Share

Part 4

Author: Ida Saidah
last update Huling Na-update: 2023-12-18 08:20:09

"Emm... Memangnya Qila ketemu Tante Devi di mana?" tanyaku lagi.

"Tante Devi kemarin ke sekolah sama Papa. Katanya Qila juga mau dipindahkan dari sekolah Qila. Qila nggak mau Mama..."

Benar-benar sudah keterlaluan Mas Haris. Belum cukupkah luka yang dia torehkan dalam dada? Aku sudah berusaha sabar menghadapi mereka berdua, akan tetapi sepertinya mereka malah mengibarkan bendera perang.

"Qila dengar ya, Sayang. Selamanya Qila akan bersama Mama dan Abang. Apa pun yang terjadi nanti." Menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, menatap mata bening itu penuh dengan kehangatan sambil melekuk bibir walau hati sedang terbakar emosi.

Syaqila mengangguk perlahan lalu segera menyantap cereal yang sudah kubuatkan, meneguk susu coklat kesukaannya kemudian mengambil tas dan segera berjalan bersisian denganku dengan mode bergandengan tangan menuju parkiran.

Seperti hari-hari sebelumnya aku tetap mengantarkan Qila ke sekolah menggunakan mobil yang dibelikan oleh Mas Haris sebagai hadiah ulang tahun pernikahan kami yang ke empat belas empat tahun yang lalu.

"Maaf, Bu Ambar, memangnya Syaqila benar-benar mau pindah dari sekolah ini?" tanya salah seorang tenaga pengajar yang tidak sengaja berpapasan dengan diriku di pintu gerbang.

"Enggak, Bu. Qila akan tetap sekolah di sini sampai lulus." Aku menjawab lugas seraya menerbitkan senyuman.

"Soalnya kemarin Pak Haris datang dan mengurus surat pindahan Syaqila."

"Saya minta tolong ya, Bu. Kalau besok-besok papanya anak-anak datang lagi, tolong kabari saya. Soalnya saya tidak mau anak saya sampai pindah sekolah. Syaqila sudah betah dan merasa nyaman menimba ilmu di sekolah ini. Dia sampai murung terus gara-gara mendengar kabar kalau dia akan dipindahkan dari sekolah ini oleh papanya."

"Iya, Bu Ambar. Kalau Pak Haris datang lagi ke sekolah, saya akan segera menghubungi Ibu."

"Terima kasih, Bu Guru. Yasudah kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum!"

"Waalaikumussalam!"

Lekas kembali ke dalam mobil, niatnya ingin menemui suami di kantor dan menanyakan maksudnya memindahkan Syaqila dari sekolah, juga memperingati dia agar tidak menyuruh gundiknya untuk mencuci otak anakku.

Aku rela kehilangan suami dan harta, asal jangan dipisahkan dengan anak-anak. Aku tidak akan bisa melanjutkan hidup jika tanpa buah hati yang selalu menjadi kekuatanku.

Perputaran keempat roda mobil milikku berhenti di parkiran kantor milik suami. Gegas turun dari kendaraan roda empat tersebut, mengayunkan kaki dengan anggun memasuki gedung perkantoran itu.

"Maaf, Bu. Ibu dilarang masuk ke dalam!" cegah salah seorang satpam ketika kaki ini baru saja menginjak lantai lobby.

"Kenapa saya dilarang masuk? Ini kantor suami saya lho?" Menatap tajam wajah satpam yang menghadang.

"Saya tahu, Bu. Tetapi Bapak yang memerintah kami untuk melarang Ibu masuk."

Ya Tuhan...

Benar-benar sudah lupa daratan dia. Sudah berani melarangku masuk ke kantor yang dimodali menggunakan warisan dari orangtuaku. Pasti ini juga karena pengaruh Devi.

"Tolong beri saya jalan, ya Pak. Saya mau masuk menemui suami saya," perintahku masih dengan nada santai, berusaha tenang tidak terpancing emosi.

"Sekali lagi saya mohon maaf, Bu. Kalau saya melanggar saya bisa dipecat. Anak dan istri saya mau makan apa kalau saya sampai dipecat, Bu?" Pria berseragam putih biru itu menatap penuh permohonan.

"Pak, saya juga ada perlu dengan suami saya. Ini juga menyangkut masa depan anak-anak saya?"

"Mau apa kamu mencariku, Ambar?!" Aku segera menoleh mendengar suara bariton Mas Haris.

Devi berdiri di sebelah suami, menggamit tangannya dengan mesra tanpa perduli dengan orang-orang di sekitar yang menatap tidak suka.

Dasar tidak tahu malu.

"Apa maksud kamu memindahkan Qila dari sekolah lamanya, Mas?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Suka-suka aku dong. Aku yang punya uang. Memangnya kenapa? Kamu mau protes?" Dia menjawab dengan nada jumawa.

"Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaan anak kamu, Mas? Dia itu langsung down, apalagi ketika Devi mengatakan kalau dia akan dipisahkan denganku. Kamu itu benar-benar ayah yang tidak berperasaan. Hanya demi menyenangkan selingkuhan kamu, kamu rela mengorbankan perasaan anak-anak kamu, darah daging kamu sendiri yang mungkin akan menjadi tempat kamu berlindung nanti jika sudah tua renta dan tidak bisa apa-apa!"

"Aku melakukan itu karena tidak mau sampai anakku salah mendapat didikan dari kamu!"

"Salah mendarat didikan bagaimana maksud kamu? Aku justru takut kalau dia sampai mengikuti kelakuan kamu yang bejat itu! Kalau kamu mau pergi dan lebih memilih Devi silakan. Aku tidak akan melarang. Kalian kan memang pasangan serasi!"

"Ya iya dong... Baru nyadar?" timpal Devi sambil menatapku dengan mimik sombong.

"Serasi, seperti sampah dan tongnya!" lanjutku seraya mengangkat satu ujung bibir.

"Diam kamu, Ambar. Mulut kamu itu memang benar-benar seperti orang yang tidak berpendidikan. Dasar orang kampung. Udik. Mulai hari ini, aku jatuhkan talak kepadamu Ambar Atmaranti. Kamu sudah bukan lagi istriku. Silakan kamu pergi dari tempat ini dan jangan pernah lagi menampakkan wajah di depanku!" ucap Mas Haris dengan lantang sembari menunjuk wajahku, sementara wanita di sebelahnya terlihat tersenyum puas.

Aku menghela napas dalam-dalam, berusaha untuk tidak menitikkan air mata meski rasanya air bah nan asin itu terus saja memaksa untuk diburaikan.

Aku tidak boleh menangis dan terlihat lemah di depan mereka, meskipun nyatanya tidak jua bisa setegar batu karang yang terus saja berdiri kokoh walau terus menerus diterjang sang ombak.

"Satpam, usir perempuan itu dari tempat ini!" titah Devi sambil berkacak pinggang dan memasang wajah congkaknya.

"Tidak! Tidak ada yang bisa mengusir Ambar dari sini. Dia yang lebih berhak atas semua yang ada di sini. Bukan kamu, ataupun Haris!" Suara berat seorang laki-laki di belakangku membuat mata Mas Haris terkesiap dan melebar sempurna. Begitu pula dengan perempuan yang ada di sebelahnya. Dia segera menurunkan tangan dari pinggang, dan aku lihat wajahnya sudah memucat seperti mayat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Video Syur yang Ditonton Putriku   Part 82 (Ending)

    Mengambil gawai, Haris segera menghubungi ibu mertua Roy, memberitahu kabar kematian menantunya serta meminta wanita itu mengabari para tetangga di kompleks tempat tinggal Roy supaya ketika jenazah pria berusia tiga puluh enam tahun itu tiba semua sudah disiapkan. “Itu sudah bukan urusan saya. Roy mau maninggal, mau ke mana, saya sudah tidak ada lagi urusan dengan dia. Kemarin saja waktu sehat dia nggak ingat sama saya, sekarang udah nggak ada malah saya yang suruh repot. Enggak! Enggak! Saya sudah tidak mau lagi berurusan dengan yang namanya Roy!” Tiba-tiba sambungan telepon terputus secara sepihak, membuat Haris menyentak napas kasar lalu mau tidak mau menghubungi Azriel untuk mengabari ketua Rukun Tetangga di kompleks tempat tinggal Roy bahwa salah satu warganya telah tiada. Setelah jenazah dimasukkan ke dalam ambulans, Ambar masuk ke dalam kamar Jasmine, menerbitkan senyuman kepada gadis itu lalu duduk di sebelahnya. “S

  • Video Syur yang Ditonton Putriku   Part 81

    “Yasudah kalau begitu saya permisi dulu, Pak!” pamit dokter seraya mengalungkan stetoskop di lehernya.Haris menghela napas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Ia kemudian beranjak dari kursi panjang, menatap sahabatnya yang tengah terbaring di atas ranjang dengan kabel elektroda menempel di dada serta ventilator di hidungnya. Suara monitor detak jantung bagai alunan lagu kematian membuat Haris merasa takut kehilangan sahabatnya, terlebih lagi akhir-akhir ini ada rasa benci bertengger di hati karena Roy memiliki perasaan spesial terhadap mantan istrinya.“Kamu harus kuat, Roy. Demi Jasmine juga Ambar,” gumamnya dalam hati, kedua bulat bening pria itu tidak lepas dari wajah Roy, terus merapalkan doa meminta kepada Sang Maha Pencipta agar lekas mengangkat penyakit yang sedang dirasakan oleh sahabatnya juga memberikan dia kekuatan untuk tetap bertahan.Setelah itu Haris pergi ke kamar Ambar, ingin melihat keadaan mantan istrinya dan t

