Share

Nisa menangis histeris

Nisa terkejut, ia tidak menyangka jika akulah laki-laki yang ada di hadapannya.

"Nga-ngapain kamu disini, Mas?" tanya Nisa terbata. Ia mundur beberapa langkah ke belakang dengan wajah yang tampak panik.

Aku menoleh ke arah Imron, memberi kode agar dia segera meninggalkan ruangan ini membiarkan aku dan Nisa berbicara empat mata.

Imron mengangguk, walau dengan berat hati ia pun meninggalkan kami berdua dengan wajah sedikit kecewa. Bagaimana tidak, momen langka seperti ini pasti banyak di idamkan oleh para pria. Menikmati pemandangan indah di depan mata, tubuh sexy bak gitar spanyol milik Nisa yang tentunya sangat menggoda.

Kini kami hanya berdua di dalam kamar ini. Aku segera men

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status