Share

Bab 14

"Tadi, Mbak Imah datang."

"Hah? Maksudmu, dia datang ke pangkalan tempat Ibu ngemis?" teriak Ambar.

Aku segera menutup mulutnya. Astaga, perempuan ini, mulutnya tak bisa dijaga sedikit, apa?

"Jangan keras-keras, Ma! Nanti tetangga pada dengar. Bisa berabe kita!"

Ambar mengangguk, kemudian minta maaf padaku.

"Terus gimana ini? Tadi dapat berapa?"

Aku berdecak. Lagi genting begini saja yang dipikirkannya hanya uang dan uang. Dia pikir, aku pohon uang?

"Nih," ucapku sambil menyodorkan uang lima puluh ribu.

Tentu saja itu uang pribadiku. Dari pagi sepi, dari mana Ibu dapat uang sebanyak itu?

Aku terduduk di depan televisi, memikirkan nasibku setelahnya. Sudahlah ketahuan nilep duit penjualan hasil kebun Fira, sekarang ditambah dengan Mbak Imah membawa Ibu ke kampung.

Arrrgh!

Kacau-kacau!

--

Dua hari kemudian.

Aku mendapat telpon dari Mas Cahyo, janganlan untuk mengangkatnya, melihat namanya di layar ponsel saja sudah membuatku ketar-ketir.

Apa yang harus kukatakan? Bagaimana
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status