membuka kedua matanya kembali. 

"Valery sudahlah, jangan seperti ini Luna juga akan sedih jika kamu seperti ini, ayo bangun kita harus segera mengurus pemakanan untuk Luna," ucapnya, Mei mencoba menenangkan Valery.

"Mei, Luna tidak akan meninggalkan aku, dia bilang kita akan pergi berlibur setelah dia lulus nanti, saat ini Luna hanya tertidur!" protes Valery, dia terus memegang tangan Luna dan menolak saat Mei menyeretnya menjauh dari adiknya.

Seorang suster datang lalu dia mendekati Valery dan bertanya "apakah kamu adalah Nona Valery Arabelle?" 

semua orang yang berada di ruangan menatap suster itu.

"Adikmu menitipkan sebuah surat sebelum dia meninggal," ucapnya, suster itu menyerahkan sebuah surat kepada Valery dan dengan ragu-ragu Valery ingin membuka surat itu.

sebelum Suster itu pergi dia menutup kembali wajah Luna dengan kain putih.

Sebelum membuka Valery melihat Mei dan berkata. "aku tidak ingin membacanya, Mei!"

"Valery kamu harus melihatnya, ini sangat berarti untuk Luna dan kamu juga pasti mengerti kenapa semua ini terjadi, ayo buka," ucapnya, Mei berusaha membujuk Valery untuk yakin, siapa tahu kematian ini menemukan tidak sebuah masalah.

"Valery itu benar, kamu tidak bisa menghindar dari kenyataan ini, Luna sudah tiada dan kamu harus meyakininya itu," Suara itu berasal dari Byran, dia mengalihkan semua pandangan semua orang yang ada di dalam ruangan.

"suster kamu bisa membawa Luna untuk dipersiapkan untuk dimakamkan," Byran memerintahkan para suster membawa Luna untuk melewati proses sebelum dibawa pulang.

"Tidak kalian ingin membawa Luna kemana?" sebelum Valery mengejar Luna, dengan sigap Byran menahan tubuh Valery dalam pelukannya.

"Tidak Tuan Byran lepaskan aku, aku ingin berada disamping Luna!!"

Valery sudah tidak mengendalikan emosinya dan tubuhnya terlalu lemah hingga dia pingsan dalam pelukan Byran. "Luna—,"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status