  • Video Syur yang Ditonton Putriku   Part 80

    Roy menggelengkan kepala sambil menghela napas, merasa tidak enak hati kepada wanita yang masih teramat dia cinta itu.“Maafin sikap anak aku ya, Ambar. Dia masih labil jadi gampang marah ketika apa yang diinginkannya tidak bisa didapatkan,” ucap Roy, merasa tidak enak hati kepada ibunda Azriel.“Nggak apa-apa, Mas. Aku ngerti kok. Aku juga minta maaf karena sudah menolak pinangan kamu. Tolong bilang ke Jasmine kalau aku sangat sayang sama dia dan akan tetap menjadi mamanya dia walaupun kita tidak bisa bersama.”“Nggak usah bahas masalah itu lagi. Mungkin kita memang tidak berjodoh. Kalau kita berjodoh, apa pun yang terjadi pasti Allah akan mempersatukan kita.” Bibir plum Roy melekuk senyum menutupi luka yang menganga di dada. “Yasudah aku permisi mau pulang dulu. Sudah sore soalnya,” pamit Ambar.“Kamu pulang sama siapa?”“Anak-anak.”“Loh, bukannya kalian ke sini naik motor? Mau bonc

  • Video Syur yang Ditonton Putriku   Part 79

    “Baik nanti saya sampaikan sama Azriel kalau dia sudah sampai di pesantren. Soalnya sekarang dia sedang kuliah.” Gus Fauzan menjawab dengan suara serak, merasa sedikit cemburu karena orang yang dia kagumi akhirnya akan segera melabuhkan cintanya kepada Roy.Berkali-kali dia beristigfar dalam hati, memohon agar Tuhan segera mencabut rasa yang tertinggal agar tidak ada lagi dosa yang ia dapatkan karena terus menerus memikirkan wanita yang tidak halal baginya.Setelah mendengar kabar kalau ibunya dilamar oleh teman ayahnya, Azriel tidak langsung menghubungi sang bunda dan menyetujui lamaran tersebut. Dia terus berpikir apakah nanti ibunya akan bahagia jika kembali membina biduk rumah tangga, ataukah akan kembali menelan pil kecewa karena dikhianati oleh pasangannya. Jujur untuk saat ini sang pemilik rahang tegas lebih merasa nyaman melihat ibunya hidup sendiri dan hanya fokus kepada anak-anaknya tanpa kembali memiliki pendamping hidup.

  • Video Syur yang Ditonton Putriku   Part 78

    "Karena hanya kamu yang mampu menyematkan cinta di dalam dada setelah sekian lama aku menduda.""Dih, sok puitis!"Roy terkekeh. Binar bahagia terpancar jelas di wajah penuh kharisma laki-laki itu, apalagi ketika melihat ekspresi Ambar yang tidak lagi sedingin saat pertama kali mereka datang ke tempat tersebut. Keceriaan kembali diperlihatkan oleh ibunda Azriel serta Syaqila, mimik wajah yang selalu membuat Roy merasakan rindu jika beberapa saat tidak bertemu.Tidak lama kemudian pelayan kedai datang membawa empat mangkuk bakso, mempersilakan mereka untuk menikmati dan baik Ambar maupun anak-anak segera menyantap makanan yang terbuat dari daging giling berbentuk bulat tersebut tanpa lagi berbicara.Selesai makan-makan, seperti janjinya Roy mengajak anak-anak untuk ke mal juga menonton, membuat Jasmine serta Syaqila bersorak kegirangan saking senangnya.Roy membayangkan kalau saat ini mereka sudah benar-benar

  • Video Syur yang Ditonton Putriku   Part 77

    Hari Minggu, dengan alasan Jasmine ingin bertemu Roy mendatangi kediaman Ambar, menemui perempuan yang akhir-akhir ini membuat dia tidak bisa memejamkan mata, ingin melepas rindu yang terus saja membelenggu kalbu.Roy sangat ingin sekali segera mempersunting Ambar setelah tahu Gus Fauzan mundur dari pertempuran, menjadikan ibu dua anak itu sebagai kekasih halalnya juga ibu sambung Jasmine yang memang selama ini terus saja mendamba dia menjadi ibunya.Namun, lagi dan lagi nyalinya menciut ketika bersitatap dengan Ambar, terlebih lagi jika diperhatikan perempuan dengan wajah keibuan itu seperti mulai menghindar."Ambar, kita ajak jalan anak-anak lagi, yuk! Makan bakso atau apa kek? Kaya tempo hari. Iya nggak anak-anak?" ajak Roy seraya menoleh ke arah Jasmine juga Syaqila yang terlihat sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka."Iya, Ma. Aku juga bosen di rumah terus," rengek putri sulungnya, memasang wajah manja seolah mendukung kedekatan Roy dengan Ambar."Tapi Mama masak, Dek.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status